Dukung Pemulihan Pembelajaran, Aceh Siap Padukan Kurikulum Prototipe dengan Kurikulum Lokal 24 Desember 2021 ← Back
Aceh Besar, Kemendikbudristek --- Upaya untuk mendorong pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19 terus dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), salah satunya dengan menyiapkan Kurikulum Prototipe sebagai salah satu opsi dari kurikulum nasional. Di akhir tahun 2021, Kemendikbudristek melakukan sosialisasi kurikulum ke daerah-daerah untuk mengenalkan Kurikulum Prototipe dan mendorong pemulihan pembelajaran. Di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, sosialisasi Kurikulum Prototipe disambut dengan baik oleh pemerintah daerah dan organisasi profesi guru. Penerapan Kurikulum Prototipe rencananya akan dipadukan dengan kurikulum lokal di Aceh.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar, Silahuddin, mengatakan pemulihan pembelajaran di Kabupaten Aceh Besar menjadi salah satu prioritas pemerintah daerahnya. Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar juga telah berdiskusi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mencari solusi terbaik dari kehilangan pembelajaran (learning loss) siswa di masa pandemi Covid-19. Beberapa pemangku kepentingan tersebut antara lain LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan), Majelis Pendidikan Daerah (MPD), dan Majelis Syariat Islam.
“Kami duduk bersama tentang bagaimana format pendidikan di masa pandemi ini, sehingga disusunlah kurikulum lokal . Kami juga sudah duduk dengan semua kepala sekolah. Jadi kami segera bergerak cepat karena kami sudah sangat tertinggal. Kemudian kementerian juga sudah memberikan peluang untuk memilih tiga opsi kurikulum tadi (Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Prototipe). Jadi kita akan memilih, memutuskan, dan melaksanakan. Kita ingin bergerak cepat,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar, Silahuddin, saat kegiatan Sosialisasi Buku dan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran, di kantor LPMP Aceh, Selasa (21/12/2021).
Ia juga menyatakan dukungannya terhadap Kurikulum Prototipe yang akan diterapkan secara bertahap untuk mendorong pemulihan pembelajaran. Menurutnya, tidak ada pemaksaaan dalam penerapan Kurikulum Prototipe karena akan diterapkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan sekolah. Menurutnya, Kurikulum Prototipe akan memberikan efek yang positif kepada guru dan peserta didik dengan penerapan yang bertahap. “Jadi tidak ada beban, ada merdeka belajar, ada kebebasan berpikir, berbuat, dan bertindak, sehingga para guru dan pemangku kepentingan di sekolah bisa menyiapkan diri dari sekarang dengan mapan,” kata Silahuddin.
Ia menuturkan, penerapan Kurikulum Prototipe di Kabupaten Aceh Besar akan dipadukan dengan kurikulum lokal yang berisi tentang kearifan lokal dan kekhasan daerah Aceh. Silahuddin mengatakan, di Aceh berlaku syariat Islam yang identik dengan pilar keislaman. Pembiasaan kegiatan keagamaan akan diterapkan di sekolah, seperti salat berjamaah, membaca Alquran, kegiatan tahfiz Alquran, hingga memasukkan kurikulum lokal ke dalam ekstrakurikuler dengan muatan pendidikan karakter.
Menurutnya, pendidikan keagamaan dalam kurikulum lokal di Aceh sejalan dengan Profil Pelajar Pancasila dari Kemendikbudristek, yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, serta berkebinekaan global.
“Kita adopsi juga dari Profil Pelajar Pancasila, salah satunya kebinekaan. Jadi sekarang kita ajari anak-anak kalau kita harus saling menghargai, bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi kurikulum ini akan kita padukan. Ada kurikulum nasional, agama, dan kearifan lokal. Itu yang kita rencanakan,” tutur Silahuddin.
Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek, Supriyatno, mengatakan Kurikulum Prototipe diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Dalam pengembangan Kurikulum Prototipe, Kemendikbudristek melakukan penyusunan dan pengembangan struktur kurikulum, capaian pembelajaran, prinsip pembelajaran, hingga asesmen. Namun dalam penerapannya, satuan pendidikan diberikan otoritas atau keleluasaan dalam mencapai capaian pembelajaran di tiap fase.
Dengan begitu, ujar Supriyatno, operasional pada Kurikulum Prototipe bisa dikembangkan sesuai dengan kesiapan dan karakteristik di satuan pendidikan. Sekolah diberikan keleluasaan untuk memilih atau memodifikasi perangkat ajar dan contoh kurikulum operasional yang sudah disediakan pemerintah untuk menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik, atau menyusun sendiri perangkat ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. “Namun pusat (Kemendikbudristek) tetap menyediakan perangkat ajar seperti buku teks pelajaran, contoh modul ajar mata pelajaran, atau contoh panduan proyek Profil Pelajar Pancasila,” katanya.
Kehadiran Kurikulum Prototipe untuk mendorong pemulihan pembelajaran juga disambut baik oleh organisasi profesi guru, Ikatan Guru Indonesia (IGI). Ketua IGI Aceh, Imran, mengatakan perubahan kurikulum memang harus disesuaikan dengan keadaan. Namun ia menyoroti pentingnya penguatan literasi bagi guru dan siswa dalam penerapan kurikulum. “Semua program pemerintah untuk peningkatan mutu pendidikan kita dukung. Kurikulum itu memang seharusnya berubah, apalagi di masa digitalisasi. Saya setuju dan kita (IGI) mendukung. Tapi sekali lagi, tetap persoalan mendasar kita yaitu tingkat literasi yang rendah harus ditingkatkan,” ujar Imran.
Ia pun mengakui adanya kehilangan pembelajaran atau learning loss pada siswa selama masa pandemi Covid-19, sehingga penting untuk dilakukan pemulihan pembelajaran. Imran berharap pemerintah bisa memiliki strategi untuk mengajak anak-anak kembali ke sekolah dan bersemangat mengikuti pembelajaran tatap muka. Imran juga mengapresiasi pemerintah yang kerap mendukung kegiatan IGI dan bersedia bekerja sama, salah satunya dalam penyelenggaraan pelatihan untuk guru. “Meskipun secara anggaran kami menjalankannya dengan mandiri, pemerintah (dinas pendidikan) bersedia menyurati guru-guru untuk belajar dengan kami. Kemudian sertifikat-sertifikat pelatihan yang dibuat IGI ditandatangani oleh kepala dinas pendidikan sehingga membuat guru tertarik,” tuturnya. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar, Silahuddin, mengatakan pemulihan pembelajaran di Kabupaten Aceh Besar menjadi salah satu prioritas pemerintah daerahnya. Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar juga telah berdiskusi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mencari solusi terbaik dari kehilangan pembelajaran (learning loss) siswa di masa pandemi Covid-19. Beberapa pemangku kepentingan tersebut antara lain LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan), Majelis Pendidikan Daerah (MPD), dan Majelis Syariat Islam.
“Kami duduk bersama tentang bagaimana format pendidikan di masa pandemi ini, sehingga disusunlah kurikulum lokal . Kami juga sudah duduk dengan semua kepala sekolah. Jadi kami segera bergerak cepat karena kami sudah sangat tertinggal. Kemudian kementerian juga sudah memberikan peluang untuk memilih tiga opsi kurikulum tadi (Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Prototipe). Jadi kita akan memilih, memutuskan, dan melaksanakan. Kita ingin bergerak cepat,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar, Silahuddin, saat kegiatan Sosialisasi Buku dan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran, di kantor LPMP Aceh, Selasa (21/12/2021).
Ia juga menyatakan dukungannya terhadap Kurikulum Prototipe yang akan diterapkan secara bertahap untuk mendorong pemulihan pembelajaran. Menurutnya, tidak ada pemaksaaan dalam penerapan Kurikulum Prototipe karena akan diterapkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan sekolah. Menurutnya, Kurikulum Prototipe akan memberikan efek yang positif kepada guru dan peserta didik dengan penerapan yang bertahap. “Jadi tidak ada beban, ada merdeka belajar, ada kebebasan berpikir, berbuat, dan bertindak, sehingga para guru dan pemangku kepentingan di sekolah bisa menyiapkan diri dari sekarang dengan mapan,” kata Silahuddin.
Ia menuturkan, penerapan Kurikulum Prototipe di Kabupaten Aceh Besar akan dipadukan dengan kurikulum lokal yang berisi tentang kearifan lokal dan kekhasan daerah Aceh. Silahuddin mengatakan, di Aceh berlaku syariat Islam yang identik dengan pilar keislaman. Pembiasaan kegiatan keagamaan akan diterapkan di sekolah, seperti salat berjamaah, membaca Alquran, kegiatan tahfiz Alquran, hingga memasukkan kurikulum lokal ke dalam ekstrakurikuler dengan muatan pendidikan karakter.
Menurutnya, pendidikan keagamaan dalam kurikulum lokal di Aceh sejalan dengan Profil Pelajar Pancasila dari Kemendikbudristek, yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, serta berkebinekaan global.
“Kita adopsi juga dari Profil Pelajar Pancasila, salah satunya kebinekaan. Jadi sekarang kita ajari anak-anak kalau kita harus saling menghargai, bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi kurikulum ini akan kita padukan. Ada kurikulum nasional, agama, dan kearifan lokal. Itu yang kita rencanakan,” tutur Silahuddin.
Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek, Supriyatno, mengatakan Kurikulum Prototipe diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Dalam pengembangan Kurikulum Prototipe, Kemendikbudristek melakukan penyusunan dan pengembangan struktur kurikulum, capaian pembelajaran, prinsip pembelajaran, hingga asesmen. Namun dalam penerapannya, satuan pendidikan diberikan otoritas atau keleluasaan dalam mencapai capaian pembelajaran di tiap fase.
Dengan begitu, ujar Supriyatno, operasional pada Kurikulum Prototipe bisa dikembangkan sesuai dengan kesiapan dan karakteristik di satuan pendidikan. Sekolah diberikan keleluasaan untuk memilih atau memodifikasi perangkat ajar dan contoh kurikulum operasional yang sudah disediakan pemerintah untuk menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik, atau menyusun sendiri perangkat ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. “Namun pusat (Kemendikbudristek) tetap menyediakan perangkat ajar seperti buku teks pelajaran, contoh modul ajar mata pelajaran, atau contoh panduan proyek Profil Pelajar Pancasila,” katanya.
Kehadiran Kurikulum Prototipe untuk mendorong pemulihan pembelajaran juga disambut baik oleh organisasi profesi guru, Ikatan Guru Indonesia (IGI). Ketua IGI Aceh, Imran, mengatakan perubahan kurikulum memang harus disesuaikan dengan keadaan. Namun ia menyoroti pentingnya penguatan literasi bagi guru dan siswa dalam penerapan kurikulum. “Semua program pemerintah untuk peningkatan mutu pendidikan kita dukung. Kurikulum itu memang seharusnya berubah, apalagi di masa digitalisasi. Saya setuju dan kita (IGI) mendukung. Tapi sekali lagi, tetap persoalan mendasar kita yaitu tingkat literasi yang rendah harus ditingkatkan,” ujar Imran.
Ia pun mengakui adanya kehilangan pembelajaran atau learning loss pada siswa selama masa pandemi Covid-19, sehingga penting untuk dilakukan pemulihan pembelajaran. Imran berharap pemerintah bisa memiliki strategi untuk mengajak anak-anak kembali ke sekolah dan bersemangat mengikuti pembelajaran tatap muka. Imran juga mengapresiasi pemerintah yang kerap mendukung kegiatan IGI dan bersedia bekerja sama, salah satunya dalam penyelenggaraan pelatihan untuk guru. “Meskipun secara anggaran kami menjalankannya dengan mandiri, pemerintah (dinas pendidikan) bersedia menyurati guru-guru untuk belajar dengan kami. Kemudian sertifikat-sertifikat pelatihan yang dibuat IGI ditandatangani oleh kepala dinas pendidikan sehingga membuat guru tertarik,” tuturnya. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3290 kali
Editor :
Dilihat 3290 kali