Lewat Dana Padanan, Politeknik Negeri Lampung Kembangkan Budidaya Melon Oriental Makuwauri 01 September 2022 ← Back
Lampung, Kemendikbudristek --- Melon oriental makuwauri mulai dikembangkan di Politeknik Negeri Lampung (Polinela) sejak 2018. Budidaya melon ini dilakukan di Seed Teaching Farm yang merupakan salah satu teaching factory (tefa) milik Polinela dengan menggunakan program dana padanan (matching fund). Kegiatan pemuliaan tanaman melon tersebut dipimpin oleh Anung Wahyudi, yang tak lain merupakan dosen pada Program Studi (Prodi) D-4 Teknologi Perbenihan.
"Belajar dari pandemi, berbagai sektor kehidupan berubah. Imunitas menjadi sangat penting dan masyarakat harus banyak mengonsumsi buah untuk menjaga imunitas tubuh. Melon ini memiliki kulit tipis dengan kandungan gizi yang tinggi dan baik untuk tubuh, terutama menjaga imunitas,” kata Anung Wahyudi tentang alasannya mengembangkan buah dan bibit melon tersebut, di Lampung (31/8)
Sayangnya, bibit melon oriental makuwauri ini belum ada di Indonesia. Hampir 100 persen benih melon ini merupakan benih impor. Padahal, menurut Anung, melon ini memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan atau dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Perawatan tanaman melon ini pun terbilang mudah. Terpenting lagi, buah melon ini memiliki harga jual yang mahal dan peluang ekspor yang sangat terbuka.
"Biasanya satu tanaman buah Melon Makuwauri akan menghasilkan buah seberat 10 kilogram dengan harga per kilogramnya Rp50 ribu. Artinya, harga buah melon ini bisa dua kali lipat lebih mahal dari harga melon biasanya," kata Anung yang mengaku sudah tertarik untuk meneliti melon ini sejak menempuh program doktoral di Jepang.
Meski bibit melon yang kini ia kembangkan juga dibawa sendiri dari Negeri Sakura, namun jenis melon golden ini mulai banyak dibudidayakan di Indonesia. Warna kulit buahnya keemasan. Di pasaran, melon ini lebih dikenal sebagai melon Korea atau melon Jepang karena melon ini memang berasal dan banyak dibudidayakan di kedua negara tersebut.
Tidak seperti melon umumnya, melon oriental makuwauri memiliki tekstur daging buah yang renyah dengan rasa yang manis. Ukurannya lebih kecil dari melon pada umumnya, yakni satu kilogram melon ini bisanya berisi tiga buah.
Biasanya melon ini jarang ditemukan di pasar buah umumnya. Pemasarannya masih banyak dilakukan di pasar swalayan maupun sejumlah pasar daring (marketplace) dengan harga berkisar Rp70 ribu untuk setiap kilogramnya.
Dana Padanan (Matching Fund) Jadi Akses Pengembangan Varietas Benih Melon Oriental Makuwauri
Di Polinela, budidaya dan pengembangan bibit buah melon oriental makuwauri dilakukan secara bersama-sama dengan mahasiswa. Pengembangan bibit buah melon tersebut, sekaligus merupakan bagian dari program pembelajaran berbasis proyek atau project based learning (PBL) yang melibatkan para mahasiswa Prodi Teknologi Perbenihan, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan.
Perlu waktu yang panjang untuk pengembangan benih melon tersebut, hingga akhirnya melalui bantuan program Matching Fund Vokasi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Alhasil, Anung dan timnya berhasil mengembangkan dua varietas benih melon oriental makuwauri yang saat ini sedang dalam proses pendaftaran varietas di Kementerian Pertanian.
"Kami mendapatkan banyak sekali manfaat dari program Matching Fund. Keluaran dari program ini sangat banyak, tidak hanya bisa hilirisasi untuk produk benih, kami juga mendapati mitra industri, sampai pada sertifikasi kompetensi bagi mahasiswa di sini,” jelas Anung.
Untuk diketahui, Matching Fund Vokasi merupakan bagian dari Merdeka Belajar Episode ke-11, yakni Kampus Merdeka Vokasi. Program ini diluncurkan Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) sebagai strategi penguatan kolaborasi antara perguruan tinggi vokasi (PTV) dengan dunia kerja/industri. Proposal program ini dilakukan melalui platform Kedaireka dengan harapan, kolaborasi antara insan pendidikan tinggi vokasi dan mitra industri dapat tercipta lebih optimal.
Tim Taskforce Matching Fund Vokasi Prodi D4-Teknologi Perbenihan di Polinela sendiri diketuai langsung oleh Anung Wahyudi bersama sejumlah anggota yang terdiri atas dosen (Miranda Ferwita Sari) dan 10 mahasiswa prodi D-4 Teknologi Perbenihan.
Sementara itu, produksi benih dan buah dari melon oriental makuwauri yang dilakukan oleh Polinela tersebut dilakukan melalui skema hilirisasi produk atau teknologi dengan jumlah pendanaan senilai Rp495 juta. Mitra industri dalam program Matching Fund Vokasi 2021 adalah PT Habibi Digital Nusantara (Habibi Garden).
Dari program yang berlangsung di tahun 2021 tersebut, setidaknya Anung Wahyudi dan timnya sudah menghasilkan dua bibit melon oriental makuwauri yang kini siap menunggu proses hilirisasi. Kedua varietas bibit buah melon tersebut, yakni jenis ginseng makuwauri dan ougan makuwauri.
"Kami saat ini sedang menyiapkan dan melengkapi dokumen-dokumen kelengkapan, misalnya metode pemuliaan yang digunakan dalam pengembangan bibit ini, termasuk dokumen hasil uji lokasi dan sebagainya," kata Anung.
Anung menjelaskan, bibit buah melon yang kini sedang didaftarkan di Kementerian Pertanian tersebut sudah diujicobakan di tiga tempat, yakni Lampung Barat, Bandar Lampung, dan Lampung Selatan. Hasilnya juga sangat baik, tanaman buah melon ini tumbuh dengan baik dan memiliki produktivitas buah yang sangat tinggi dengan rasa yang manis. Secara kualitas, buah melon yang dihasilkan sudah merupakan buah unggulan dengan rasa dan kualitas yang lebih baik dari tetuanya.
Jika proses pendaftaran varietas di Kementerian Pertanian sudah rampung maka bibit melon hasil penelitian dan pengembangan dari Polinela tersebut siap diproduksi massal. Apalagi, pihak kampus sendiri telah bekerja sama dengan industri untuk memproduksi benih melon tersebut.
Tidak hanya bibit melon oriental makuwauri, melalui program Matching Fund, Anung dan timnya juga sudah mendaftarkan varietas baru dari semangka hibrida yang sama-sama dikembangkan di Seed Teaching Factory. Setidaknya ada empat varietas semangka hibrida baru yang kini sedang didaftarkan bersama melon oriental makuwauri tersebut.
Keempat varietas semangka hibrida tersebut memiliki kualitas buah yang baik dan bisa meningkatkan produktivitas petani. Tidak hanya itu, semangka hibrida tersebut juga menjadi varietas yang dihasilkan dari institusi pendidikan. Pasalnya, selama ini varietas semangka biasanya banyak dikembangkan oleh industri benih.
Dengan pengembangan berbagai benih dengan beragam varietas tersebut, Anung berharap petani buah di Indonesia akan memiliki varietas buah-buahan yang lebih beragam dan kaya. Terlebih, buah-buah tersebut merupakan hasil inovasi dari anak-anak negeri. "Kita bisa mandiri dengan benih-benih sendiri dan tentu saja petani diharapkan akan bisa lebih sejahtera dengan bibit yang unggul yang mereka tanam,” kata Anung. (Tim Humas Ditjen Pendidikan Vokasi/Denty A./Andrew Fangidae)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2631 kali
Editor :
Dilihat 2631 kali