Mahasiswa Doktoral Indonesia di AS Berbagi Riset Transportasi Canggih dan Robotik 29 Maret 2022 ← Back
Washington D.C., 29 Maret 2022 --- Transportasi dengan teknologi canggih serta energi terbarukan yang efisien merupakan dua isu yang ramai dibincangkan terkait berkembangnya revolusi industri 4.0 saat ini. Negara-negara di dunia berlomba menciptakan terobosan terbaru di bidang transportasi serta berusaha mencari alternatif energi untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Demikian disampaikan Wakil Duta Besar Republik Indonesia di Washington D.C., Sade Bimantara, saat dihubungi Senin (28/3).
Diakui Sade, peran dan kontribusi besar bidang teknik dan energi dalam rencana Revolusi Industri 4.0 Indonesia sangat besar. “Kita perlu membangun manufaktur dan investasi canggih. Untuk itu, diperlukan teknologi baru dan tentunya teknologi revolusi industri 4.0 yang dapat membawa perubahan dan menjadikan kita lebih berdaya saing,” terang Sade.
Oleh karena itu, dalam rangka menciptakan generasi yang siap menyongsong masa depan dan siap berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional dari sektor teknik dan energi, KBRI Washington D.C. terus bergerak menginisiasi ragam diskusi riset dan kebijakan guna bertukar pikiran untuk menemukan solusi-solusi nyata melalui Webinar Bincang Karya (Bianka) ke-27 yang digelar secara virtual, Selasa (22/3).
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) RI di Washington D.C., Popy Rufaidah menegaskan, “Webinar ini ditujukan bagi mereka yang berkecimpung di bidang teknik dan energi, baik mahasiswa maupun kaum profesional untuk melanjutkan studi ke Amerika ataupun menjalin kerja sama dengan universitas terbaik di Amerika.”
Selain itu, Atdikbud Popy juga mengundang perwakilan kampus dari Amerika Serikat untuk memberi gambaran mengenai program yang mereka tawarkan dan juga bidang riset yang mereka kerjakan. “Hal ini tentu agar mahasiswa atau kaum profesional bidang keinsinyuran dan energi mendapat gambaran untuk kemudian menjalin kerja sama riset,” tutur Popy.
Pembicara yang hadir dalam serial webinar kali ini adalah Ana P. Baros, Department Head dari Civil and Environmental Engineering, University of Illinois Urbana – Champaign serta Santosh Devasia yang merupakan Direktur pada Boeing Advanced Research Center (BARC) Mechanical Engineering Department, University of Washington, Seattle. Dalam presentasinya, keduanya menjelaskan beragam bidang riset yang saat ini berlangsung di kampus mereka. Keduanya juga mengungkapkan potensi kolaborasi riset antar universitas di kedua negara. Webinar dipandu Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Kedirgantaraan, Institut Teknologi Bandung (ITB), Tatacipta Dirgantara.
Bianka kali ini secara khusus mengundang Ilmuwan Riset (Research Scientist) dari the Hybrid Power Systems, The National Energy Technology Laboratory/LRST, Department of Energy, Amerika Serikat, Natarianto Indrawan. “LRST mempunya 17 lab yang tersebar di Amerika. Jadi bagi rekan-rekan yang ingin studi ke AS, saya sarankan untuk berdekat-dekatlah dengan lab ini, karena banyak sekali kesempatan kolaborasi riset. Sampai nanti kembali pun, masih bisa berkolaborasi,” tutur Natarianto yang merupakan orang perantauan (diaspora) Indonesia di Amerika. Menurut Natarianto, tidak semua pihak dapat menjalin riset, hanya mereka yang pernah melakukan riset di sanalah yang diberi kesempatan.
Direktur Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Wisnu Sardjono Soenarso, yang hadir dalam kesempatan ini, turut menyampaikan dukungannya. “LPDP selalu berkomitmen untuk memberikan beasiswa dan pendanaan riset bagi talenta luar biasa di Indonesia untuk pembangun SDM dan untuk membangun ekosistem Indonesia dengan lebih baik,” tegas Wisnu.
Berjejaring, Salah Satu Kunci Sukses Karier dan Studi Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat
Sementara itu dua mahasiswa asal Indonesia tampil membagikan pengalaman mereka selama menempuh studi di Amerika. Mereka mengungkapkan mengapa Amerika adalah tujuan yang tepat untuk melanjutkan studi doktoral mereka. Dennisa Purba, mahasiswa program doktoral bidang Teknik Sipil khususnya dalam konsentrasi transportasi (Transportation Engineering), University of Illinois Urbana-Champaign menuturkan bahwa berjejaring merupakan satu hal yang penting dalam perjalanan doktoralnya.
Dennisa mengaku memiliki pengalaman unik saat mengawali studi doktoralnya. “Saat itu, justru departemen saya menuliskan petisi kepada graduate college untuk menjadikan saya mahasiswa tanpa proses pendaftaran dan didanai secara penuh,” ungkap penerima beasiswa graduate research assistantship ini.
“Berjejaring itu sangat penting. Dapat dilihat pada kasus saya, yang mempromosikan saya bukan hanya dosen-dosen dari departemen saya, tapi juga dosen-dosen dari lintas departemen, yaitu Department of Industrial Engineering,” tutur Dennisa.
Terkait riset, dirinya mengaku tengah fokus menggarap risetnya dalam bidang transpotasi tepatnya meneliti bagaimana para evakuator melakukan proses evakuasi dengan mobil listrik canggih yang diharapkan menjadi mobil berteknologi tinggi berbahan bakar listrik.
Mahasiswa Program Doktoral Bidang Teknik Mesin di University of Washington (UW), Yoshua Gombo, mengakui saat ini dirinya tengah fokus pada bidang Robotics and Controls.
“Untuk bidang Robotics dan Controls, UW merupakan salah satu universitas yang kompetitif. Rasio profesor dan mahasiswa cukup tinggi sehingga akses informasi dan mentor sangat mudah,” tutur Yoshua yang merupakan penerima beasiswa Otoritas Khusus (Otsus) Pemerintah Provinsi Papua.
Yoshua juga mengatakan, dikarenakan lokasi UW yang berdekatan langsung dengan banyak perusahaan manufaktur dan teknologi besar seperti Amazon, Boeing, Microsoft, dll maka kesempatan kolaborasi antara universitas dengan industri yang ditawarkan sangat besar.
Acara ini terlaksana berkat dukungan aktif Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), serta Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI).
Ketua MRPTNI Jamal Wiwoho, yang dihubungi dalam kesempatan terpisah mengatakan, “AS merupakan salah satu negara yang menggunakan teknologi terbaru dalam bidang transportasi dan energi. Kalau generasi muda kita dapat mempelajari hingga menjalin kerja sama riset dengan kampus-kampus top di sana, itu kesempatan yang sangat bagus.”
Diakui Atdikbud Popy, Sejak digelar 2020 lalu, Bianka kian mendapat respons positif dari peserta. Terpantau sejumlah hampir 150 peserta hadir dalam webinar ini. “Acara ini juga sebagai wujud dukungan kepada Merdeka Belajar – Kampus Merdeka yang bertujuan mencetak SDM unggul dan berdaya saing,” terang Atdikbud Popy.
Sebagai informasi, rekaman siaran langsung webinar Bincang Karya (BIANKA) Seri-27 Bidang Teknik dan Energi dapat diakses di laman resmi Facebook Atdikbud USA dengan tautan https://bit.ly/fb-watch-bianka27.*** (Atdikbud Washington D.C./ Lydia Agustina/ Seno Hartono)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2022 kali
Editor :
Dilihat 2022 kali