Tokyo, 14 Desember 2021 --- Rumah Budaya Indonesia (RBI) Tokyo kembali menggelar kegiatan budaya secara daring. Kali ini, RBI memperkenalkan tradisi Natal dan Tahun Baru (Nataru) di Indonesia. Di hadapan 35 warga Jepang, tradisi Nataru disampaikan oleh diaspora pegiat budaya dan Bahasa Indonesia, Imelda Coutrier.
 
Imelda mengenalkan bangunan-bangunan gereja tua dan bersejarah di seluruh Indonesia, baik gereja berarsitektur lokal atau campuran, kebiasaan masa perayaan Natal yang dilakukan sejumlah suku di Indonesia, dan hidangan Natal yang biasa disajikan.
 
Sejumlah lagu Natal dalam Bahasa Bajawa ditampilkan oleh Pastor Yohanes dan Pastor Willy yang bertugas di Paroki Kaminoge, Tokyo, beserta cuplikan tayangan permainan wayang wahyu bertema Natal oleh Romo Handi.
 
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Yusli Wardiatno yang hadir menyampaikan dalam sambutannya bahwa Indonesia merupakan negara paling demokratis dengan masyarakat yang saling menjaga toleransi antar umat beragama.
 
“Kami harap peserta dalam mengetahui bahwa Indonesia kaya dengan budaya dan sangat menjunjung tinggi agamanya. Meskipun mayoritas beragama Islam, Indonesia tetap menghargai agama-agama lainnya. Ini yang menyebabkan negara Indonesia adalah negara yang harmonis dan penuh kedamaian. Saya meskipun Muslim, juga ikut merasakan kegembiraan Natal tetangga dan handai taulan. Selamat bersuka cita bagi bapak dan ibu yang sedang menyiapkan perayaan Natal dan Tahun Baru,” ujar Atdikbud Yusli dalam sambutan pembukaannya, Sabtu (11/12).
 
Acara ini kemudian ditutup dengan demo masak penganan ringan nastar oleh diaspora Indonesia, Ai Sunarni. “Nastar adalah kue kering yang selalu disajikan di rumah-rumah orang Indonesia baik Natal maupun Idulfitri,” terang Ai.
 
Diaspora Indonesia lainnya, Tini Kodrat, juga memperkenalkan masakan “Selat Solo” yang sering disuguhkan pada hari-hari istimewa di Solo.
 
Acara RBI yang diselenggarakan seluruhnya  dalam Bahasa Jepang dapat dilihat pada kanal resmi Youtube RBI Tokyo dengan tautan: https://youtu.be/-DIafcue_Hs.*** (Atdikbud Tokyo/ Lydia Agustina/ Seno Hartono).
Sumber :