Kembali Budayakan Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Tatap Muka Terbatas  29 November 2021  ← Back



Batam, Kemendikbudristek --- Pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berlangsung selama masa pandemi Covid-19 tidak hanya memiliki dampak learning loss atau menurunnya kemampuan belajar, melainkan juga berdampak pada perubahan perilaku peserta didik. Di Kota Batam, Kepulauan Riau, misalnya, pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas mulai berjalan sejak Oktober 2021 dan berupaya untuk membudayakan kembali pendidikan karakter pada peserta didik. Kepala SDN 001 Kota Batam, Yendri Sarman, mengakui bahwa perubahan sikap dan perilaku menjadi salah satu dampak yang muncul akibat PJJ.

Yendri menuturkan, SDN 001 Kota Batam memiliki budaya 5-S, yaitu Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun. Namun karena siswa sudah lama menjalani PJJ di rumah, mereka cenderung melupakan kebiasaan 5-S bahkan saat sudah mulai PTM Terbatas.

“Perubahan di sini yang jelas perubahan sikap dan perilaku anak-anak karena learning loss sejak pandemi. Artinya belajar di rumah membuat anak-anak cenderung cuek. Selama ini sudah kita budayakan 5-S. Sekarang terkikis oleh pandemi karena lama di rumah,” kata Yendri di gedung SDN 001 Kota Batam, Kepulauan Riau, Jumat (26/11/2021).

Sejak PTM Terbatas berjalan, Yendri dan guru-guru SDN 001 Kota Batam lalu mulai membiasakan kembali budaya 5-S. “Memang kita terkendala dengan kewajiban menjaga jarak di masa pandemi. Dulu kalau ketemu guru bisa salaman. Tapi sekarang kita ajarkan salam jarak jauh. Kemudian sejak PTM Terbatas kita coba kembalikan norma-norma seperti sedia kala dan dibudayakan kembali karena menjadi karakter bangsa kita, yaitu menghargai guru dan sopan kepada gurunya,” tutur Yendri.
\
Selain perubahan sikap atau perilaku, perubahan lain yang muncul yaitu perubahan pengetahuan atau learning loss. Yendri mengakui kegiatan belajar mengajar melalui PJJ secara daring tidak bisa maksimal dilakukan, apalagi tingkat kemampuan ekonomi siswa berbeda-beda. Ada yang PJJ menggunakan laptop dan ponsel, tapi ada juga yang tidak memiliki keduanya. “Bagi yang tidak ada HP, kami menjalankan guru kunjung, jadi guru yang ke rumah. Karena tidak semua anak yang di kota ini ekonominya menengah ke atas. Malah ada yang pernah kami pinjamkan HP dari sekolah untuk PJJ di rumah,” katanya.

Ia mengatakan, guru-guru mengakui bahwa bimbingan dari guru yang dilakukan melalui PJJ jauh berbeda dengan melalui PTM. Pembelajaran tatap muka lebih baik dan lebih efektif daripada PJJ karena ada interaksi langsung antara siswa dengan guru. “Kalau hanya lewat daring, lewat layar, hanya bisa mengucapkan kata-kata, tanpa ada sentuhan atau kebatinan. Di situlah jadi ada perubahan sikap pada anak. PTM jauh lebih bagus karena ada interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Kalau hanya di rumah saja sulit melakukan itu,” ujar Yendri.

Terkait metode pembelajaran, sebagai kepala sekolah Yendri terus mengimbau guru-guru agar terus berinovasi dan menciptkana metode pembelajaran yang baru agar tidak hanya menggunakan metode lama, misalnya denga menggunakan media informasi dan teknologi dalam pembelajaran agar anak-anak tidak jenuh. “Sekarang sudah ada perkembangan perubahan. Guru-guru sudah mulai berinovasi menggunakan media. Yang penting kita harus bisa memotivasi guru-guru, lalu berbagi (sharing) dengan sesama guru, dan bagaimana merealisasikannya di ruang kelas,” tuturnya.

Senada dengan Yendri, guru kelas 1 di SDN 001 Kota Batam, Yetti Andayani, mengatakan, selama masa pandemi ini guru harus bisa berinovasi dalam mengemas pelajaran dan bidang studi, serta melakukan penyesuaian kurikulum. Salah satu hambatan yang dihadapi guru selama PJJ maupun PTM Terbatas adalah adanya keterbatasan dalam berinteraksi dengan siswa. Namun ia mengakui antusiasme siswa untuk kembali ke sekolah cukup tinggi.

“Semangat anak-anak belajar ke sekolah cukup tinggi, mereka sangat antusias, karena sudah cukup lama belajar daring di rumah. Tapi kendalanya itu tadi, memang ada perbedaan antara pembelajaran daring dengan tatap muka. Anak lebih mudah menangkap materi apabila guru berdiri di depan kelas dan dia melihat langsung,” katanya di gedung SDN 001 Kota Batam, Kepulauan Riau, Jumat (26/11/2021).

Yetti juga menyoroti perbedaan pembiasaan pendidikan karakter antara PJJ di rumah dengan PTM di sekolah. Menurutnya, penanaman kedisplinan kurang diterapkan di rumah  dan tergantung pada pembiasaan di rumah yang berbeda-beda setiap keluarga. “Kedisiplinan itu yang membentuk anak menjadi manusia,” tuturnya. Di sekolah, misalnya, untuk penanaman Profil Pelajar Pancasila, tiap pagi anak-anak menyanyikan lagu wajib di kelas. Kemudian ada juga kegiatan keagamaan seperti membaca Surat Yasin atau ayat-ayat pendek di hari Jumat. Bagi siswa yang beragama Kristen juga berkumpul untuk mendapatkan kegiatan rohani dari guru pembimbing,” ujar Yetti.

Terkait kebijakan PTM terbatas, Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kepulauan Riau, Irwan Safi'i, mengatakan LPMP Kepri telah menyampaikan sosialisasi kebijakan dari Kemendikbudristek mengenai pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi Covid-19, termasuk SKB 4 menteri. “Kami semua sudah sosialisasikan kepada semua pemangku kepentingan, baik yang di dinas pendidikan kabupaten, kota, maupun provinsi, sampai kepala sekolah dan guru-guru di semua provinsi di Kepulauan Riau” ujar Irwan dalam keterangan terpisah.

Kemudian pada tahap implementasi kebijakan PTM terbatas, LPMP Kepulauan Riau sebagai unit pelaksana teknis (UPT) dari Kemendikbudristek juga melakukan pendampingan serta monitoring dan evaluasi mengenai pelaksanaan PTM terbatas di lapangan. Tidak hanya itu, LPMP Kepulauan Riau juga mengawal pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk pendidik dan tenaga kependidikan (PTK). “Setelah keluarnya SE tentang vaksinasi PTK, kami menyosialisasikannya dan mendorong kabupaten, kota, dan provinsi sesuai kewenangannya agar bisa memprioritaskan PTK untuk vaksinasi sehingga pelaksanaan PTM terbatas bisa lebih aman,” kata Irwan. LPMP Kepulauan Riau juga rutin menyosialisasikan dan mengimbau satuan pendidikan agar dalam pelaksanaan PTM terbatas harus tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat untuk mencegah penyebararan Covid-19 di satuan pendidikan. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 6557 kali