Sekolah Penggerak Peluang Berkembang bagi Sekolah Swasta di Banjarmasin  25 Juli 2022  ← Back



Banjarmasin, Kemendikbudristek—Sebagai satu-satunya sekolah swasta berstatus Sekolah Penggerak di Banjarmasin, Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMAIT) Ukhuwah memandang paradigma baru dalam pembelajaran sebagai sebuah peluang untuk berkembang. Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, kini guru SMAIT UKhuwah pun dapat lebih memfasilitasi kebutuhan belajar siswa yang beragam.
 
Kepala sekolah SMAIT Ukhuwah Khairul Hadi meyakini bahwa melalui program Sekolah Penggerak nantinya siswa yang lulus sekolah tidak sekadar mendapat ijazah, tetapi lebih dari itu, melahirkan siswa dengan karakter berakhlak, berprestasi, mandiri, dan berwawasan luas. Selama satu tahun pertama sebagai Sekolah Penggerak, setidaknya ada tiga kegiatan yang rutin diikuti oleh sekolah.

“Kami memfasilitasi bagaimana mulai melakukan perubahan melalui lokakarya, pelatihan, bimtek, dan sambil mengevaluasi kinerja guru hampir tiap bulan,” tutur Khairul saat diwawancara di sela-sela aktivitasnya di SMAIT Ukhuwah, Kamis (21/7).
 
Manfaat berbagai kegiatan tersebut dirasakan oleh salah seorang Guru Penggerak yang dimiliki SMAIT Ukhuwah, Risma Yuhani. Saat mengikuti pendidikan Guru Penggerak, ia diingatkan kembali bagaimana menghadirkan pembelajaran yang bermakna dan berpihak kepada siswa. Dalam implementasinya, guru mata pelajaran Biologi ini berusaha mengakomodir kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda dengan memperbanyak diskusi dan praktik, sehingga kini ia bisa merasakan suasana dan minat belajar siswa di kelas yang berbeda dengan sebelumnya.

“Anak-anak jadi makin semangat, mudah diajak bekerja sama, dan apa yang mau kita kembangkan itu mendapat dukungan dari semua pihak,” terang Risma.

Ditemui pada kesempatan terpisah, dua orang siswa SMAIT Ukhuwah mengungkapkan perubahan pengalaman belajar yang kini mereka rasakan. Muhammad Fari Hanif, siswa kelas XIII mengungkapkan bahwa selain lebih banyak diskusi kelompok, guru-guru pun menjadi lebih terbuka. Pengalaman tersebut tidak hanya ia rasakan dengan teman-teman sekelas, tetapi juga dengan teman-teman dari kelas yang berbeda.
 
“(Guru-guru) Punya ide-ide cemerlang dalam membahagiakan murid-muridnya dalam belajar dan juga tidak serumit kurikulum sebelumnya, karena di sini lebih terbuka, bisa menjelaskan lebih baik, ada gambarannya. (Guru) Memberikan muridnya sosialisasi dan ide-ide inspiratif dan motivasi,” tutur Hanif.

Senada dengan Hanif, Adhwa Ramadhani, siswa kelas XI mengungkapkan bahwa pendekatan belajar yang lebih terbuka dan mengakomodir kebutuhan siswa membuatnya lebih bersemangat, terutama ketika mengerjakan proyek bersama. Hal tersebut, aku Adhwa, karena dirinya tergolong cepat bosan dalam belajar. Selain itu, meskipun tugas utama dalam proyek adalah menghidupkan robot, tetapi apa yang Adhwa dapatkan lebih dari sekadar pengetahuan dan kemampuan baru. Proyek bersama menjadikannya lebih terbuka dan makin mengenal karakter siswa lainnya.

“Karena per kelompok kita tuh jadi berdiskusi. Pas saat berdiskusi, kerja sama pun terjalin. Jadi dari situ kita makin terbuka dan makin “oh, gini ya ternyata sifat mereka ini,” pungkas Adhwa. (Prani Pramudita)


Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1174 kali