Peringati HUT ke-77 Republik Indonesia, KBRI Canberra Gelar Lokakarya Batik Kontemporer  24 Agustus 2022  ← Back



Canberra, 16 Agustus 2022 --- Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun yang ke-77 Republik Indonesia, Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra, menyelenggarakan Lokakarya (workshop)membatik kontemporer (15/08/2022). Kegiatan ini diikuti para guru di sekolah-sekolah Canberra dan para istri duta besar dari berbagai negara yang sedang bertugas di Canberra.
 
Menurut Atdikbud KBRI Caberra, Mukhamad Najib, kegiatan ini merupakan bagian promosi dan diplomasi budaya. “Kami menggelar workshop ini untuk mengenalkan salah satu warisan dunia milik Indonesia, yaitu batik, kepada para guru dan masyarakat di Canberra,” ucap Najib. Khusus untuk para guru, Atdikbud Najib berharap agar para guru bisa lebih dekat dengan Indonesia dan kelak bisa memberikan perspektif baru mengenai kekayaan budaya Indonesia kepada pasa siswanya.
 
 “Tentu banyak orang yang sudah tahu, bahwa batik merupakan warisan dunia takbenda milik Indonesia. Namun, kita ingin mengenalkan kepada para guru cara membuat batik dengan tema kontemporer. Kami harap, para guru mendapat pengalaman yang menarik di sini dan agar dunia semakin tahu bahwa Batik Indonesia bisa beradaptasi dengan situasi kekinian,” ujar Najib.
 
Batik kontemporer, menurut Najib, memiliki sejumlah perbedaan dengan batik klasik. “Batik klasik lebih bersifat tradisional dengan motif yang sudah digunakan secara turun temurun. Dalam batik tradisional, identitas budaya sangat kuat bahkan ada nuansa spiritual maupun mistis. Warnanya juga cenderung gelap dengan corak simbolik seperti parang, kawung, dan lain sebagainya. Sementara batik kontemporer cenderung lebih bersifat dinamis dengan corak warna yang lebih cerah. Dari sisi desain atau motif, batik kontemporer tidak terpaku pada motif lama,” jelas Najib.
 
Adapun motif batik kontemporer yang diajarkan dalam workshop batik di KBRI Canberra adalah menggambar motif batik dengan pendekatan tematik kekinian, sehingga tidak terpaku pada pakem motif batik yang sudah ada seperti batik motif parang, motif kawung, motif sogan dan motif lain yang sudah banyak dikenal.
 
Instruktur batik asal Yogyakarta, Dias Prabu, menyebut motif batiknya sebagai Batik Kontemporer “Flowing Lifelines” atau garis hidup yang mengalir. “Batik kontemporer sangat cocok untuk semangat kemerdekaan karena seni batik kontemporer mengajak kita merdeka dari pola-pola lama,” ucap Dias.
 
Dias menambahkan, desain yang dikembangkan dalam batik kontemporer dapat berasal dari cerita rakyat dan legenda Indonesia. Semua cerita ditampilkan secara kontemporer namun tetap tidak kehilangan identitas Indonesianya. “Dapat dikatakan, batik kontemporer yang kita kembangkan ini adalah batik tematik atau batik yang bercerita. Khusus untuk di Australia ini kita mencoba merangkai sejarah kedekatan Indonesia dan Australia di masa lalu melalui sebuah batik. Jadi batik yang dihasilkan membawa tema hubungan Australia Indonesia,” ungkap Dias.
 
Workshop batik kontemporer, Dias melanjutkan, melewati beberapa tahap, yaitu: pembuatan sketsa, proses mencanting, pewarnaan, pelorotan hingga pengeringan. “Proses yang memakan waktu pengerjaan selama tiga jam ini cukup untuk menghasilkan karya batik yang utuh, sehingga peserta dapat membawa ke rumah hasil karyanya masing-masing,” ucap Dias yang menuturkan setiap peserta mendapatkan satu set alat dan bahan untuk membuat karya gambar batik. Adapun alat-alat tersebut, adalah: kain, malam, canting, dan bahan kelengkapan untuk melorod/ melorot (suatu teknik menghilangkan lilin/ malam dalam proses pengerjaan batik).
 
Guru-guru Canberra mengaku senang mengikuti workshop ini. “Kami sangat kagum dengan kesenian batik dan merasa beruntung bisa mencoba secara langsung bagaimana menggambar batik. Seni membatik ini luar biasa. Meski saat ini sudah ada batik cetak, namun batik yang digambar secara manual memberikan daya tarik tersendiri. Saya baru kali ini mencoba menggambar batik, ternyata tidak mudah. Tapi menarik dan mengasyikkan,” ujar salah satu guru, Yumi.*** (Atdikbud Canberra/ Lydia Agustina/ Seno Hartono)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2114 kali