KBRI Washington D.C. Perkuat Kolaborasi AS-Indonesia Lewat Diskusi Riset Agrikultur dan Ekologi 21 Juni 2022 ← Back
Washington D.C., 14 Juni 2022 --- Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia di 2021 mencatat bahwa selama pandemi sektor agrikultur merupakan sektor yang konsisten berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan subsektor perkebunan menjadi penopang utama. Hal tersebut diungkapkan Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Amerika Serikat, Rosan Roeslani pada acara Bincang Karya (Bianka) seri ke-38 yang mengangkat tema agrikultur dan ekologi, Selasa (14/06).
“Meskipun begitu, Indonesia mempunyai sebuah tantangan yang besar terkait upaya pengembangan pangan alternatif untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan global,” terang Dubes Rosan.
Oleh karena itu, Dubes Rosan mengungkapkan, dirinya bangga karena Indonesia mempunyai generasi muda bidang agrikultur yang kompeten sehingga mampu membantu pemerintah dalam menjawab tantangan ini. “Kita juga membutuhkan peran ahli ekologi untuk membantu menciptakan ekosistem yang seimbang dan lingkungan yang sehat sehingga kelestarian alam dapat terjaga dengan baik,” ucapnya.
Diterangkan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Washington D.C., Popy Rufaidah, Bianka merupakan serial webinar yang terselenggara atas kerja sama Kedutaan Besar republik Indonesia (KBRI) di Washington, D.C. melalui Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) serta Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI).
Selain itu, Atdikbud Popy juga berharap agar forum ini bermanfaat bagi mahasiswa, peneliti, dosen, serta kalangan profesional Indonesia bidang agrikultur dan ekologi untuk membuka kesempatan kolaborasi dengan universitas-universitas di Amerika Serikat dalam bidang pendidikan dan riset. “Kami mendukung anak-anak muda Indonesia dengan membuka jalan komunikasi demi kolaborasi dengan universitas mitra yang hadir dalam kesempatan ini,” tambah Atdikbud Popy.
Turut hadir dalam acara, Direktur Keuangan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), E. Agust Hartanto mengatakan jika data BPS menunjukkan jika petani di Indonesia didominasi oleh mereka yang berusia di atas 50 tahun yakni sebanyak 37%. “Kita harus terus meningkatkan kualitas SDM bidang agrikultur dan membuat sektor ini lebih menarik dan menguntungkan. Sektor agrikultur kita harus lebih modern dan menarik minat generasi muda sebagai sebuah pekerjaan yang menjanjikan,” ungkap Agust.
Menurutnya, ada banyak cara meningkatkan kualitas pertanian Indonesia, LPDP, misalnya, mengambil peran dengan terus berkomitmen memberikan beasiswa pendidikan dan riset kepada generasi muda termasuk dalam bidang agrikultur dan ekologi.
M. Habib Widyawan, kandidat Ph.D. bidang Plant Breeding, Genomics, and Genetics dari University of Georgia membagikan risetnya tentang pemanfaatan teknologi genomika untuk pengembangan kultivar kedelai tahan penyakit.
“Tujuan pengembangan kultivar tahan penyakit adalah menjaga hasil panen tanaman supaya tetap dapat menguntungkan secara ekonomi meskipun terserang hama penyakit,” tutur Habib.
Sementara itu, Hendri Yuda Winanto, calon Master bidang Soil Science dari University of Wisconsin-Madison mempresentasikan risetnya yang fokus pada monitoring dan pemodelan emisi karbon dioksida dari beragam penggunaan lahan dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Hendri mengatakan, “Kami sedang mengembangkan sensor berbiaya rendah dan berdaya rendah (low-cost and low-power) dengan ongkos produksi kurang dari 500 dolar AS per unit. Sensor kami ini nantinya sangat bisa diaplikasikan dan dapat diandalkan untuk diterapkan di Indonesia.”
Sementara itu, kandidat Ph.D. Bidang Wildlife Ecology, University of Maine, Agus Sudibyo Jati, memaparkan risetnya yang akan menjadi riset ekologi pertama untuk Babirusa Togean, satwa endemik Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah yang termasuk dalam kategori terancam punah (endangered).
“Melalui riset ini, saya akan mengembangkan protokol monitoring untuk spesies tersebut yang bisa digunakan sebagai panduan bagi pengelola (seperti misalnya Taman Nasional Kepualauan Togean) untuk memantau populasi Babirusa Togean,” terang Agus.
Kegiatan yang dilaksanakan daring ini juga dihadiri perwakilan kampus tempat ketiga mahasiswa Indonesia tersebut belajar. Dean Graduate School, University of Georgia, Ron Walcott, memaparkan informasi terkait program yang institusinya tawarkan serta beragam sumber pembiayaan yang bisa didapatkan para mahasiswa.
“Terdapat beasiswa berbentuk perekrutan mahasiswa sebagai asisten penelitian yang disponsori oleh Principal Investigator (PI) atau peneliti utama, sebagai asisten departemen, dan sebagai asisten yang ketiganya disediakan secara kompetitif oleh sekolah pascasarjana kami,” jelas Ron.
Chair of The Departement of Soil Science, University of Wisconsin-Madison, Alfred E. Hartemink, juga hadir memberikan informasi komprehensif seputar program di institusinya dan stasiun riset mereka. “Kita akan memiliki sekitar 10 atau 15 stasiun penelitian pertanian ini di seluruh negara bagian. Masing-masing stasiun ini awalnya direncanakan dalam apa yang kita sebut Agro Ecological Zone,” terang Alfred.
Associate Vice President for Graduate Studies and Senior Associate Dean, University of Maine, Scott G. Delcourt, dalam presentasinya mengatakan, “Kami memiliki sejumlah stasiun percobaan pertanian dan hutan yang tersebar di seluruh negara bagian. Sebagian besar dari mereka memiliki bidang penelitian khusus.”
Salah satu wilayah paling utara Maine, diterangkan Scott, tidak hanya fokus pada penelitian kentang, tetapi juga eksperimen lain yang berfokus pada penelitian kelautan, penelitian bluberi, penelitian tentang pohon buah-buahan, termasuk apel, pir dan, ceri.
Sementara dalam keterangan tertulisnya, Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI), Jamal Wiwoho, mengungkapkan dukungannya kepada acara yang telah digelar sejak dua tahun lalu ini. “Bianka ini merupakan wadah positif bagi mahasiswa ataupun profesional yang bergerak di bidang agrikultur dan ekologi untuk mendapat pengetahuan baru terkait isu-isu terkini bidang tersebut,” terang Jamal.
Reiny Antonetha Tumbol, Kepala Kantor Internasional Universitas Sam Ratulangi didapuk menjadi moderator pada webinar Bianka seri ke-38 ini. Rekaman siaran langsung webinar Bincang Karya (BIANKA) Seri-38 Bidang Agrikultur dan Ekologi dapat diakses di laman resmi Facebook Atdikbud USA dengan tautan https://bit.ly/fb-watch-bianka38 (Atdikbud Washington D.C./ Lydia Agustina/ Seno Hartono)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1859 kali
Editor :
Dilihat 1859 kali