Atdikbud Tokyo Gandeng PPI Jepang, UNS, Persada dan Ikatan Ilmuwan Bahas Pendidikan Era Pandemi 24 Februari 2022 ← Back
Tokyo, 23 Februari 2022 --- Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang, KBRI Tokyo, yang bekerja sama dengan Universitas Sebelas Maret melalui Pusat Studi Jepang (PSJ), Persatuan Alumni Jepang (Persada), dan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) menggelar Webinar “What’s Your Research #4 Special Edition” dengan tema “Membangun Kesiapan Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19”.
Webinar yang dibuka oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo, Prof. Yusli Wardiatno, tersebut membahas tentang penyelenggaraan pendidikan di era pandemi dengan melihat dari sudut pandang kesehatan dan pendidikan berdasarkan pengalaman di Indonesia dan Jepang. Turut hadir dalam webinar, Ketua PPI Jepang, ketua PSJ UNS, dan Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, Bisnis dan Informasi UNS, Prof. Sajidan.
“Pandemi telah banyak berdampak pada berbagai sektor termasuk pendidikan. Namun, kita bersyukur dan berterima kasih pada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim. Tidak sedikit kebijakan Mendikbudristek yang berorientasi pada upaya meminimalisasi hilangnya pembelajaran di masa pandemi seperti peluncuran Kurikulum Merdeka,” ungkap Yusli dalam sambutannya, pada Sabtu (19/2).
Atdikbud Yusli sangat mengapresiasi inisiatif penyelenggaraan webinar ini, karena tepat waktu mengingat pandemi diharapkan segera berakhir dan sektor pendidikan harus mengejar ketertinggalan yang terjadi akibat pandemi. Agenda webinar mengundang 3 pembicara dari Jepang dan Indonesia. Pembicara pertama adalah David Virya Chen dari Osaka University, Jepang, Miftakhul Huda dari Nagoya University, Jepang, dan Murni Ramli dari UNS. Acara ini dimoderatori oleh Mercy B. Yunindanova yang merupakan mahasiswa doktor di Osaka University sekaligus dosen UNS.
Dalam kesempatan ini, Pembicara David Virya Chen membahas tentang Covid-19 dan peran vaksin. David menegaskan bahwa infeksi virus selalu melibatkan dua aspek, yaitu aspek virus dan tubuh manusia (respons imun). “Pembahasan imunologi adalah suatu aspek penting yang sebaiknya disampaikan pada siswa,” ucap peneliti bidang virologi ini. David juga menjelaskan keilmuan dasar yang mengarah ada pembentukan vaksin dan obat.
Dalam materinya, David menguraikan bahwa vaksin yang merata sangat penting untuk melindungi masyarakat dunia terhadap kemunculan varian-varian virus Covid-19. “Vaksin yang merata sangat penting sebelum pemberian booster. Dan yang terpenting, komunikasi sains adalah ‘vaksin’ terbaik, baik formal maupun informal. Dengan distribusi edukasi sains kepada masyarakat, kita dapat memberikan pemahaman dalam penanganan pandemi Covid-19,” ungkap David.
Sementara itu, Miftakhul Huda mengutarakan tentang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi di Jepang selama pandemi. “Jepang juga mengalami transformasi kegiatan belajar mengajar selama pandemi ke arah penggunaan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK), dan berupaya menerapkan program Giga School yang diwujudkan dengan memperbaiki jaringan internet di sekolah; menyediakan komputer atau tablet untuk siswa; subsidi jaringan internet untuk siswa; membangun sistem belajar daring; dan menyediakan direktorat data sains pendidikan,” ucap Huda.
Dalam penggunaan TIK, Jepang menerapkan 4 prinsip yaitu pertama, menekankan bahwa kebutuhan pokok dalam pendidikan adalah menggali potensi semua anak, belajar sesuai individu anak, dan juga kolaborasi belajar; kedua, TIK bertujuan untuk meningkatkan kualitas, dan mengatasi masalah pendidikan; ketiga, TIK bukan tujuan; serta keempat, mewujudkan sekolah dalam society 5.0.
“Melihat manfaat pembelajaran tatap muka (PTM) dan efek buruk pembelajaran secara daring, Jepang mempunyai kebijakan mengutamakan PTM untuk pendidikan dasar. Sebisa mungkin PTM dilaksanakan pada pendidikan SD disertai penggunaan TIK,” tambah Huda.
Ia juga menekankan bahwa sekolah merupakan titik pertemuan para siswa. “Sekolah adalah tempat belajar, tempat mengeksplor, dan meningkatkan rasa eksistensi diri. Pendidikan di Jepang juga berupaya melakukan evaluasi dalam penggunaan media TIK dengan analisis data dan upaya mengkaji efek manfaat,” ucap Huda.
Untuk kegiatan pendidikan di perguruan tinggi, tambah Huda, kegiatan pembelajaran dan riset tetap berlangsung dengan beberapa pengaturan di antaranya belajar dari rumah, rotasi, pengurangan jam masuk dan jumlah orang; administrasi daring; mengurangi sentuhan atau berhubungan dengan pihak luar; memaksimalkan jaringan internet; memberlakukan area gelembung (bubble area) di laboratorium; serta pemberlakuan akses daring bagi mahasiswa dan peneliti asing.
Sementara itu, Murni Ramli menyampaikan kondisi pembelajaran di Indonesia pada masa pandemi, kebijakan PTM terbatas di Indonesia. Diungkapkan Murni, tantangan pendidikan di masa pandemi di Indonesia di antaranya proses belajar mengajar dilaksanakan secara daring. “Terkadang ada orang tua atau siswa datang ke sekolah secara berkala untuk mengambil atau menyerahkan tugas, namun rapor dibagikan secara daring, wisuda daring, bahkan naik kelas pun daring,” ucap Murni.
Dirinya mengakui, pemerintah menyediakan subsidi kuota internet untuk pendidikan bagi peserta didik dan pendidik. Selain itu juga, penyelenggaraan pendidikan di era pandemi di Indonesia telah diatur berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam, tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19), serta Penyesuaian SKB 4 Menteri tentang Panduan Pembelajaran di masa Pandemi Covid-19.
Bercerita pengalaman selama pembelajaran selama pandemi, guru SMA Negeri 1 Magetan, Jawa Timur, Eko Adri Wahyudiono, memberikan apresiasi kepada Kemendikbudristek yang telah memberikan bantuan kuota internet gratis untuk guru dan siswa untuk proses belajar mengajar, sehingga dapat membantu dalam melakukan pemberlajaran secara daring.
“Kemdikbudristek juga membantu dengan memberikan kurikulum darurat selama pandemi dengan target minimal kurikulum (bukan maksimal). Pemerintah juga memberikan materi pelatihan serta memfasilitasi penggunaan perangkat elektronik untuk sekolah,” tutur Eko.
Pendidikan selama pandemi, kata Eko, membuat guru menjadi melek TIK untuk pembelajaran daring, termasuk program Moddler e-learning untuk evaluasi. Selain itu juga, meningkat peminatan guru pada literasi membaca, menulis dan jurnal ilmiah. “Di masa pandemi, orang tua murid juga berperan menjadi guru di rumah, sehingga mereka paham beratnya tugas guru di sekolah, dan terjadi komunikasi positif antara orang tua, guru dan pihak sekolah demi pendidikan yang terbaik untuk siswa,” tuturnya.
“Anak didik pun menjadi mandiri dalam proses belajar sehingga metode Self Discovery dan inquiry learning lebih dominan dalam penemuan keilmuan diri,” tambah Eko
Webinar ini diikuti oleh para mahasiswa, guru, dosen, serta masyarakat umum pemerhati pendidikan. Atdikbud Yusli berharap kegiatan ini dapat menjadi momentum yang baik dalam merefleksikan tantangan dan solusi pendidikan di masa pandemi.
“Kita semua dapat belajar dari negara yang telah berhasil menangani kendala Covid-19 di bidang pendidikan. Saya berharap kita semua dapat mengambil sintesis dari semua pembicara yang dapat disampaikan ke banyak pihak dalam perbaikan sektor pendidikan serta semoga kegiatan ini akan dapat membawa manfaat bagi banyak masyarakat,” pesan Atdikbud Yusli.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 82/sipers/A6/Il/2022
Webinar yang dibuka oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo, Prof. Yusli Wardiatno, tersebut membahas tentang penyelenggaraan pendidikan di era pandemi dengan melihat dari sudut pandang kesehatan dan pendidikan berdasarkan pengalaman di Indonesia dan Jepang. Turut hadir dalam webinar, Ketua PPI Jepang, ketua PSJ UNS, dan Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, Bisnis dan Informasi UNS, Prof. Sajidan.
“Pandemi telah banyak berdampak pada berbagai sektor termasuk pendidikan. Namun, kita bersyukur dan berterima kasih pada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim. Tidak sedikit kebijakan Mendikbudristek yang berorientasi pada upaya meminimalisasi hilangnya pembelajaran di masa pandemi seperti peluncuran Kurikulum Merdeka,” ungkap Yusli dalam sambutannya, pada Sabtu (19/2).
Atdikbud Yusli sangat mengapresiasi inisiatif penyelenggaraan webinar ini, karena tepat waktu mengingat pandemi diharapkan segera berakhir dan sektor pendidikan harus mengejar ketertinggalan yang terjadi akibat pandemi. Agenda webinar mengundang 3 pembicara dari Jepang dan Indonesia. Pembicara pertama adalah David Virya Chen dari Osaka University, Jepang, Miftakhul Huda dari Nagoya University, Jepang, dan Murni Ramli dari UNS. Acara ini dimoderatori oleh Mercy B. Yunindanova yang merupakan mahasiswa doktor di Osaka University sekaligus dosen UNS.
Dalam kesempatan ini, Pembicara David Virya Chen membahas tentang Covid-19 dan peran vaksin. David menegaskan bahwa infeksi virus selalu melibatkan dua aspek, yaitu aspek virus dan tubuh manusia (respons imun). “Pembahasan imunologi adalah suatu aspek penting yang sebaiknya disampaikan pada siswa,” ucap peneliti bidang virologi ini. David juga menjelaskan keilmuan dasar yang mengarah ada pembentukan vaksin dan obat.
Dalam materinya, David menguraikan bahwa vaksin yang merata sangat penting untuk melindungi masyarakat dunia terhadap kemunculan varian-varian virus Covid-19. “Vaksin yang merata sangat penting sebelum pemberian booster. Dan yang terpenting, komunikasi sains adalah ‘vaksin’ terbaik, baik formal maupun informal. Dengan distribusi edukasi sains kepada masyarakat, kita dapat memberikan pemahaman dalam penanganan pandemi Covid-19,” ungkap David.
Sementara itu, Miftakhul Huda mengutarakan tentang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi di Jepang selama pandemi. “Jepang juga mengalami transformasi kegiatan belajar mengajar selama pandemi ke arah penggunaan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK), dan berupaya menerapkan program Giga School yang diwujudkan dengan memperbaiki jaringan internet di sekolah; menyediakan komputer atau tablet untuk siswa; subsidi jaringan internet untuk siswa; membangun sistem belajar daring; dan menyediakan direktorat data sains pendidikan,” ucap Huda.
Dalam penggunaan TIK, Jepang menerapkan 4 prinsip yaitu pertama, menekankan bahwa kebutuhan pokok dalam pendidikan adalah menggali potensi semua anak, belajar sesuai individu anak, dan juga kolaborasi belajar; kedua, TIK bertujuan untuk meningkatkan kualitas, dan mengatasi masalah pendidikan; ketiga, TIK bukan tujuan; serta keempat, mewujudkan sekolah dalam society 5.0.
“Melihat manfaat pembelajaran tatap muka (PTM) dan efek buruk pembelajaran secara daring, Jepang mempunyai kebijakan mengutamakan PTM untuk pendidikan dasar. Sebisa mungkin PTM dilaksanakan pada pendidikan SD disertai penggunaan TIK,” tambah Huda.
Ia juga menekankan bahwa sekolah merupakan titik pertemuan para siswa. “Sekolah adalah tempat belajar, tempat mengeksplor, dan meningkatkan rasa eksistensi diri. Pendidikan di Jepang juga berupaya melakukan evaluasi dalam penggunaan media TIK dengan analisis data dan upaya mengkaji efek manfaat,” ucap Huda.
Untuk kegiatan pendidikan di perguruan tinggi, tambah Huda, kegiatan pembelajaran dan riset tetap berlangsung dengan beberapa pengaturan di antaranya belajar dari rumah, rotasi, pengurangan jam masuk dan jumlah orang; administrasi daring; mengurangi sentuhan atau berhubungan dengan pihak luar; memaksimalkan jaringan internet; memberlakukan area gelembung (bubble area) di laboratorium; serta pemberlakuan akses daring bagi mahasiswa dan peneliti asing.
Sementara itu, Murni Ramli menyampaikan kondisi pembelajaran di Indonesia pada masa pandemi, kebijakan PTM terbatas di Indonesia. Diungkapkan Murni, tantangan pendidikan di masa pandemi di Indonesia di antaranya proses belajar mengajar dilaksanakan secara daring. “Terkadang ada orang tua atau siswa datang ke sekolah secara berkala untuk mengambil atau menyerahkan tugas, namun rapor dibagikan secara daring, wisuda daring, bahkan naik kelas pun daring,” ucap Murni.
Dirinya mengakui, pemerintah menyediakan subsidi kuota internet untuk pendidikan bagi peserta didik dan pendidik. Selain itu juga, penyelenggaraan pendidikan di era pandemi di Indonesia telah diatur berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam, tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19), serta Penyesuaian SKB 4 Menteri tentang Panduan Pembelajaran di masa Pandemi Covid-19.
Bercerita pengalaman selama pembelajaran selama pandemi, guru SMA Negeri 1 Magetan, Jawa Timur, Eko Adri Wahyudiono, memberikan apresiasi kepada Kemendikbudristek yang telah memberikan bantuan kuota internet gratis untuk guru dan siswa untuk proses belajar mengajar, sehingga dapat membantu dalam melakukan pemberlajaran secara daring.
“Kemdikbudristek juga membantu dengan memberikan kurikulum darurat selama pandemi dengan target minimal kurikulum (bukan maksimal). Pemerintah juga memberikan materi pelatihan serta memfasilitasi penggunaan perangkat elektronik untuk sekolah,” tutur Eko.
Pendidikan selama pandemi, kata Eko, membuat guru menjadi melek TIK untuk pembelajaran daring, termasuk program Moddler e-learning untuk evaluasi. Selain itu juga, meningkat peminatan guru pada literasi membaca, menulis dan jurnal ilmiah. “Di masa pandemi, orang tua murid juga berperan menjadi guru di rumah, sehingga mereka paham beratnya tugas guru di sekolah, dan terjadi komunikasi positif antara orang tua, guru dan pihak sekolah demi pendidikan yang terbaik untuk siswa,” tuturnya.
“Anak didik pun menjadi mandiri dalam proses belajar sehingga metode Self Discovery dan inquiry learning lebih dominan dalam penemuan keilmuan diri,” tambah Eko
Webinar ini diikuti oleh para mahasiswa, guru, dosen, serta masyarakat umum pemerhati pendidikan. Atdikbud Yusli berharap kegiatan ini dapat menjadi momentum yang baik dalam merefleksikan tantangan dan solusi pendidikan di masa pandemi.
“Kita semua dapat belajar dari negara yang telah berhasil menangani kendala Covid-19 di bidang pendidikan. Saya berharap kita semua dapat mengambil sintesis dari semua pembicara yang dapat disampaikan ke banyak pihak dalam perbaikan sektor pendidikan serta semoga kegiatan ini akan dapat membawa manfaat bagi banyak masyarakat,” pesan Atdikbud Yusli.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 82/sipers/A6/Il/2022
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1383 kali
Editor :
Dilihat 1383 kali