Kemendikbudristek Salurkan Bantuan Alat Kesehatan untuk Satuan Pendidikan 17 Desember 2021 ← Back
Jakarta, 17 Desember 2021 --- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menerima donasi bantuan alat kesehatan (alkes) penanganan Covid-19 dari Persatuan Perkumpulan Sekolah Nasional Tiga Bahasa Se-Indonesia (PERSTIBI). Alkes yang diterima berupa alat pengukur suhu tubuh (thermogun), masker, dan alat pelindung diri (APD) untuk dimanfaatkan dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di satuan pendidikan. Selanjutnya bantuan tersebut akan disalurkan Kemendikbudristek kepada satuan pendidikan di Provinsi Banten dan Jawa Barat.
Serah terima bantuan alkes dari PERSTIBI berlangsung secara simbolis di kantor Kemendikbudristek, Jakarta, pada Rabu (15/12). Bantuan diterima langsung oleh Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Jumeri. Bantuan alkes tersebut berupa 1.600 alat pengukur suhu, 22.000 masker, dan 240 APD (alat pelindung diri).
Jumeri mengatakan, bantuan alat kesehatan yang telah diberikan kepada Kemendikbudristek sangat bermanfaat bagi penyelenggaraan layanan pendidikan selama masa pandemi Covid-19. Atas nama Kemendikbudristek, ia mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan. “Kebutuhan akan thermogun, masker, dan APD di satuan pendidikan sangat penting. Walaupun anggaran dana BOS bisa dialokasikan untuk kebutuhan alat kesehatan di satuan pendidikan, dari survei yang kami lakukan ternyata masih banyak satuan pendidikan yang mengalami kesulitan dalam menyediakan thermogun. Bantuan ini sangat bermanfaat,” ujar Jumeri.
Ia mengungkapkan, distribusi bantuan alat kesehatan yang diberikan PERSTIBI tersebut akan diberikan kepada Provinsi Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Provinsi Banten akan menerima 240 thermogun, 3.300 masker, dan 30 APD. Provinsi Jawa Tengah akan menerima 320 thermogun, 4.400 masker, dan 40 APD. Kemudian Provinsi Jawa Barat akan menerima 475 thermogun, 6.600 masker, dan 60 APD. Secara total ada 1.035 thermogun, 14.300 masker, dan 130 APD.
“Kenapa Jawa Barat lebih banyak? Karena Jawa Barat adalah wilayah dengan sekolah yang paling banyak di Indonesia,” ujar Jumeri.
Ia menuturkan, pemberian bantuan alat kesehatan ini merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap dunia pendidikan. Jumeri berharap kepedulian yang dilakukan PERSTIBI menjadi inspirasi bagi lembaga-lembaga lainnya untuk bisa berperan dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.
“Kami juga berharap semoga mudah-mudahan semakin banyak kolaborasi antara lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan baik swasta maupun pemerintah untuk bisa membantu dalam pelayanan pendidikan di Indonesia. Mudah-mudahan ke depan menjadikan kita semakin baik, tidak hanya di sisi bantuan saja tapi juga di sektor-sektor lain kita bisa bekerja sama untuk memajukan pendidikan di Indonesia,” katanya.
Ketua Pengurus PERSTIBI, Yudi Sutanto, menuturkan, sekolah-sekolah yang tergabung dalam PERSTIBI memiliki visi dan misi yang selaras dengan Kemendikbudristek terhadap pendidikan Indonesia. Pertama, mereka ingin membentuk karakter Pancasila bagi siswa-siswinya, sehingga bisa mewujudkan profil pelajar Pancasila. “Itu yang menjadi acuan pertama sekolah kami. Kemudian visi yang kedua, anak-anak sekolah kami nanti akan dibekali dengan kemampuan berbahasa asing yang lebih dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. Bahasa asing yang kita pilih adalah bahasa Inggris dan bahasa Mandarin,” kata Yudi Sutanto.
Pihaknya meyakini bahasa Mandarin akan menjadi salah satu bahasa yang juga akan mendunia seperti bahasa Inggris sehingga harapannya siswa-siswi sekolah tiga bahasa khususnya generasi muda penerus bangsa, akan siap bersaing di era global.
“Meski demikian, sekolah kami tetap menguatkan bahasa Indonesia. Karena akar budaya dari Indonesia tidak boleh dilupakan, tidak boleh ditinggalkan dan itu masih menjadi akar budaya di sekolah kami,” kata Yudi.
Kemudian visi yang ketiga, sekolah tiga bahasa menginginkan para peserta didiknya memiliki kemampuan teknologi yang kuat. Oleh karenanya di sekolah tiga bahasa, pihaknya memberikan bekal kemampuan teknologi dan informatika yang kuat untuk anak-anak didiknya.
Di sekolah tiga bahasa, anak-anak juga sudah memiliki rasa toleransi yang begitu kuat karena di sekolah tiga bahasa ini peserta didik bisa bertemu teman dari latar belakang yang majemuk, baik dari segi agama, sosial, suku, hingga budaya. “Sehingga toleransi menjadi nilai utama di dalam perkumpulan sekolah kami dan menjadikan lingkungan belajar pun juga harmonis,” kata Yudi.
Salah satu nilai penting yang selalu diajarkan di sekolah tiga bahasa adalah humanisme. Di sekolah tiga bahasa mereka sangat peduli untuk memperhatikan orang lain dan memperhatikan alam di sekitarnya. “Oleh karena itu memberikan bantuan alat kesehatan untuk sekolah yang membutuhkan ini ini merupakan bagian dari visi sekolah tiga bahasa,” ujar Yudi.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#VaksinAmanHalal
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 796/sipres/A6/XII/2021
Serah terima bantuan alkes dari PERSTIBI berlangsung secara simbolis di kantor Kemendikbudristek, Jakarta, pada Rabu (15/12). Bantuan diterima langsung oleh Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Jumeri. Bantuan alkes tersebut berupa 1.600 alat pengukur suhu, 22.000 masker, dan 240 APD (alat pelindung diri).
Jumeri mengatakan, bantuan alat kesehatan yang telah diberikan kepada Kemendikbudristek sangat bermanfaat bagi penyelenggaraan layanan pendidikan selama masa pandemi Covid-19. Atas nama Kemendikbudristek, ia mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan. “Kebutuhan akan thermogun, masker, dan APD di satuan pendidikan sangat penting. Walaupun anggaran dana BOS bisa dialokasikan untuk kebutuhan alat kesehatan di satuan pendidikan, dari survei yang kami lakukan ternyata masih banyak satuan pendidikan yang mengalami kesulitan dalam menyediakan thermogun. Bantuan ini sangat bermanfaat,” ujar Jumeri.
Ia mengungkapkan, distribusi bantuan alat kesehatan yang diberikan PERSTIBI tersebut akan diberikan kepada Provinsi Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Provinsi Banten akan menerima 240 thermogun, 3.300 masker, dan 30 APD. Provinsi Jawa Tengah akan menerima 320 thermogun, 4.400 masker, dan 40 APD. Kemudian Provinsi Jawa Barat akan menerima 475 thermogun, 6.600 masker, dan 60 APD. Secara total ada 1.035 thermogun, 14.300 masker, dan 130 APD.
“Kenapa Jawa Barat lebih banyak? Karena Jawa Barat adalah wilayah dengan sekolah yang paling banyak di Indonesia,” ujar Jumeri.
Ia menuturkan, pemberian bantuan alat kesehatan ini merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap dunia pendidikan. Jumeri berharap kepedulian yang dilakukan PERSTIBI menjadi inspirasi bagi lembaga-lembaga lainnya untuk bisa berperan dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.
“Kami juga berharap semoga mudah-mudahan semakin banyak kolaborasi antara lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan baik swasta maupun pemerintah untuk bisa membantu dalam pelayanan pendidikan di Indonesia. Mudah-mudahan ke depan menjadikan kita semakin baik, tidak hanya di sisi bantuan saja tapi juga di sektor-sektor lain kita bisa bekerja sama untuk memajukan pendidikan di Indonesia,” katanya.
Ketua Pengurus PERSTIBI, Yudi Sutanto, menuturkan, sekolah-sekolah yang tergabung dalam PERSTIBI memiliki visi dan misi yang selaras dengan Kemendikbudristek terhadap pendidikan Indonesia. Pertama, mereka ingin membentuk karakter Pancasila bagi siswa-siswinya, sehingga bisa mewujudkan profil pelajar Pancasila. “Itu yang menjadi acuan pertama sekolah kami. Kemudian visi yang kedua, anak-anak sekolah kami nanti akan dibekali dengan kemampuan berbahasa asing yang lebih dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. Bahasa asing yang kita pilih adalah bahasa Inggris dan bahasa Mandarin,” kata Yudi Sutanto.
Pihaknya meyakini bahasa Mandarin akan menjadi salah satu bahasa yang juga akan mendunia seperti bahasa Inggris sehingga harapannya siswa-siswi sekolah tiga bahasa khususnya generasi muda penerus bangsa, akan siap bersaing di era global.
“Meski demikian, sekolah kami tetap menguatkan bahasa Indonesia. Karena akar budaya dari Indonesia tidak boleh dilupakan, tidak boleh ditinggalkan dan itu masih menjadi akar budaya di sekolah kami,” kata Yudi.
Kemudian visi yang ketiga, sekolah tiga bahasa menginginkan para peserta didiknya memiliki kemampuan teknologi yang kuat. Oleh karenanya di sekolah tiga bahasa, pihaknya memberikan bekal kemampuan teknologi dan informatika yang kuat untuk anak-anak didiknya.
Di sekolah tiga bahasa, anak-anak juga sudah memiliki rasa toleransi yang begitu kuat karena di sekolah tiga bahasa ini peserta didik bisa bertemu teman dari latar belakang yang majemuk, baik dari segi agama, sosial, suku, hingga budaya. “Sehingga toleransi menjadi nilai utama di dalam perkumpulan sekolah kami dan menjadikan lingkungan belajar pun juga harmonis,” kata Yudi.
Salah satu nilai penting yang selalu diajarkan di sekolah tiga bahasa adalah humanisme. Di sekolah tiga bahasa mereka sangat peduli untuk memperhatikan orang lain dan memperhatikan alam di sekitarnya. “Oleh karena itu memberikan bantuan alat kesehatan untuk sekolah yang membutuhkan ini ini merupakan bagian dari visi sekolah tiga bahasa,” ujar Yudi.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#VaksinAmanHalal
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 796/sipres/A6/XII/2021
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1040 kali
Editor :
Dilihat 1040 kali