Praktik Gunakan Echosounder, Prodi Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya Apresiasi Praktisi Mengajar  06 Desember 2022  ← Back



Palembang, Kemendikbudristek --- Universitas Sriwijaya di Palembang, Sumatra Selatan, menjadi salah satu perguruan tinggi yang melaksanakan program Praktisi Mengajar. Program yang menjadi bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) itu berjalan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) untuk program studi (prodi) Ilmu Kelautan. Mahasiswa prodi Ilmu Kelautan di Universitas Sriwijaya merasa beruntung bisa praktik langsung menggunakan echosounder saat pembelajaran mata kuliah Akustik Kelautan karena dipinjamkan alat oleh seorang praktisi yang menjadi peserta program Praktisi Mengajar.

Echosounder adalah suatu alat navigasi untuk mengukur kedalaman laut dengan cara mengirimkan gelombang/getaran akustik dari permukaan ke dasar laut yang akan kembali diterima oleh transducer yang terpasang di dasar kapal. Echosounder merupakan salah satu jenis SONAR (Sound Navigation and Ranging) yang dapat digunakan untuk menemukan objek seperti gerombolan ikan, kolom gelembung yang muncul dari dasar laut, ataupun mengetahui bentuk dasar laut.

Salah satu mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya, Jeni Meiyerani, mengatakan ada perbedaan yang cukup besar jika membandingkan perkuliahan di kelas yang mempelajari teori dengan praktik langsung menggunakan alat seperti echosounder. “Perbedaannya sangat terlihat dan terasa juga. Selama ini kita hanya mempelajari secara teori, kita tahu echosounder bisa untuk mendeteksi ikan di perairan atau dalam air. Tapi kalau kita bisa melihat langsung dan bagaimana cara penggunaan teknis, itu sangat berbeda. Memang langkahnya sama, tapi saat kita bisa mencoba langsung, kita jadi lebih paham,” katanya di kampus Universitas Sriwijaya, Palembang, Senin (5-12-2022).

Jeni menjelaskan, saat kampusnya menerima pinjaman echosounder dari pengajar yang menjadi peserta program Praktisi Mengajar, ia dan teman-temannya bisa praktik langsung menghubungkan alat dan merangkainya, lalu memasukkannya ke dalam kolam agar bisa mendeteksi ikan-ikan di dalam kolam. “Kami melihat secara langsung waktu Pak Freddy membawa echosounder,  kami melihat bagaimana ikan menangkap gelombang. Jadi dengan praktik kita lebih ingat dan lebih paham,” ujarnya.

Adalah Freddy Supriyadi, praktisi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang berinisiatif meminjamkan echosounder milik kantornya dalam program Praktisi Mengajar. Freddy merupakan lulusan prodi Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya yang kini bekerja di Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan Palembang, sebuah unit pelaksana teknis di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Freddy menjadi pengajar sementara untuk mata kuliah Dasar-Dasar Akustik di Universitas Sriwijaya melalui program Praktisi Mengajar.

Ia menceritakan lebih detail tentang penggunaan echosounder dalam pekerjaannya. Freddy menuturkan, echosounder merupakan sebuah instrumen atau alat yang digunakan kantornya untuk penelitian, salah satunya dalam menjajaki sumber daya ikan di perairan. Sepuluh tahun saat ada pengadaan peralatan, kantornya membeli echosounder. “Alatnya itu satu set, mirip alat USG untuk ibu-ibu hamil. Echosounder ini memanfaatkan gelombang suara, secara elektronik alat ini memancarkan gelombang suara ke dasar perairan, lalu objeknya mengembalikan gema, lalu ditangkap lagi oleh alat, lalu hasilnya ditampilkan di dalam monitor, disebut echogram,” tuturnya.

Saat mengajar di Univeristas Sriwijaya dengan membawa echosounder untuk praktik, Freddy meminta mahasiswanya menyiapkan ikan lele yang dimasukkan ke dalam kolam di kampus. “Lalu dicoba ditaruh ikannya di bawah sensor, kemudian diukur ikannya ada berapa, itu bisa dilihat di monitor, hasilnya berbentuk grafik,” katanya. Ia menambahkan, hasil berupa echogram tersebut masih harus dianalisis terlebih dulu karena echogram memiliki nilai yang bisa dianalisis lebih lanjut. Jenis dan ukuran ikan yang berbeda akan berbeda pula citra dan warnanya di dalam echogram.

Keterlibatan Freddy di program Praktisi Mengajar menjadi momen perdananya untuk membawa echosounder ke kampus. Ia juga sudah meminta izin kepada pimpinannya di kantor sebelum membawa echosounder ke kampus. “Respons pimpinan bagus. Meskipun dibeli sepuluh tahun lalu, teknologinya masih relevan,” tuturnya.

Dosen prodi Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya, Fauziyah, mengucapkan apresiasi kepada Freddy dan lembaganya karena telah bersedia meminjamkan echosounder untuk mahasiswa praktik. Ia mengatakan, Universitas Sriwijaya tidak memiliki echosounder sendiri. Jika  mahasiswa dan dosen ingin menggunakan echosounder untuk praktik, maka alat tersebut harus disewa dan biayanya menjadi beban kampus dan mahasiswa.

“Terima kasih, Pak Freddy. Alat ini bukan barang yang murah, harganya milyaran rupiah, dan akan sulit bagi kami untuk mendapatkannya. Kami bersyukur dengana adanya Praktisi Mengajar dalam MBKM, anggaran fakultas tak berkurang, tapi mahasiswa tetap bisa mendapatkan pengalaman baru saat praktik,” ujar Fauziyah.

Praktisi Mengajar adalah Program yang diinisiasi oleh Kemendikbudristek agar lulusan perguruan tinggi lebih siap untuk masuk ke dunia kerja. Program ini mendorong kolaborasi aktif praktisi ahli dengan dosen agar tercipta pertukaran ilmu dan keahlian yang mendalam dan bermakna antarsivitas akademika di perguruan tinggi dan profesional di dunia kerja. Kolaborasi ini dilakukan dalam mata kuliah yang disampaikan di ruang kelas baik secara luring maupun daring. Praktisi Mengajar juga bertujuan agar mahasiswa bisa memperluas pengetahuan dengan tantangan dunia nyata yang dibawa oleh para praktisi.  (Desliana Maulipaksi)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1558 kali