Menilik Manfaat Kepemimpinan Kemendikbudristek pada G20 untuk Indonesia  31 Maret 2022  ← Back

Jakarta, 31 Maret 2022 --- G20 merupakan merupakan forum kerja sama internasional yang beranggotakan 19 negara dan Uni Eropa. Indonesia memegang Presidensi G20 pada tahun 2022, di mana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadi pemimpin Kelompok Kerja Bidang Pendidikan G20 (G20 Education Working Group). Selama masa presidensi, Kemendikbudristek mengemas konsep Merdeka Belajar ke dalam empat isu utama sebagai agenda prioritas.

Banyak manfaat yang didapat Indonesia sebagai negara yang memimpin serangkaian pertemuan G20, salah satunya terkait isu pendidikan. Dalam kesempatan ini, Indonesia dapat berbagi berbagai terobosan yang dilakukan Kemendikbudristek melalui Merdeka Belajar dalam mengatasi masalah di dunia pendidikan, khususnya untuk bangkit dan pulih dari pandemi Covid-19. Selain itu, sektor budaya ikut terangkat seiring dengan sektor ekonomi kreatif yang kembali menggeliat.

“Kita melakukan dialog dengan berbagai organisasi baik di dalam negeri maupun internasional untuk mendapatkan berbagai telaah-telaah atau tren dunia tentang dunia pendidikan. Oleh karena itu di sini ada UNICEF, ada World Bank, OECD dan tim lainnya untuk membantu kita memahami isu yang paling relevan dan paling mendesak untuk menjawab tantangan pendidikan di masa pemulihan pandemi maupun pasca pandemi,” jelas Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Iwan Syahril selaku Ketua (Chair) G20 Education Working Group (EdWG) ketika menjawab pertanyaan tentang apa manfaat G20 bagi sektor pendidikan di Indonesia pada webinar rutin Kemendikbudristek, Silaturahmi Merdeka Belajar.

Melalui G20 EdWG yang diketuai olehnya, Kemendikbudristek mengangkat empat agenda utama untuk dibahas bersama oleh negara anggota G20. Keempat isu utama yang berakar dari konsep Merdeka Belajar ini adalah Pendidikan Berkualitas untuk Semua (Universal Quality Education), Teknologi Digital dalam Pendidikan (Digital Technologies in Education), Solidaritas dan Kemitraan (Solidarity and Partnership), dan Masa Depan Dunia Kerja Pascapandemi Covid-19 (The Future of Work Post Covid-19).

Selain itu, G20 kata Dirjen Iwan, menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menguatkan implementasi pendidikan untuk semua (education for all). Baginya hal ini penting karena salah satu masalah yang ditimbulkan dari pandemi adalah makin melebarnya kesenjangan dalam proses pembelajaran. “Krisis pembelajaran yang sudah ada sebelum pandemi, menjadi semakin parah selama pandemi. Apalagi bagi kelompok rentan,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Kemendikbudristek meluncurkan pendanaan pendidikan yang berkeadilan melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) majemuk. Daerah yang indeks kemahalannya lebih besar mendapatkan nominal dana yang lebih besar.

“Terobosan inilah yang kita kenalkan dalam forum G20 di mana kita harus menguatkan komitmen bahwa pendidikan itu untuk semua. Bagaimana antarnegara G20 saling berbagi praktik baik sehingga kita dapat berbagi solusi satu sama lain,” tegas Iwan.

National Programme Officer Education UNESCO, Gunawan Zakki mengapresiasi komitmen Kemendikbudristek yang memastikan bahwa isu-isu pendidikan yang diangkat dalam G20 menjadi kebijakan atau Gerakan global (global movement). “Indonesia bagi UNESCO telah banyak memberi kontribusi dan inovasi pendidikan yang diadopsi oleh negara-negara di dunia,” terangnya.

Ia mengemukakan bahwa Kemendikbudristek berhasil memenangkan King Sejong Literacy Price yang terkait dengan peningkatan literasi bagi buta aksara di Indonesia. Artinya, upaya kementerian dalam memajukan literasi sudah diakui dunia. “Kemendikbudristek juga mendapat penghargaan atas upayanya menjadikan pendidikan itu berkembang secara berkelanjutan (suistanable development). Program-program inovasi dari Kemendikbudristek diapresiasi oleh UNESCO dan sudah diimplementasikan di beberapa negara,” urai Gunawan.

Pandangan UNESCO atas empat agenda prioritas yang diusung dalam presidensi G20 ini sangat baik karena isu-isu tersebut saat ini sangat dibutuhkan dunia terutama terkait pencapaian target SDGs tahun 2030. “Indonesia dinilai telah memberi kontribusi positif melalui berbagai kebijakannya yang relevan dengan kondisi saat ini. Kami apresiasi upaya pemanfaatan teknologi digital untuk makin merangkul seluruh lapisan masyarakat,” terangnya seraya menjelaskan bahwa hal tersebut sejalan dengan misi UNESCO.

Berikutnya, terkait dengan dunia kerja di masa depan, Indonesia patut menunjukkan eksistensi sebagai laboratorium pengetahuan. “UNESCO berharap akan banyak negara di dunia yang menjadikan Indonesia sebagai referensi untuk memajukan sektor pendidikannya,” kata Gunawan.

Perwakilan Tim Strategi Komunikasi, Kantor Staf Presiden (KSP), Dilla Amran turut menyampaikan manfaat presidensi G20 bagi Indonesia. Salah satunya adalah memperlihatkan bahwa Indonesia telah menjalankan transformasi digital, mengelola energi terbarukan, serta mengimplementasikan konsep Merdeka Belajar yang menjadi jawaban atas perubahan zaman. “Saya yakin, banyak rumusan hasil G20 yang bermanfaat bagi Indonesia ke depan,” ujarnya optimistis.







Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
    
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Dapatkan informasi lengkap tentang Merdeka Belajar melalui: http://merdekabelajar.kemdikbud.go.id    
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id     

#MerdekaBelajar
#G20Indonesia
#G20Dikbud
#PulihBersama
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 169/sipers/A6/IIl/2022

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2433 kali