Kemendikbudristek Sajikan Pengalaman Wisata Budaya Gotong Royong Bali sebagai Penutup Kegiatan EdWG 08 September 2022 ← Back
Bali, 5 September 2022 - Sebagai agenda penutup rangkaian kegiatan Kelompok Kerja Pendidikan (Education Working Group/EdWG) G20 di Bali, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengajak seluruh delegasi dan pendampingnya melakukan perjalanan dalam kegiatan ekskursi ke kawasan Gianyar, Karangasem, dan Uluwatu, Bali. Agenda ini bertujuan memperkenalkan budaya Bali dan entitas gotong royong masyarakat Indonesia kepada para delegasi, sekaligus mendorong pelestarian budaya dan perekonomian komunitas setempat.
Chair of G20 EdWG, Iwan Syahril mengatakan, “Melalui kegiatan ekskursi atau wisata budaya ini, kami ingin para delegasi memaksimalkan kesempatan yang berharga untuk mengenal gotong royong dengan berinteraksi lebih dalam dengan kekayaan budaya Bali. Seperti mengikuti dan mendapatkan pengalaman langsung dari ritual maupun tradisi yang sarat dengan nilai-nilai pelajaran kehidupan, mengenal seni kuliner Bali yang kental dengan kearifan lokal, serta menyaksikan mahakarya seni pertunjukan berupa Tari Kecak kita yang spektakuler.”
Agenda promosi budaya seperti ini juga berperan penting dalam mendukung pelestarian budaya dan tradisi Bali, serta mendorong perekonomian para pelaku budaya dan UMKM setempat, karena komunitas lokal dilibatkan penuh dalam penyelenggaraan kegiatannya.
Dalam program ekskursi, Kemendikbudristek menghadirkannya dalam dua opsi rute perjalanan. Pada rute pertama yang bertema pengalaman asli di Bali (Authentic Bali Experience), para delegasi berkunjung ke Samsara Living Museum di desa Jungutan, Kabupaten Karangasem, yang merangkum siklus kehidupan manusia Bali. Di tempat tersebut, para delegasi dan pendamping G20 juga berkesempatan mengikuti sesi belajar memasak boga setempat, yaitu hidangan dodol, sate pusut, dan sayur liklik. Selain itu, para delegasi juga diperkenalkan dengan konsep Tri Hita Karana (tiga penyebab kebahagiaan) dan Samsara (siklus penderitaan atau kelahiran yang berulang) yang merupakan bagian dari pelajaran kehidupan budaya Bali.
Adapun rute kedua mengusung konsep pengalaman pemulihan (Healing Experience) yang diawali dengan kunjungan ke Pura Tirta Empul di Kabupaten Gianyar. Di lokasi yang memiliki mata air suci ini para delegasi juga menyaksikan ritual adat Melukat untuk membersihkan jiwa dan pikiran dari hal-hal negatif. Perjalanan kemudian berlanjut ke Istana Tampaksiring, di mana para delegasi mencicipi teh Indovedic yang terbuat dari berbagai rempah dan herbal khas Indonesia yang diramu dengan teknik ayurvedic. Teh racikan artisan lokal ini mengandung beragam khasiat kesehatan dan kenyamanan bagi penikmatnya. Selanjutnya, para delegasi mengikuti sesi meditasi yang dipimpin oleh Ida Resi Alit, seorang guru agama Hindu dan orang termuda yang mendapatkan gelar sulinggih (orang yang memiliki kedudukan luhur) di Bali.
Kedua rute perjalanan program ekskursi ditutup dengan atraksi Tari Kecak di Pura Uluwatu, Kabupaten Badung, yang mengangkat kisah dari epos Ramayana. Berbeda dari kebanyakan tari tradisional yang lain, Tari Kecak dipentaskan nyaris tanpa alat musik atau gamelan dan diiringi oleh nyanyian puluhan penari pria yang melingkari area utama pementasan. Harmoni yang terjalin antara para penari menyimbolkan semangat gotong royong sebagai nilai khas bangsa Indonesia, termasuk masyarakat Bali.
Berlatar panorama matahari senja di atas laut lepas, sajian kesenian Tari Kecak menciptakan pengalaman istimewa dan sakral bagi para tamu, melalui keindahan ragam gerakan tari, alunan musik dari suara puluhan penari, juga berbagai adegan spektakuler seperti ketika arena pentas bersalut api.
“Pengalaman menyaksikan Tari Kecak dipilih menjadi penutup kegiatan ekskursi hari ini. Karena selain fenomenal Tari Kecak juga dapat kembali mengingatkan kita semua akan semangat gotong royong yang menjadi jiwa dari Presidensi G20 Indonesia. Kerja sama puluhan penari atau pemusik yang bersuara mengiringi pementasan nyaris tanpa alat musik adalah wujud nyata pentingnya kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama,” papar Iwan. Lebih lanjut, Tari Kecak juga merepresentasikan gagasan keberhasilan menghadapi tantangan berkat kepedulian yang disertai dengan usaha dan doa.
Menutup rangkaian kegiatan Kelompok Kerja Pendidikan G20 di Bali, Iwan menyampaikan harapan supaya semangat gotong royong akan terus dibawa para delegasi ke negara masing-masing.
“Kami percaya melalui rangkaian acara dan pertemuan produktif yang telah diselenggarakan, para delegasi akan membawa pulang kenangan dan inspirasi istimewa dari Bali, terutama nilai gotong royong sebagai intisari Presidensi G20 Indonesia,” pungkasnya.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#G20Indonesia
#G20Dikbud
#PulihBersama
#MerdekaBelajar
Sumber : SIARAN PERS Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 566/sipres/A6/IX/2022
Chair of G20 EdWG, Iwan Syahril mengatakan, “Melalui kegiatan ekskursi atau wisata budaya ini, kami ingin para delegasi memaksimalkan kesempatan yang berharga untuk mengenal gotong royong dengan berinteraksi lebih dalam dengan kekayaan budaya Bali. Seperti mengikuti dan mendapatkan pengalaman langsung dari ritual maupun tradisi yang sarat dengan nilai-nilai pelajaran kehidupan, mengenal seni kuliner Bali yang kental dengan kearifan lokal, serta menyaksikan mahakarya seni pertunjukan berupa Tari Kecak kita yang spektakuler.”
Agenda promosi budaya seperti ini juga berperan penting dalam mendukung pelestarian budaya dan tradisi Bali, serta mendorong perekonomian para pelaku budaya dan UMKM setempat, karena komunitas lokal dilibatkan penuh dalam penyelenggaraan kegiatannya.
Dalam program ekskursi, Kemendikbudristek menghadirkannya dalam dua opsi rute perjalanan. Pada rute pertama yang bertema pengalaman asli di Bali (Authentic Bali Experience), para delegasi berkunjung ke Samsara Living Museum di desa Jungutan, Kabupaten Karangasem, yang merangkum siklus kehidupan manusia Bali. Di tempat tersebut, para delegasi dan pendamping G20 juga berkesempatan mengikuti sesi belajar memasak boga setempat, yaitu hidangan dodol, sate pusut, dan sayur liklik. Selain itu, para delegasi juga diperkenalkan dengan konsep Tri Hita Karana (tiga penyebab kebahagiaan) dan Samsara (siklus penderitaan atau kelahiran yang berulang) yang merupakan bagian dari pelajaran kehidupan budaya Bali.
Adapun rute kedua mengusung konsep pengalaman pemulihan (Healing Experience) yang diawali dengan kunjungan ke Pura Tirta Empul di Kabupaten Gianyar. Di lokasi yang memiliki mata air suci ini para delegasi juga menyaksikan ritual adat Melukat untuk membersihkan jiwa dan pikiran dari hal-hal negatif. Perjalanan kemudian berlanjut ke Istana Tampaksiring, di mana para delegasi mencicipi teh Indovedic yang terbuat dari berbagai rempah dan herbal khas Indonesia yang diramu dengan teknik ayurvedic. Teh racikan artisan lokal ini mengandung beragam khasiat kesehatan dan kenyamanan bagi penikmatnya. Selanjutnya, para delegasi mengikuti sesi meditasi yang dipimpin oleh Ida Resi Alit, seorang guru agama Hindu dan orang termuda yang mendapatkan gelar sulinggih (orang yang memiliki kedudukan luhur) di Bali.
Kedua rute perjalanan program ekskursi ditutup dengan atraksi Tari Kecak di Pura Uluwatu, Kabupaten Badung, yang mengangkat kisah dari epos Ramayana. Berbeda dari kebanyakan tari tradisional yang lain, Tari Kecak dipentaskan nyaris tanpa alat musik atau gamelan dan diiringi oleh nyanyian puluhan penari pria yang melingkari area utama pementasan. Harmoni yang terjalin antara para penari menyimbolkan semangat gotong royong sebagai nilai khas bangsa Indonesia, termasuk masyarakat Bali.
Berlatar panorama matahari senja di atas laut lepas, sajian kesenian Tari Kecak menciptakan pengalaman istimewa dan sakral bagi para tamu, melalui keindahan ragam gerakan tari, alunan musik dari suara puluhan penari, juga berbagai adegan spektakuler seperti ketika arena pentas bersalut api.
“Pengalaman menyaksikan Tari Kecak dipilih menjadi penutup kegiatan ekskursi hari ini. Karena selain fenomenal Tari Kecak juga dapat kembali mengingatkan kita semua akan semangat gotong royong yang menjadi jiwa dari Presidensi G20 Indonesia. Kerja sama puluhan penari atau pemusik yang bersuara mengiringi pementasan nyaris tanpa alat musik adalah wujud nyata pentingnya kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama,” papar Iwan. Lebih lanjut, Tari Kecak juga merepresentasikan gagasan keberhasilan menghadapi tantangan berkat kepedulian yang disertai dengan usaha dan doa.
Menutup rangkaian kegiatan Kelompok Kerja Pendidikan G20 di Bali, Iwan menyampaikan harapan supaya semangat gotong royong akan terus dibawa para delegasi ke negara masing-masing.
“Kami percaya melalui rangkaian acara dan pertemuan produktif yang telah diselenggarakan, para delegasi akan membawa pulang kenangan dan inspirasi istimewa dari Bali, terutama nilai gotong royong sebagai intisari Presidensi G20 Indonesia,” pungkasnya.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#G20Indonesia
#G20Dikbud
#PulihBersama
#MerdekaBelajar
Sumber : SIARAN PERS Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 566/sipres/A6/IX/2022
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 696 kali
Editor :
Dilihat 696 kali