KBRI Den Haag dan Indonesianis di Belanda Tingkatkan Kerja sama Pendidikan dan Kebudayaan 16 November 2021 ← Back
Den Haag, 9 November 2021 --- Kedutaan Besar Republik Indonesia Den Haag mengadakan pertemuan dengan para Indonesianis asing di Belanda. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 17 ahli Indonesia dari berbagai perguruan tinggi, seperti Leiden University, Groningen University, KITLV, dan Universitas Amsterdam. Tujuan pertemuan ini adalah untuk mendapatkan masukan dari para Indonesianis tentang peningkatan kerja sama di bidang pendidikan dan kebudayaan antara Indonesia dan Belanda.
Duta Besar RI untuk kerajaan Belanda, Mayerfas memaparkan bahwa kerja sama bidang pendidikan dan kebudayaan Indonesia-Belanda telah berjalan sejak lama dalam kerangka beberapa proyek, seperti Scientific Programs Indonesia-Netherlands (SPIN). Sejauh ini sudah terjalin lebih dari 200 nota kesepahaman di bidang pendidikan dan kebudayaan sejak tahun 2016. Nota kesepahaman yang melibatkan universitas-universitas Indonesia dan Belanda ini mencakup berbagai program, di antaranya pertukaran pelajar, gelar ganda, visiting profesor, dan riset dan publikasi bersama terus berlangsung hingga kini.
“Banyak program dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan kerja sama, seperti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Indonesia International Students Mobility Award (IISMA), dan revitalisasi pendidikan vokasi. Sedangkan di bidang kebudayaan, dilakukan kerja sama antar museum seperti pengembalian benda-benda bersejarah dan pameran bersama antara Rijksmuseum Amsterdam dan Museum Nasional tahun 2022,” ujarnya.
Mayerfas menyinggung minat kajian tentang Indonesia di Belanda menurun. Sebelumnya, di Universitas Leiden terdapat departemen khusus yang mengkaji Indonesia. Namun, saat ini, kajian tentang Indonesia menjadi bagian dari kajian South and Southeast Asian.
Di akhir sambutannya, Duta Besar menyampaikan apresiasi kepada para Indonesianis atas kontribusinya, baik secara langsung maupun tidak langsung yang berdampak pada penguatan diplomasi kedua negara. “Melalui hasil riset, para Indonesianis telah membantu pemerintah di dua negara untuk saling memahami dengan lebih baik persoalan-persoalan politik, ekonomi, budaya,” ungkap Mayerfas.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dan berbagi pengalaman dari para Indonesianis yang dipandu oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Din Wahid. Salah satu isu yang diangkat dalam diskusi adalah topik kajian para mahasiswa Indonesia yang sebagian besar melakukan kajian tentang Indonesia. “Padahal kami juga ingin ada mahasiswa yang mengkaji Belanda, tidak melulu mengkaji Indonesia”, ungkap Bart Barendregt dari Leiden University.
Selain itu, kesinambungan melakukan riset bagi alumni juga menjadi sorotan dalam diskusi. Menurut mereka, banyak doktor-doktor alumni Belanda yang setelah kembali ke Indonesia tidak lagi meneruskan risetnya. Hal ini, disebabkan karena mereka terlalu sibuk dan tenggelam dalam melakukan tugas-tugas adminsitratif dalam karir mereka.
Namun, turunnya minat terhadap kajian tentang Indonesia (Indonesian Studies) juga menarik perhatian peserta. Hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena terjadi juga pada kajian wilayah lain, bukan hanya kajian tentang Indonesia. “Jangan terlalu khawatir dengan masalah Indonesia. Kajian tentang Indonesia akan selalu menjadi perhatian kami,” demikian ungkap Adriaan Bedner dari Leiden University.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor : 702/sipres/A6/XI/2021
Duta Besar RI untuk kerajaan Belanda, Mayerfas memaparkan bahwa kerja sama bidang pendidikan dan kebudayaan Indonesia-Belanda telah berjalan sejak lama dalam kerangka beberapa proyek, seperti Scientific Programs Indonesia-Netherlands (SPIN). Sejauh ini sudah terjalin lebih dari 200 nota kesepahaman di bidang pendidikan dan kebudayaan sejak tahun 2016. Nota kesepahaman yang melibatkan universitas-universitas Indonesia dan Belanda ini mencakup berbagai program, di antaranya pertukaran pelajar, gelar ganda, visiting profesor, dan riset dan publikasi bersama terus berlangsung hingga kini.
“Banyak program dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan kerja sama, seperti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Indonesia International Students Mobility Award (IISMA), dan revitalisasi pendidikan vokasi. Sedangkan di bidang kebudayaan, dilakukan kerja sama antar museum seperti pengembalian benda-benda bersejarah dan pameran bersama antara Rijksmuseum Amsterdam dan Museum Nasional tahun 2022,” ujarnya.
Mayerfas menyinggung minat kajian tentang Indonesia di Belanda menurun. Sebelumnya, di Universitas Leiden terdapat departemen khusus yang mengkaji Indonesia. Namun, saat ini, kajian tentang Indonesia menjadi bagian dari kajian South and Southeast Asian.
Di akhir sambutannya, Duta Besar menyampaikan apresiasi kepada para Indonesianis atas kontribusinya, baik secara langsung maupun tidak langsung yang berdampak pada penguatan diplomasi kedua negara. “Melalui hasil riset, para Indonesianis telah membantu pemerintah di dua negara untuk saling memahami dengan lebih baik persoalan-persoalan politik, ekonomi, budaya,” ungkap Mayerfas.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dan berbagi pengalaman dari para Indonesianis yang dipandu oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Din Wahid. Salah satu isu yang diangkat dalam diskusi adalah topik kajian para mahasiswa Indonesia yang sebagian besar melakukan kajian tentang Indonesia. “Padahal kami juga ingin ada mahasiswa yang mengkaji Belanda, tidak melulu mengkaji Indonesia”, ungkap Bart Barendregt dari Leiden University.
Selain itu, kesinambungan melakukan riset bagi alumni juga menjadi sorotan dalam diskusi. Menurut mereka, banyak doktor-doktor alumni Belanda yang setelah kembali ke Indonesia tidak lagi meneruskan risetnya. Hal ini, disebabkan karena mereka terlalu sibuk dan tenggelam dalam melakukan tugas-tugas adminsitratif dalam karir mereka.
Namun, turunnya minat terhadap kajian tentang Indonesia (Indonesian Studies) juga menarik perhatian peserta. Hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena terjadi juga pada kajian wilayah lain, bukan hanya kajian tentang Indonesia. “Jangan terlalu khawatir dengan masalah Indonesia. Kajian tentang Indonesia akan selalu menjadi perhatian kami,” demikian ungkap Adriaan Bedner dari Leiden University.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor : 702/sipres/A6/XI/2021
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1700 kali
Editor :
Dilihat 1700 kali