Praktik Baik Masyarakat Merevitalisasi Bahasa Daerah  18 Maret 2022  ← Back

Jakarta, 18 Maret 2022 --- Pentingnya upaya dan praktik baik masyarakat dalam merevitalisasikan bahasa daerah menjadi penekanan yang disampaikan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), E. Aminudin Aziz, pada Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertajuk Revitalisasi Bahasa Daerah, Kamis (17/3).

“Fokus dengan generasi muda dan mengedepankan kreativitas merupakan cara kami untuk melakukan Revitalisasi Bahasa Daerah,” ucapnya yang disampaikan secara daring melalui kanal YouTube Kemendikbud RI.

Acara ini menghadirkan para narasumber yang telah melakukan berbagai praktik baik dalam upaya merevitalisasikan bahasa daerah. Pertama adalah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), Ulfa Tenri Batari. Merujuk surat edaran Nomor 420 yang diterbitkan Pemerintah Kabupaten Gowa per tanggal 6 Agustus 2021 tentang Pelaksanaan Pelajaran Bahasa Daerah di Sulawesi Selatan maka penggunaan Bahasa daerah Makassar telah digunakan setiap hari Jumat di seluruh satuan pendidikan.  

“Selain itu, untuk Bahasa Makassar sebagai muatan lokal itu berdiri sendiri di dua jam pelajaran di setiap pekannya. Kami juga dibantu dibantu Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat provinsi, serta berkolaborasi dengan radio lokal dalam pelestarian bahasa daerah untuk semua kalangan,” terang Ulfa.

“Kami didukung oleh Ibu Bupati melalui Tim Penggerak PKK di Kabupaten Gowa dalam membiasakan Bahasa Makassar kepada anak. Terakhir, kami tergabung dari dalam Wiki Sulsel dalam melestarikan Bahasa Makassar,” imbuhnya.

Kabupaten Gowa memiliki 18 kecamatan yang terdiri dari sembilan kecamatan berada di dataran tinggi dan sembilan kecamatan berada di dataran rendah. Di Sulawesi Selatan pada umumnya terdapat 14 bahasa daerah. Sementara di Kabupaten Gowa, salah satu dari 14 bahasa daerah itu, ada Bahasa Makassar yang lazim digunakan masyarakat. Dari 14 bahasa daerah tersebut, terdapat tiga dialek yang dipakai yaitu Dialek Lakiung, Dialek Turatea dan Dialek Makassar Konjo.

Narasumber berikutnya adalah Juara Pertama Lomba Pidato Tunas Bahasa Ibu Tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2021, Bunga Salsabila yang menyampaikan alasan keikutsertaannya dalam lomba Pidato Bahasa Ibu.  “Karena sudah jarang sekali anak-anak muda yang menggunakan bahasa daerahnya. Saya khawatir kalau bahasa daerah ini lama-lama akan punah karena semakin ke sini banyak sekali anak-anak muda yang malah senang bisa menggunakan bahasa asing daripada memakai bahasa daerahnya sendiri,” ungkap Bunga yang sering membuat konten (content creator) menggunakan bahasa daerah ini.

Upayanya merevitalisasi bahasa daerah, ia harapkan dapat memotivasi generasi muda untuk bangga menggunakan bahasa daerah.  “Pesan Bunga, untuk teman-teman semuanya jangan malu untuk berbahasa daerah kalau bukan kita yang melestarikan bahasa daerah ini lalu siapa lagi. Jangan hanya bangga menggunakan bahasa asing tapi juga menggunakan bahasa daerah dengan tetap utamakan bahasa Indonesia,” tutur siswa SMPN 2 Boyolali, yang bercita-cita menjadi guru Bahasa Jawa itu.

Berikutnya, Perwakilan Perkumpulan Pendidik Bahasa Daerah Indonesia, Risnawati, mengatakan bahwa unsur penting dalam menyukseskan revitalisasi bahasa daerah adalah dengan menciptakan iklim belajar yang menyenangkan bagi siswa.

Ia menjelaskan bahwa mata pelajaran bahasa sastra daerah memiliki tantangan yang lebih tinggi dibandingkan mata pelajaran lain. Sebab para pengajar harus menularkan kecintaan dan kebanggaan dalam menggunakan bahasa daerah di tengah tantangan globalisasi dan rasa gengsi pada anak-anak muda.

Oleh karena itu, Risnawati menilai, FTBI dapat mendorong revitalisasi bahasa daerah di kalangan generasi muda. “Kami dari PPBDI mengharapkan Festival Tunas Bahasa Ibu akan terus terselenggarakan setiap tahunnya agar dapat menjadi motivasi baru kami dalam mengajar bahasa daerah kepada generasi penerus bangsa,” tekannya.

Sebelum mengakhiri, ia mengajak para pengajar bahasa daerah untuk terus berinovasi menciptakan iklim pembelajaran yang baik sehingga peserta didik menyukai bahasa daerahnya. “Jika anak-anak murid tidak suka terhadap bahasa daerahnya maka akan sulit meskipun kita menggunakan metode terbaik dalam mengajar. Kita harus ambil hati anak murid supaya mereka menerima ilmu yang akan kita berikan,” pungkasnya.

Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
    
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI    
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id     

#MerdekaBelajar
#DemiKemajuan
#BersamaHadapiCorona
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 138/sipers/A6/IIl/2022

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 883 kali