KBRI Tokyo Dorong Pertukaran Budaya Antar Generasi Muda Indonesia dan Jepang 06 April 2022 ← Back
Tokyo, 1 April 2022 --- Diplomasi budaya adalah salah satu cara Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo sebagai perwakilan RI di Jepang untuk terus menguatkan hubungan diplomatik yang telah terjalin antara Indonesia dan Jepang sejak 1958, dan hal ini juga merupakan dukungan KBRI Tokyo pada semangat Merdeka Berbudaya yang diusung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
“Sebagai "negara adidaya" di bidang kebudayaan, Indonesia memiliki kelebihan yang luar biasa di dalam ragam kebudayaan yang dapat dijadikan senjata untuk memperkuat posisi nasional dan internasional negara dan bangsa. Diplomasi kebudayaan dapat memupuk saling pengertian baik antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Jepang maupun antara masyarakat kedua negara,” ucap Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Tokyo, Yusli Wardiatno, dalam acara pertukaran budaya internasional yang dihelat KBRI Tokyo dengan tajuk “Waku-waku Hanami Sama Tomodachi 2022”, di Wisma Duta, kediaman Dubes RI untuk Jepang dan Federasi Mikronesia, Tokyo, Jumat (1/4).
Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Tokyo, Nuning Heri Akhmadi, selaku penggagas acara menyampaikan bahwa pertukaran budaya merupakan sarana yang sangat penting untuk memperdalam pemahaman tentang Indonesia pada masyarakat Jepang, di samping juga sebagai upaya mempromosikan persahabatan internasional dan niat baik. Acara ini diselenggarakan bekerja sama dengan NPO World Kids Museum.
“Acara ini mempertemukan siswa SMP dan SMA dari Sekolah RI Tokyo (SRIT) dan Matsumi Gakuen. Program ini sejalan dengan kesepakatan yang tertuang dalam Japan - Indonesia Joint Statement: Towards Further Strengthening of the Strategic Partnership Underpinned by Sea and Democracy, bagian empat tentang People-to-People and Cultural Exchange, setelah pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan PM Shinzo Abe di Tokyo pada 23 Maret 2015,” tutur Nuning.
“Pertukaran budaya bukanlah invasi budaya. Tujuan pertukaran budaya adalah agar saling memahami dan menghormati budaya satu sama lain, demi terciptanya hubungan antar negara yang erat dan solid. Melalui pertukaran budaya, saling pengertian tentang dasar sosial setiap bangsa dapat saling dipahami. Seperti bahasa, adat istiadat, dan tradisi,” tegas Nuning.
Sementara itu, Atdikbud Yusli yang sekaligus bertindak sebagai Plt Kepala Sekolah SRIT mengungkapkan bahwa Indonesia dan Jepang memiliki kesamaan visi dalam mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan.
“Pemerintah Jepang memberikan dana abadi melalui Japan Foundation dalam melaksanakan program pertukaran budaya secara sistematis, efektif dan stabil. Pemerintah RI pun melalui Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bersama Menteri Keuangan telah meluncurkan Dana Abadi Kebudayaan sebagai Merdeka Belajar Episode Kedelapan Belas: Merdeka Berbudaya dengan Dana Indonesiana untuk memajukan kebudayaan. Jadi, Indonesia dan Jepang memiliki visi dan misi yang sama dalam pengembangan kebudayaan,” tutur Atdikbud.
Menurut Atdikbud, empat spektrum dukungan yang terwadahi oleh Dana Indonesiana seperti dipaparkan Mendikbudristek saat peluncurannya merupakan komitmen dan terobosan yang patut diapresiasi dan didukung semua pihak.
Dalam kesempatan ini, siswa SRIT menampilkan Tari Jaipong dan Maumere serta permainan angklung. Siswa asal Matsumi Gakuen Jepang, dalam gilirannya, menyuguhkan permainan ukulele dengan lagu “Sukiyaki” yang sangat popular di berbagai belahan dunia. Para siswa Jepang juga diajak menari Maumere bersama dan diajarkan cara memainkan angklung. “Mereka juga menikmati buku-buku tentang Indonesia serta beberapa koleksi keris yang dipamerkan di kediaman Dubes RI Tokyo,” ungkap Atdikbud Yusli.
Selain siswa Matsumi Gakuen, hadir dalam acara tersebut perwakilan dan Presiden NPO World Kids Museum, Hiromichi Nagata dan Sakura Ijuin, Ketua Yayasan Matsumi Gakuen, Iwane Matsui, Kepala SMA Matsumi Gakuen, Hiroshi Matsui, Kepala SD Matsumi Gakuen, Yoko Kuzunuki, Produser Grup Matsumi Gakuen, Yanagiman, CEO Support Our Kids Project, Kazuki Iso, dan CEO MFY.co.,LTD, Tetsuo Yahisa, yang perusahaannya menggunakan sebagian profitnya untuk pertukaran budaya anak-anak.
Pada penutupan acara, Atdikbud Yusli menyampaikan bahwa kegiatan budaya yang melibatkan generasi muda sangat strategis mengingat merekalah yang akan menjadi pemimpin bangsa. “Pertemuan antar generasi muda dua bangs ini diharapkan dapat menjadi pengikat persahabatan di antara mereka. Manakala mereka menjadi pemimpin negara, maka keeratan antar kedua negara akan semakin mudah terjadi di masa depan,” pungkas Yusli.*** (Atdikbud Tokyo/ Lydia Agustina/ Seno Hartono)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 23106 kali
Editor :
Dilihat 23106 kali