Teaching Factory Jadi Akses Batik Sasambo Karya SMKN 5 Mataram Dikenal Hingga ke Luar Negeri 01 September 2022 ← Back
Mataram, Kemendikbudristek --- Kolaborasi telah menjadi kunci keberhasilan proses pembelajaran di satuan pendidikan vokasi. Begitu pula yang dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 5 Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang menginisiasi kolaborasi antarjurusan membuat produk melalui model pembelajaran berbasis produksi/jasa yang mengacu pada dunia usaha dan industri (teaching factory) hingga menembus pasar internasional.
Kepala SMKN 5 Mataram, Istiqlal, mengatakan bahwa kolaborasi antarjurusan tersebut menjadi langkah sekolah untuk melatih hard skills maupun soft skills peserta didik antarjurusan. “Siswa belajar untuk memproduksi barangnya secara bersama-sama. Itu mengasah kompetensi mereka. Selain itu, mereka juga dapat melatih kemampuan berkomunikasi dengan adanya kerja sama tersebut,” ujarnya di Mataram, Senin (29/8).
Batik Sasambo menjadi bukti nyata keberhasilan kolaborasi tersebut. Sasambo sendiri adalah singkatan dari nama suku Sasak, Samawa, dan Mbojo. Batik yang diproduksi oleh siswa Jurusan Tekstil SMKN 5 Mataram ini berhasil menembus pasar global. Bahkan, Batik Sasambo sudah tidak lagi asing bagi warga Riyadh, Arab Saudi karena di sana batik ini banyak dijadikan sebagai seragam sekolah yang wajib digunakan setiap hari Kamis.
Melihat peluang pangsa pasar tersebut, Istiqlal berencana untuk mengikuti pameran busana yang digelar di Arab Saudi guna mengenalkan serta meluaskan Sasambo di pasar global yang memiliki cakupan lebih luas. “Kami berencana pameran di Arab Saudi. Saya sudah kontak, di Arab Saudi ada Festival Janadriyah di Riyadh. Karena pandemi, maka festival tersebut belum diadakan lagi,” tuturnya.
Menyiasati kendala yang ada, Istiqlal menyampaikan pihaknya akan tetap berupaya mengenalkan Sasambo pada acara internasional. Salah satunya, yaitu dengan menjadi narasumber dalam pembuatan batik pada kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah yang ada di Riyadh.
Melihat permintaan pasar yang begitu tinggi, kolaborasi antarjurusan juga mulai dibangun. Bersama Jurusan Desain Komunikasi Visual, Batik Sasambo diproduksi lebih masif dengan proses yang lebih cepat.
“Kita kolaborasi antarjurusan. Jadi, nanti Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) kolaborasi dengan Jurusan Tekstik. Sumber daya manusia (SDM) dari DKV bisa gambar dan ada alat, nanti kita akan coba buat batik cetak/print,” tutur Ahyar Suharno selaku Wakil Kepala SMKN 5 Mataram.
Sebagai jurusan yang memperoleh bantuan SMK Pusat Keunggulan (PK), Jurusan DKV telah memiliki alat yang dapat mendukung operasional pembuatan batik tersebut.
Ahyar menjelaskan, kolaborasi proses pembuatan batik tersebut bisa dimulai dari pembuatan desain yang akan dicetak di kertas oleh SDM dari Jurusan DKV, yang kemudian dilapisi kain putih dan baru dipanaskan melalui alat direct to garment (DTG). Setelah itu, gambar akan menempel pada kain.
Tidak hanya itu, pemasaran Batik Sasambo kini sudah memasuki e-commerce di pasar internasional seperti platform digital Amerika. “Seluruh kantor di NTB ini sudah menggunakan Batik Sasambo. Sedangkan di platform digital, batik kami sudah bekerja sama dengan pemasok tekstil (apparel) di Amerika, contohnya Batik Sasambo motif Lumbung,” sambung Istiqlal.
Ke depan, Jurusan DKV akan membuat klinik desain yang menjadi inkubator bisnis yang menawarkan jasa desain. “Kita punya alat itu, nanti kita hubungi anak yang tidak kuliah, tetapi mereka aktif. Nanti kalau ada stakeholder yang mau mendesain dipersilakan, bikin klinik desain, bikin konsultasi desain,” imbuh Ahyar.
Kehadiran klinik desain kian melengkapi keberhasilan kolaborasi tersebut. Desain-desain yang dibuat tidak hanya mengenai desain batik yang akan diproduksi, melainkan berbagai desain konten yang diperuntukkan bagi pasar digital seperti e-commerce dalam menarik perhatian pelanggan.
Sebagai informasi, Batik Sasambo yang lahir di SMKN 5 Mataram sendiri memiliki makna tersendiri. Dijelaskan oleh Istiqlal, nama Sasambo merupakan gabungan dari penamanaan etnik grup dari NTB.
“Sasambo ini sudah terkenal sebelumnya, lahir pertama kali di sini. Jargon Sasambo ini berasal dari Sasak, Samawa, dan Mbojo yang merupakan etnik grup dari NTB. Sasambo memiliki makna orang Sasak yang tinggal di Lombok. Kemudian, Mbojo yang berarti orang yang tinggal di Bima, juga Samawa yang berarti orang yang tinggal di Sumbawa,” jelasnya.
Dalam perjalanannya, batik Sasambo terus mengalami perkembangan. Bahkan, saat momen Moto GP 2020 yang dilaksanakan di Mandalika, melahirkan inovasi batik Sasambo Mandalika.
Kini produk hasil teaching factory tersebut menjadi semakin tak asing didengar warga lokal maupun internasional. Hadirnya SMK PK pada Jurusan DKV juga menjadi kombinasi yang menarik dalam mengembangkan produk hingga menembus pasar global. (Tim Humas Ditjen Pendidikan Vokasi/Denty A./Andrew Fangidae)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2128 kali
Editor :
Dilihat 2128 kali