Kemendikbudristek Dorong Guru Kembangkan Strategi Berliterasi  09 Maret 2022  ← Back

Jakarta, Kemendikbudristek — Direktorat Guru Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengadakan webinar yang bertemakan “Diseminasi Peraturan Dirjen GTK tentang Kerangka Kompetensi Literasi dan Numerasi”. Acara ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan para guru tentang strategi literasi.

Webinar tersebut menghadirkan tiga narasumber yaitu Firman Parlindungan dari Universitas Teuku Umar Aceh, Sofie Dewayani dari Yayasan Litara, dan Riski selaku Guru dari SDN Sidotopo I/48 Surabaya.

Menurut Firman Parlindungan, kata literasi atau terminologi literasi sudah semakin berkembang. “Literasi berkaitan dengan satu bahasa, dwiliterasi (biliteracy) berkaitan dengan literasi dalam dua bahasa dan literasi multibahasa (multilingual literacy) berkaitan dengan dua bahasa atau lebih, dan yang terakhir multiliterasi ini melibatkan visual, matematika, IT, media sosial, dan bisa dalam satu bahasa ataupun dua atau lebih bahasa,” jelasnya pada Selasa (9/3).

Firman mengambil contoh definisi literasi dari UNESCO tahun 2004 dan ILA tahun 2016 yang menyatakan bahwa literasi berkaitan dengan kemampuan atau kompetensi, mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, mencipta, mengomputasi dan berkomunikasi, dan semua kompetensi yang berkaitan dengan simbol yang tertulis dalam berbagai konteks. Pembelajaran literasi harus berdasarkan pada pengamatan yang sistematis dan melihat perkembangan literasi secara langsung.

Selanjutnya, narasumber kedua yakni Sofie Dewayani memaparkan tujuan perumusan kerangka kompetensi literasi guru yaitu memberikan arah bagi program kapasitas guru untuk mengembangkan lingkungan belajar yang literat dan menyenangkan bagi siswa, memberikan arah bagi program peningkatan kapasitas guru untuk mengembangkan pembelajaran berkualitas dengan strategi berpikir melalui teks sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, serta memberikan arah bagi program pengembangan profesionalisme dan peningkatan kecakapan literasi guru.

Riski menambahkan selama praktik pembelajaran dan asesmen literasi di SD, penerapan strategi membaca dan menulis berjalan secara eksplisit. Pelaksanaan pembelajaran terjadi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 1) mini lesson yakni mengemas pembelajaran menarik selama 15 menit, 2) conferring dan small group yakni membentuk kelompok diskusi untuk membahas suatu hal selama 35 menit, dan 3) share yakni saling bertukar pikiran dalam sebuah diskusi selama 10 menit.

“Dengan menggunakan strategi pembelajaran menulis secara eksplisit, siswa dapat melisankan puisi hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri. Tujuan asesmen ditujukan untuk mengetahui kelancaran membaca anak teknik yang digunakan untuk menjalankan catatan (running records).” tuturnya. (Winda Sari/Ratna Putri Prabantari/Denty A.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1233 kali