Kemendikbudristek Hadiri Seminar Kesusastraan Tingkat Asia Tenggara di Malaysia  08 Oktober 2022  ← Back

Putrajaya, 8 Oktober 2022—Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) menghadiri Seminar Tingkat Asia Tenggara Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT) dan Sidang Ke-26 Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera).
 
Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) merupakan forum kerja sama kesastraan antara negara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Mastera berdiri sejak 25 Agustus 1995 yang ditandai dengan penandatangan Deklarasi Mastera di Kuala Lumpur yang selanjutnya dikukuhkan dengan penandatangan Piagam Mastera pada tahun 1996. Sejak dideklarasikan di Bukittinggi dan penandatanganan piagam kerja sama, Mastera telah melakukan berbagai kegiatan pengembangan dan pembinaan sastra di negara anggota masing-masing.
 
Rangkaian kegiatan Mastera tahun 2022 diselenggarakan di Kuala Lumpur dan Putrajaya, Malaysia. Yang menjadi tuan rumah kali ini adalah Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Kegiatan diawali dengan Forum Penulis Sastrawan Tamu yang dihadiri oleh satu orang sastrawan dari tiap negara anggota Mastera. Forum ini merupakan pertemuan rutin tahunan alumni Program Penulisan Mastera—yang dipelopori dan ditaja Mastera-Indonesia. Forum ini membahas proses kreatif dan karya para alumnus, fenomena kesastraan terkini, serta usulan isu strategis untuk bahan pembicaraan di Sidang Mastera. Indonesia mengirimkan sastrawan Cecep Syamsul Hari (alumnus tahun 1999) dalam kegiatan tersebut.
 
Kegiatan berikutnya adalah Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT), yang berlangsung 3—5 Oktober 2022, di Dewan Bahasa dan Pustaka, Malaysia. Sakat diselenggarakan sekali setahun dan diselenggarakan selama dua hari sebelum Sidang Mastera. Pemakalah berasal dari negara anggota Mastera, negara pemerhati, serta pemakalah undangan yang diundang oleh negara tuan rumah penyelenggara Sakat. 
 
Sementara itu, peserta seminar terdiri atas perwakilan negara anggota Mastera, perwakilan negara pemerhati, wakil lembaga pemerintahan negara tuan rumah, guru, pensyarah/dosen, ilmuwan, sastrawan, budayawan, dan peminat lain. Rekomendasi hasil SAKAT dijadikan rujukan dalam Sidang Mastera. Dalam kegiatan ini, Indonesia mengirimkan dua orang pemakalah, yaitu Cecep Syamsul Hari yang memaparkan makalah dengan judul “Pelindungan Hukum dan Peradaban Sastra” dan Agus R. Sarjono yang memaparkan makalah dengan judul “Nasionalisme, Keindonesiaan, dan Kedaerahan dalam Sastra Indonesia”.
 
Sidang ke-26 Mastera merupakan rangkaian terakhir kegiatan yang berlangsung di Kuala Lumpur dan Putrajaya, Malaysia. Sidang Mastera diselenggarakan sekali setahun di negara anggota Mastera secara bergiliran. Sidang Mastera dipimpin oleh Ketua Mastera dari tuan rumah. Peserta Sidang Mastera dari tiap negara anggota terdiri atas Ketua Delegasi, Wakil Ketua Delegasi, Sekretariat, serta pakar/ahli.
 
Delegasi Sidang Mastera dapat mengikutsertakan dua orang anggota sekretariat sebagai pencatat jalannya persidangan (tidak memiliki hak suara dalam persidangan). Dalam Sidang Mastera dilakukan penelaahan serta pengesahan hasil Sidang Mastera dan hasil Musyawarah Sekretariat sebelumnya. Bahasa pengantar persidangan Mastera ialah bahasa Indonesia dan bahasa Melayu.
 
Ketua delegasi Mastera yang turut hadir dalam rangkaian kegiatan Mastera tahun 2022, yaitu Datuk Abang Salehuddin bin Abg. Shokeran (Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia) ketua delegasi Malaysia, sebagai tuan rumah, Awang Suip bin Haji Abdul Wahab (Pemangku Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam), ketua delegasi Brunei Darussalam,  Dr. Azhar Ibrahim Alwee (Pengerusi Mastera Singapura), sebagai ketua delegasi Singapura, serta E. Aminudin Aziz (Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa [Badan Bahasa], Kemendikbudristek), sebagai ketua delegasi Indonesia.
 
Sejalan dengan semangat pengarusutamaan bahasa Indonesia dan guna menyemarakkan Bulan Bahasa dan Sastra, Kemendikbudristek berkomitmen agar sastra bisa bangkit secara berkesinambungan dan perannya bisa menjadi penawar bagi masyarakat pasca pandemi. Menurut Kepala Badan Bahasa, Mastera adalah forum penting untuk membahas isu-isu kebahasaan dan kesastraan yang menarik dan kekinian.  “Selain itu, program Revitalisasi Bahasa Daerah yang kami luncurkan berperan penting dalam pelestarian dan pelindungan sastra daerah. Dalam pelaksanaannya, tentunya kami bekerja sama dengan pemerintah daerah dan melibatkan unit pelaksana teknis (UPT) Badan Bahasa di daerah-daerah,” tutur Kepala Badan Bahasa dalam sambutan pembukaan.
 
Sastrawan daerah, kata Kepala Badan Bahasa, didorong untuk menulis dalam bahasa daerah dan menerjemahkan kembali ke dalam bahasa Indonesia sebagai bahan pembelajaran di sekolah-sekolah. Oleh karena itu, menurutnya Langkah ini adalah gerakan untuk mengembangkan sastra Indonesia sekaligus sastra daerah. “Kami mendukung adanya Mastera agar gerakan sastra di Asia Tenggara terus hidup. Dengan demikian, kehadiran Indonesia melalui forum ini bisa memperkaya wawasan dan pengetahuan,” tegasnya. 
 
Sementara itu, di penghujung kegiatan, Kepala Badan Bahasa menyampaikan optimismenya bahwa pembahasan yang telah dilakukan Mastera merupakan hasil pemikiran terbaik untuk dilanjutkan sebagai komitmen yang akan dilaksanakan untuk mengembangkan bahasa dan sastra di masa mendatang. “Ini adalah target kita bersama untuk dilaksanakan secara bergotong royong karena kita harus membina persaudaraan dalam pengembangan bahasa dan sastra itu sendiri,” ucap E. Aminudin Aziz menutup pembicaraan. (Meryna A./Editor: Denty A.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1279 kali