Perkuat Semangat Literasi Siswa, Pemerintah Sediakan 2,9 Juta Buku untuk Daerah 3T di NTT dan NTB 13 Juli 2022 ← Back
Klaten, 13 Juli 2022— Mengacu pada program Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang dicanangkan pada tahun 2018 lalu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus berupaya meningkatkan literasi masyarakat Indonesia.
Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Imam Budi Utomo mengatakan bahwa tugas negara yang tertuang dalam UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap warga negara wajib mendapatkan pendidikan yang layak. Oleh karena itu, pemerintah wajib mendukung upaya peningkatan kualitas SDM tersebut salah satunya melalui program Gerakan Literasi Nasional yang praktiknya dilakukan dalam bentuk pengiriman perdana buku jenjang PAUD dan SD ke wilayah 3T. Selanjutnya, pemerintah juga melakukan pengawasan dan evaluasi guna memastikan buku-buku yang dicetak berkualitas dan pengiriman tepat sasaran.
“Ini memang menjadi kewajiban kita semua untuk menjalankannya amanah UUD, mendistribusikan bahan bacaan untuk masyarakat khususnya bagi siswa yang ada di wilayah 3T dan kami sangat berterima kasih kepada perusahaan ini dan juga PT Pos Indonesia yang sudah bekerja secara optimal untuk menyukseskan program ini,” tutur Imam yang disampaikan di Klaten pada Selasa (12/7).
Upaya peningkatan literasi kata Imam, perlu dilakukan karena adanya indikasi kehilangan pembelajaran atau learning loss yang signifikan di kalangan siswa ditambah banyaknya siswa yang putus sekolah. Bahkan dari hasil Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tahun 2021 fakta menunjukkan bahwa siswa yang berhasil mencapai batas kompetensi minimum untuk literasi membaca yakni kurang dari 50 persen.
Menurut Imam, jika pemerintah tidak segera membuat terobosan maka dampak dari hilangnya pembelajaran akan terus dirasakan bahkan meski pandemi telah usai. Salah satu upaya mendesak yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut adalah menambah ketersediaan bahan bacaan bagi siswa dengan melakukan pencetakan dan pengiriman buku ke daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T), seperti wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Selain menjadi langkah cepat, Imam menilai dalam menanggulangi penurunan kualitas pendidikan, pencetakan dan pengiriman buku ke daerah 3T juga menjadi komitmen untuk mengedepankan amanat Nawacita yang menekankan pentingnya membangun Indonesia dari daerah pinggiran dengan menguatkan sisi sosial, ekonomi, dan sumber daya manusia. “Bila selama ini pembangunan Indonesia terfokus hanya di kota besar saja, saatnya sekarang pembangunan dirasakan pula oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah 3T,” tekannya.
Lebih lanjut, penyediaan akses terhadap buku bermutu bagi masyarakat di daerah tersebut menurutnya merupakan salah satu upaya pemerintah mewujudkan Nawacita sekaligus melunasi salah satu janji kemerdekaan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pelaksanaannya, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bekerja sama dengan PT Macanan Jaya Cemerlang, Klaten, Jawa Tengah sebagai salah satu perusahaan pemenang lelang yang ditugaskan untuk mencetak 19.640 buku PAUD dan 2.978.450 buku SD yang menyasar 2.757 sekolah. Sementara itu, PT Pos Indonesia digandeng menjadi mitra untuk membantu pengiriman buku ke wilayah tersebut.
Direktur Utama PT Macanan Jaya Cemerlang, Andika Tri Anggono Yakti menuturkan bahwa pihaknya turut mendukung program percetakan dan pengiriman buku yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan literasi masyarakat. “Kami sangat mendukung program percetakan dan pengiriman buku ini, meskipun dalam proses produksi tentu ada kegagalan, kertas yang sobek, lemnya yang tidak kuat, atau tulisan yang tidak terbaca dengan jelas, tetapi kami selalu mengupayakan dan mengevaluasi sehingga menghasilkan buku-buku yang layak dan berkualitas,” kata Andika.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Operasional Wilayah 2, PT Pos Indonesia, Mohammat Basori juga menyatakan dukungan terhadap program pemerintah. Ia berkomitmen untuk terus memantau perkembangan pengiriman buku-buku agar tepat sasaran dan berjalan baik. "Ini bukanlah kerja sama yang pertama dengan Badan Bahasa, meskipun peran kami sangat kecil, hanya mengirimkan buku, tetapi kami sangat mendukung dan berupaya memberikan yang terbaik,” ungkapnya optimistis.
Berdasarkan hasil "Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) Buku Bermutu bagi Anak", yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek pada bulan September 2021 lalu, disimpulkan bahwa ada tiga prinsip utama buku yang bermutu bagi anak, yaitu (1) buku yang anak benar-benar ingin baca, bukan buku yang orang dewasa pikir anak ingin baca; (2) buku yang bervariasi tema dan ceritanya; serta (3) buku yang sesuai dengan jenjang pembacanya.
Ketersediaan pilihan buku yang sesuai dengan jenjang pembacanya, terutama usia dini dan SD akan membantu meningkatkan minat baca pada anak sejak dini. Selain itu, buku yang bermutu juga akan mendorong aktivitas membaca dan menulis, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Dengan kemampuan membaca yang baik, lima literasi dasar berikutnya (numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) dapat ditumbuhkembangkan.
Selain melaksanakan program pencetakan dan pengiriman buku pengayaan literasi, Badan Bahasa bekerja sama dengan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), serta organisasi pegiat literasi lainnya, juga melaksanakan program pendampingan pemanfaatan buku pengayaan literasi di sekolah sasaran. Hal ini dilakukan agar para guru di sekolah yang telah menerima kiriman buku-buku tersebut mampu mengelola dan memanfaatkan buku pengayaan literasi dan modul literasi numerasi tersebut secara optimal untuk meningkatkan kecakapan literasi peserta didik dalam program yang kreatif, bermakna, dan berkelanjutan.
Dalam program ini, Badan Bahasa melibatkan sebanyak 32 orang fasilitator pendampingan buku tingkat pusat, 243 orang fasilitator pendampingan buku tingkat regional, 7.609 orang fasilitator pendampingan buku tingkat kabupaten, serta para pegiat literasi di masyarakat. Ketersediaan buku bacaan akan sangat bermanfaat bagi peserta didik sekolah dasar yang telah mengalami kehilangan bahan bacaan cukup lama, buku-buku tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat baca mereka dan menjadi buku pendukung pembelajaran.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 404/sipers/A6/VII/2022
Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Imam Budi Utomo mengatakan bahwa tugas negara yang tertuang dalam UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap warga negara wajib mendapatkan pendidikan yang layak. Oleh karena itu, pemerintah wajib mendukung upaya peningkatan kualitas SDM tersebut salah satunya melalui program Gerakan Literasi Nasional yang praktiknya dilakukan dalam bentuk pengiriman perdana buku jenjang PAUD dan SD ke wilayah 3T. Selanjutnya, pemerintah juga melakukan pengawasan dan evaluasi guna memastikan buku-buku yang dicetak berkualitas dan pengiriman tepat sasaran.
“Ini memang menjadi kewajiban kita semua untuk menjalankannya amanah UUD, mendistribusikan bahan bacaan untuk masyarakat khususnya bagi siswa yang ada di wilayah 3T dan kami sangat berterima kasih kepada perusahaan ini dan juga PT Pos Indonesia yang sudah bekerja secara optimal untuk menyukseskan program ini,” tutur Imam yang disampaikan di Klaten pada Selasa (12/7).
Upaya peningkatan literasi kata Imam, perlu dilakukan karena adanya indikasi kehilangan pembelajaran atau learning loss yang signifikan di kalangan siswa ditambah banyaknya siswa yang putus sekolah. Bahkan dari hasil Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tahun 2021 fakta menunjukkan bahwa siswa yang berhasil mencapai batas kompetensi minimum untuk literasi membaca yakni kurang dari 50 persen.
Menurut Imam, jika pemerintah tidak segera membuat terobosan maka dampak dari hilangnya pembelajaran akan terus dirasakan bahkan meski pandemi telah usai. Salah satu upaya mendesak yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut adalah menambah ketersediaan bahan bacaan bagi siswa dengan melakukan pencetakan dan pengiriman buku ke daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T), seperti wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Selain menjadi langkah cepat, Imam menilai dalam menanggulangi penurunan kualitas pendidikan, pencetakan dan pengiriman buku ke daerah 3T juga menjadi komitmen untuk mengedepankan amanat Nawacita yang menekankan pentingnya membangun Indonesia dari daerah pinggiran dengan menguatkan sisi sosial, ekonomi, dan sumber daya manusia. “Bila selama ini pembangunan Indonesia terfokus hanya di kota besar saja, saatnya sekarang pembangunan dirasakan pula oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah 3T,” tekannya.
Lebih lanjut, penyediaan akses terhadap buku bermutu bagi masyarakat di daerah tersebut menurutnya merupakan salah satu upaya pemerintah mewujudkan Nawacita sekaligus melunasi salah satu janji kemerdekaan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pelaksanaannya, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bekerja sama dengan PT Macanan Jaya Cemerlang, Klaten, Jawa Tengah sebagai salah satu perusahaan pemenang lelang yang ditugaskan untuk mencetak 19.640 buku PAUD dan 2.978.450 buku SD yang menyasar 2.757 sekolah. Sementara itu, PT Pos Indonesia digandeng menjadi mitra untuk membantu pengiriman buku ke wilayah tersebut.
Direktur Utama PT Macanan Jaya Cemerlang, Andika Tri Anggono Yakti menuturkan bahwa pihaknya turut mendukung program percetakan dan pengiriman buku yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan literasi masyarakat. “Kami sangat mendukung program percetakan dan pengiriman buku ini, meskipun dalam proses produksi tentu ada kegagalan, kertas yang sobek, lemnya yang tidak kuat, atau tulisan yang tidak terbaca dengan jelas, tetapi kami selalu mengupayakan dan mengevaluasi sehingga menghasilkan buku-buku yang layak dan berkualitas,” kata Andika.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Operasional Wilayah 2, PT Pos Indonesia, Mohammat Basori juga menyatakan dukungan terhadap program pemerintah. Ia berkomitmen untuk terus memantau perkembangan pengiriman buku-buku agar tepat sasaran dan berjalan baik. "Ini bukanlah kerja sama yang pertama dengan Badan Bahasa, meskipun peran kami sangat kecil, hanya mengirimkan buku, tetapi kami sangat mendukung dan berupaya memberikan yang terbaik,” ungkapnya optimistis.
Berdasarkan hasil "Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) Buku Bermutu bagi Anak", yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek pada bulan September 2021 lalu, disimpulkan bahwa ada tiga prinsip utama buku yang bermutu bagi anak, yaitu (1) buku yang anak benar-benar ingin baca, bukan buku yang orang dewasa pikir anak ingin baca; (2) buku yang bervariasi tema dan ceritanya; serta (3) buku yang sesuai dengan jenjang pembacanya.
Ketersediaan pilihan buku yang sesuai dengan jenjang pembacanya, terutama usia dini dan SD akan membantu meningkatkan minat baca pada anak sejak dini. Selain itu, buku yang bermutu juga akan mendorong aktivitas membaca dan menulis, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Dengan kemampuan membaca yang baik, lima literasi dasar berikutnya (numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) dapat ditumbuhkembangkan.
Selain melaksanakan program pencetakan dan pengiriman buku pengayaan literasi, Badan Bahasa bekerja sama dengan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), serta organisasi pegiat literasi lainnya, juga melaksanakan program pendampingan pemanfaatan buku pengayaan literasi di sekolah sasaran. Hal ini dilakukan agar para guru di sekolah yang telah menerima kiriman buku-buku tersebut mampu mengelola dan memanfaatkan buku pengayaan literasi dan modul literasi numerasi tersebut secara optimal untuk meningkatkan kecakapan literasi peserta didik dalam program yang kreatif, bermakna, dan berkelanjutan.
Dalam program ini, Badan Bahasa melibatkan sebanyak 32 orang fasilitator pendampingan buku tingkat pusat, 243 orang fasilitator pendampingan buku tingkat regional, 7.609 orang fasilitator pendampingan buku tingkat kabupaten, serta para pegiat literasi di masyarakat. Ketersediaan buku bacaan akan sangat bermanfaat bagi peserta didik sekolah dasar yang telah mengalami kehilangan bahan bacaan cukup lama, buku-buku tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat baca mereka dan menjadi buku pendukung pembelajaran.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 404/sipers/A6/VII/2022
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4604 kali
Editor :
Dilihat 4604 kali