114 Sekolah di Jakarta Terima Ratusan Mahasiswa Kampus Mengajar Angkatan 5 17 Februari 2023 ← Back
Jakarta, 17 Februari 2023 --- Sebanyak 114 sekolah jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) menjadi lokasi penempatan mahasiswa program Kampus Mengajar angkatan 5 pada tahun ini. Ada 467 mahasiswa yang akan ditugaskan di 114 satuan pendidikan di berbagai wilayah di DKI Jakarta. Mereka mendapatkan tugas untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa serta membantu proses pembelajaran dan manajerial sekolah sesuai dengan kebutuhan di sekolah penempatan.
Salah satu mahasiswa program Kampus Mengajar angkatan 5, Hilal Dwi Cahyo, mengatakan dirinya termotivasi untuk mengikuti program ini karena relevan dan linier dengan jurusannya. Hilal adalah mahasiswa semester 6 jurusan Pendidikan Guru SD di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Menurutnya, dengan menjadi peserta program Kampus Mengajar, ia mendapatkan tempat magang untuk belajar dan mengajar serta mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Ia juga sudah sering mendengar pengalaman bagus dari teman-teman yang sudah mengikuti Kampus Mengajar di angkatan sebelumnya.
“Saya pikir ini bagus berdasarkan pengalaman teman-teman saya yang ikut Kampus Mengajar angkatan 4. Menurut mereka, kehadiran mereka itu benar-benar diperlukan untuk membantu sekolah dalam meningkatkan literasi dan numerasi, dan ilmu yang dipelajari di kuliah bisa dipakai di SD,” tutur Hilal saat acara Pelepasan Mahasiswa Program Kampus Mengajar Angkatan 5, di kantor Balai Peningkatan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi DKI Jakarta, Jumat (17-2-2023).
Ia berharap semoga kehadirannya dan teman-teman Kampus Mengajar angkatan 5 bisa berkontribusi dengan baik dan sesuai dengan tujuan, yaitu untuk meningkatkan literasi dan numerasi. Hilal menambahkan, ia dan kelompoknya juga akan fokus untuk meningkatkan wawasan peserta didik mengenai pengenalan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Hilal dan empat temannya akan bertugas sebagai mahasiswa Kampus Mengajar di SDN Grogol Utara 13 Pagi, Jakarta Selatan. Mereka sudah pernah berkunjung ke sekolah tersebut dan berdiskusi dengan kepala sekolahnya untuk merencanakan program di awal masa penempatan. “Lumayan, jadi sudah terbayang. Misalnya kemarin kepala sekolah memberitahu kalau di sana kurang tenaga pendidik karena ada beberapa guru yang mau masuk usia pensiun, jadi kita bisa fokus membantu pembelajaran bagi guru-guru yang membutuhkan,” ujarnya.
Hilal dan kelompoknya juga sudah mengikuti tahap pembekalan selama dua minggu berupa pelatihan dari Kemendikbudristek. “Kami juga diskusi dengan teman-teman yang udah ikut Kampus Mengajar angkatan sebelumnya supaya ada gambaran. Lalu sudah diskusi kelompok juga untuk membahas apa saja yang akan dijalankan di awal-awal penempatan,” katanya.
Berbeda dengan Hilal, peserta Kampus Mengajar lain, Tiara Maswaty Budhianto, bukan berasal dari program studi kependidikan. Tiara merupakan mahasiswa jurusan Manajemen dari perguruan tinggi swasta, Universitas Bina Nusantara. Tiara tertarik mengambil program Kampus Mengajar karena ia melihat masih banyak sekolah di DKI Jakarta yang kekurangan tenaga pengajar dan fasilitas. “Jadi meskipun saya jurusan manajemen, saya ingin membantu juga menjadi agen perubahan,” ujarnya.
Sementara itu, Diah Mutiara, dosen Prodi Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta, menjadi salah satu dosen pembimbing lapangan (DPL) untuk Kampus Mengajar angkatan 5. Diah membimbing sembilan mahasiswa yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu di SDN Kebayoran Lama 01 dan SDN Grogol Utara 13, Jakarta Selatan. Sebelumnya Diah juga pernah menjadi DPL untuk Kampus Mengajar angkatan 3.
Diah mengatakan, berdasarkan pengalamannya sebagai DPL, peningkatan kompetensi literasi dan numerasi di sekolah memang menjadi hal yang penting karena banyak siswa dan guru yang belum paham mengenai literasi dan numerasi. “Banyak yang menganggap literasi itu hanya sebatas membaca buku. Padahal kan luas banget literasi itu, misalnya pemahaman teks, kemampuan beradaptasi dengan teknologi, bagaimana kita bisa menyampaikan apa yang kita baca, atau membuat tulisan dari apa yang kita baca,” katanya.
Mahasiswa Kampus Mengajar, katanya, bisa menjadi pendamping di sekolah untuk meningkatkan literasi dan numerasi siswa dan guru. Setelah melakukan observasi di awal penempatan, biasanya mahasiswa menemukan ada siswa yang belum bisa membaca. Selanjutnya siswa bisa membuat pendampingan bagi siswa di luar jam sekolah atau inovasi lain seperti memberikan pemahaman teknologi kepada guru-guru.
Diah juga berpesan kepada mahasiswa agar bisa bersikap fleksibel terhadap kondisi sekolah dan kebutuhan sekolah yang berbeda-beda. “Ketika sekolah memang butuh bantuan untuk mengajar, ya kalian mengajar. Kita di sini harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan sekolah, termasuk bantuan untuk masalah administratif dan manajemen sekolah. Kalian harus paham itu,” katanya saat memberikan arahan untuk mahasiswa.
Menurut Diah, banyak sekolah yang merasa terbantu dengan kehadiran mahasiswa Kampus Mengajar. “Justru mereka senang dibantu. Mereka semangatnya luar biasa. Kemauan untuk majunya luar biasa meskipun dengan keadaan yang terbatas. Mereka ikut sedih waktu program selesai dan mereka merasa kehilangan,” tuturnya.
Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Muh Roji, berharap, hadirnya mahasiswa program Kamus Mengajar di sekolah bisa membuat peserta didik mendapatkan proses pembalajaran yang lebih baik, apalagi peserta didik di kelas 6 dan 9 akan menghadapi ujian sekolah dalam waktu dekat. Selain itu, sekolah-sekolah di Provinsi DKI Jakarta sebagian besar sudah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, sehingga membutuhkan bantuan dan asistensi dari mahasiswa, khususnya dalam adaptasi teknologi, seperti penggunaan Platform Merdeka Mengajar (PMM).
“Kondisi di lapangan, nanti di sekolah-sekolah mahasiswa akan bertemu dengan para pendidik dan guru-guru yang variatif dari sisi kompetensi dan usia. Ada yang usia muda, tua, dan menengah. Ada guru muda yang baru lulus dari perguruan tinggi, ada yang baru diangkat sebagai PNS atau PPPK, atau ada juga yang usianya sudah mau pensiun. Kompetensinya juga variatif. Ada guru yang inovatif, kreatif, dan rajin, ada juga yang cuek,” kata Muh Roji.
Karena itu ia berharap para mahasiswa program Kampus mengajar bisa bersinergi dengan seluruh warga sekolah. “Harapan saya, adik-adik bisa berbagi pengalaman, berbagi ilmu, dan mengajarkan konten-konten pembelajaran terkini, juga berkolaborasi dengan kepala sekolah dan guru. Harapan saya bisa membuat sekolah jadi lebih baik lagi untuk hal manajerial bagi kepala sekolah dan penguasaan bahan ajar bagi guru-guru. Saya ucapkan terima kasih atas hadirnya mahasiswa Kampus Mengajar di DKI Jakarta,” ujarnya.
Pelaksanaan Kampus Mengajar angkatan 5 diharapkan mampu menjaga tren positif dan terus memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan Indonesia di tingkat pendidikan dasar. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril, mengatakan bahwa dalam beberapa dekade terakhir Indonesia telah berhasil meningkatkan akses pendidikan dasar dan menengah secara signifikan. Namun, masih tersisa sebuah persoalan yang sangat mendasar, yaitu krisis pembelajaran atau learning crisis yang diperparah dengan learning loss akibat masa pandemi. Hal tersebut berpengaruh pada kemampuan literasi dan numerasi generasi bangsa.
“Hasil Asesmen Nasional tahun 2021 yang dilakukan Kemendikbudristek menunjukkan bahwa 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi, dan 2 dari 3 peserta didik tersebut juga belum mencapai kompetensi minimum untuk numerasi. Dengan kata lain, meski sebagian besar sudah ada kesempatan untuk bersekolah, tapi belum banyak kesempatan mengembangkan kompetensi dasar yang diperlukan untuk masa depan mereka,” katanya saat acara Pelepasan Mahasiswa Program Kampus Mengajar Angkatan 5 secara hibrida, Jumat (17-2-2023).
Iwan menuturkan, program Kampus Mengajar terbukti menjadi salah satu solusi untuk mengakselerasi pemulihan pembelajaran siswa di sekolah pascapandemi. Dengan berfokus pada peningkatan kompetensi literasi dan numerasi, mahasiswa Kampus Mengajar menjadi mitra guru dalam mengembangkan startegi pembelajaran yang efektif dan disesuaikan dengan kebutuhan di setiap sekolah. “Selain itu, program ini juga berfokus pada pengembangan kompetensi mahasiswa melalui pengembangan kapasitas kepemimpinan, kreativitas dan inovasi, penyelesaian masalah, kemampuan komunikasi, manajemen tim, dan cara berpikir yang lebih analitis,” tuturnya. (Desliana M./Editor: Seno H.)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#KampusMerdeka
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 74/sipers/A6/II/2023
Salah satu mahasiswa program Kampus Mengajar angkatan 5, Hilal Dwi Cahyo, mengatakan dirinya termotivasi untuk mengikuti program ini karena relevan dan linier dengan jurusannya. Hilal adalah mahasiswa semester 6 jurusan Pendidikan Guru SD di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Menurutnya, dengan menjadi peserta program Kampus Mengajar, ia mendapatkan tempat magang untuk belajar dan mengajar serta mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Ia juga sudah sering mendengar pengalaman bagus dari teman-teman yang sudah mengikuti Kampus Mengajar di angkatan sebelumnya.
“Saya pikir ini bagus berdasarkan pengalaman teman-teman saya yang ikut Kampus Mengajar angkatan 4. Menurut mereka, kehadiran mereka itu benar-benar diperlukan untuk membantu sekolah dalam meningkatkan literasi dan numerasi, dan ilmu yang dipelajari di kuliah bisa dipakai di SD,” tutur Hilal saat acara Pelepasan Mahasiswa Program Kampus Mengajar Angkatan 5, di kantor Balai Peningkatan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi DKI Jakarta, Jumat (17-2-2023).
Ia berharap semoga kehadirannya dan teman-teman Kampus Mengajar angkatan 5 bisa berkontribusi dengan baik dan sesuai dengan tujuan, yaitu untuk meningkatkan literasi dan numerasi. Hilal menambahkan, ia dan kelompoknya juga akan fokus untuk meningkatkan wawasan peserta didik mengenai pengenalan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Hilal dan empat temannya akan bertugas sebagai mahasiswa Kampus Mengajar di SDN Grogol Utara 13 Pagi, Jakarta Selatan. Mereka sudah pernah berkunjung ke sekolah tersebut dan berdiskusi dengan kepala sekolahnya untuk merencanakan program di awal masa penempatan. “Lumayan, jadi sudah terbayang. Misalnya kemarin kepala sekolah memberitahu kalau di sana kurang tenaga pendidik karena ada beberapa guru yang mau masuk usia pensiun, jadi kita bisa fokus membantu pembelajaran bagi guru-guru yang membutuhkan,” ujarnya.
Hilal dan kelompoknya juga sudah mengikuti tahap pembekalan selama dua minggu berupa pelatihan dari Kemendikbudristek. “Kami juga diskusi dengan teman-teman yang udah ikut Kampus Mengajar angkatan sebelumnya supaya ada gambaran. Lalu sudah diskusi kelompok juga untuk membahas apa saja yang akan dijalankan di awal-awal penempatan,” katanya.
Berbeda dengan Hilal, peserta Kampus Mengajar lain, Tiara Maswaty Budhianto, bukan berasal dari program studi kependidikan. Tiara merupakan mahasiswa jurusan Manajemen dari perguruan tinggi swasta, Universitas Bina Nusantara. Tiara tertarik mengambil program Kampus Mengajar karena ia melihat masih banyak sekolah di DKI Jakarta yang kekurangan tenaga pengajar dan fasilitas. “Jadi meskipun saya jurusan manajemen, saya ingin membantu juga menjadi agen perubahan,” ujarnya.
Sementara itu, Diah Mutiara, dosen Prodi Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta, menjadi salah satu dosen pembimbing lapangan (DPL) untuk Kampus Mengajar angkatan 5. Diah membimbing sembilan mahasiswa yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu di SDN Kebayoran Lama 01 dan SDN Grogol Utara 13, Jakarta Selatan. Sebelumnya Diah juga pernah menjadi DPL untuk Kampus Mengajar angkatan 3.
Diah mengatakan, berdasarkan pengalamannya sebagai DPL, peningkatan kompetensi literasi dan numerasi di sekolah memang menjadi hal yang penting karena banyak siswa dan guru yang belum paham mengenai literasi dan numerasi. “Banyak yang menganggap literasi itu hanya sebatas membaca buku. Padahal kan luas banget literasi itu, misalnya pemahaman teks, kemampuan beradaptasi dengan teknologi, bagaimana kita bisa menyampaikan apa yang kita baca, atau membuat tulisan dari apa yang kita baca,” katanya.
Mahasiswa Kampus Mengajar, katanya, bisa menjadi pendamping di sekolah untuk meningkatkan literasi dan numerasi siswa dan guru. Setelah melakukan observasi di awal penempatan, biasanya mahasiswa menemukan ada siswa yang belum bisa membaca. Selanjutnya siswa bisa membuat pendampingan bagi siswa di luar jam sekolah atau inovasi lain seperti memberikan pemahaman teknologi kepada guru-guru.
Diah juga berpesan kepada mahasiswa agar bisa bersikap fleksibel terhadap kondisi sekolah dan kebutuhan sekolah yang berbeda-beda. “Ketika sekolah memang butuh bantuan untuk mengajar, ya kalian mengajar. Kita di sini harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan sekolah, termasuk bantuan untuk masalah administratif dan manajemen sekolah. Kalian harus paham itu,” katanya saat memberikan arahan untuk mahasiswa.
Menurut Diah, banyak sekolah yang merasa terbantu dengan kehadiran mahasiswa Kampus Mengajar. “Justru mereka senang dibantu. Mereka semangatnya luar biasa. Kemauan untuk majunya luar biasa meskipun dengan keadaan yang terbatas. Mereka ikut sedih waktu program selesai dan mereka merasa kehilangan,” tuturnya.
Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Muh Roji, berharap, hadirnya mahasiswa program Kamus Mengajar di sekolah bisa membuat peserta didik mendapatkan proses pembalajaran yang lebih baik, apalagi peserta didik di kelas 6 dan 9 akan menghadapi ujian sekolah dalam waktu dekat. Selain itu, sekolah-sekolah di Provinsi DKI Jakarta sebagian besar sudah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, sehingga membutuhkan bantuan dan asistensi dari mahasiswa, khususnya dalam adaptasi teknologi, seperti penggunaan Platform Merdeka Mengajar (PMM).
“Kondisi di lapangan, nanti di sekolah-sekolah mahasiswa akan bertemu dengan para pendidik dan guru-guru yang variatif dari sisi kompetensi dan usia. Ada yang usia muda, tua, dan menengah. Ada guru muda yang baru lulus dari perguruan tinggi, ada yang baru diangkat sebagai PNS atau PPPK, atau ada juga yang usianya sudah mau pensiun. Kompetensinya juga variatif. Ada guru yang inovatif, kreatif, dan rajin, ada juga yang cuek,” kata Muh Roji.
Karena itu ia berharap para mahasiswa program Kampus mengajar bisa bersinergi dengan seluruh warga sekolah. “Harapan saya, adik-adik bisa berbagi pengalaman, berbagi ilmu, dan mengajarkan konten-konten pembelajaran terkini, juga berkolaborasi dengan kepala sekolah dan guru. Harapan saya bisa membuat sekolah jadi lebih baik lagi untuk hal manajerial bagi kepala sekolah dan penguasaan bahan ajar bagi guru-guru. Saya ucapkan terima kasih atas hadirnya mahasiswa Kampus Mengajar di DKI Jakarta,” ujarnya.
Pelaksanaan Kampus Mengajar angkatan 5 diharapkan mampu menjaga tren positif dan terus memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan Indonesia di tingkat pendidikan dasar. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril, mengatakan bahwa dalam beberapa dekade terakhir Indonesia telah berhasil meningkatkan akses pendidikan dasar dan menengah secara signifikan. Namun, masih tersisa sebuah persoalan yang sangat mendasar, yaitu krisis pembelajaran atau learning crisis yang diperparah dengan learning loss akibat masa pandemi. Hal tersebut berpengaruh pada kemampuan literasi dan numerasi generasi bangsa.
“Hasil Asesmen Nasional tahun 2021 yang dilakukan Kemendikbudristek menunjukkan bahwa 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi, dan 2 dari 3 peserta didik tersebut juga belum mencapai kompetensi minimum untuk numerasi. Dengan kata lain, meski sebagian besar sudah ada kesempatan untuk bersekolah, tapi belum banyak kesempatan mengembangkan kompetensi dasar yang diperlukan untuk masa depan mereka,” katanya saat acara Pelepasan Mahasiswa Program Kampus Mengajar Angkatan 5 secara hibrida, Jumat (17-2-2023).
Iwan menuturkan, program Kampus Mengajar terbukti menjadi salah satu solusi untuk mengakselerasi pemulihan pembelajaran siswa di sekolah pascapandemi. Dengan berfokus pada peningkatan kompetensi literasi dan numerasi, mahasiswa Kampus Mengajar menjadi mitra guru dalam mengembangkan startegi pembelajaran yang efektif dan disesuaikan dengan kebutuhan di setiap sekolah. “Selain itu, program ini juga berfokus pada pengembangan kompetensi mahasiswa melalui pengembangan kapasitas kepemimpinan, kreativitas dan inovasi, penyelesaian masalah, kemampuan komunikasi, manajemen tim, dan cara berpikir yang lebih analitis,” tuturnya. (Desliana M./Editor: Seno H.)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#KampusMerdeka
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 74/sipers/A6/II/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1580 kali
Editor :
Dilihat 1580 kali