Dampak Positif Program Organisasi Penggerak dalam Peningkatan Mutu Pendidikan 25 Februari 2023 ← Back
Jakarta, Kemendikbudristek—Setelah dua tahun menyelenggarakan Program Organisasi Penggerak (POP), Ketua Program dari EQUIC Indonesia, Zamhari menceritakan perubahan kondisi pembelajaran di sekolah yang berhasil ia dampingi. Kondisi sekolah yang awalnya tidak punya program literasi, perpustakaan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kini secara sukarela dan gotong royong telah memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik untuk menunjang pembelajaran peserta didik.
“Kami tidak memberikan dana kepada sekolah, namun yang menjadi nilai plus adalah mereka sukarela untuk mengimplementasikan tanpa meminta dana kepada yayasan. Mereka melibatkan orang tua sebagai suatu paguyuban. Ini adalah hal yang luar biasa. Awalnya yang hanya nol, tidak mengerti sama sekali, kemudian secara bertahap mengikuti pelatihan program peningkatan mutu satuan pendidikan yang kami selenggarakan,” tutur Zamhari.
Selain itu, meskipun terjadi pergantian kepala sekolah, kepala sekolah yang baru secara terbuka mau melanjutkan program yang telah ada sebelumnya, sehingga terbentuklah kesinambungan. Tidak hanya sampai di situ, di saat kondisi pembelajaran di sekolah sudah semakin baik, sekolah ini juga mengundang keterlibatan sekolah di sekitarnya untuk belajar bersama tentang literasi. Terutama bagi sekolah yang tidak menjadi sasaran POP.
Selanjutnya, Zamhari mengatakan bahwa perubahan penting lain yang ia rasakan selama melakukan pelatihan adalah adanya perubahan pola pikir. Berkat metode pendekatan yang tepat dan bertahap, guru maupun kepala sekolah mudah diberi pemahaman tentang literasi, numerasi dan pengembangan kompetensi.
“Mereka mampu memunculkan gagasan-gagasan baru yang bisa diterapkan dalam program sekolah. Misalnya dulunya tidak ada pembiasaan, tidak ada pojok baca, dan perpustakaan tidak berfungsi. (setelah pelatihan) Mereka tergerak untuk menyusun program dan berkomitmen untuk melaksanakannya ketika mengajar di kelas,” terang Zamhari menjelaskan berbagai praktik baik dalam model pengajaran yang berjalan berkesinambungan baik saat latihan maupun ketika pembelajaran di kelas.
Zamhari menyebut salah satu sekolah yang telah menunjukkan perubahan positif tersebut adalah SD Negeri 1 Pujon Lor, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Menurutnya, sekolah ini memiliki sumber daya dan telah mengenal kompetensi yang dimiliki. Dalam hal ini, sekolah tersebut memiliki sumber daya berupa peserta didik yang aktif berkegiatan. Siswa-siswa di SD Negeri 1 Pujon Lor trampil dalam berbagai macam pertunjukkan seperti drumben, Banjari, pencak silat, BTQ, seni tari, dan sepak bola.
Oleh karena itu, memanfaatkan momen peringatan Bulan Bahasa, Hari Santri dan Hari Sumpah Pemuda, kepala sekolah menyelenggarakan kegiatan pentas seni yang diawali dengan Kirab budaya di sekitar lingkungan sekolah. Selanjutnya, dengan turut melaksanakan Pekan Bahasa di sekolah, kepala sekolah ingin menumbuhkan kesadaran dan memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan literasi melalui bakat dan minat yang disukai anak-anak.
“Ada pembiasaan membaca 15 menit sebelum belajar. Setelah membaca, siswa diberikan kartu gerakan literasi sekolah. Di kartu itu tercantum apa saja yang mereka baca, sampai mana, dan apa isinya. Mereka tidak hanya membaca tapi juga membuat kesimpulan sederhana. Semoga pada tahun ini kami bisa menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan menumbuhkan minat dan bakat siswa kami,” ujar Kepala Sekolah, Roihanah.
Dengan berbagai capaian yang memuaskan itu, Zamhari berharap POP dapat berlanjut dengan pola yang tidak jauh berbeda. “Kami lihat kementerian dan organisasi masyarakat (ormas) bergotong-royong meningkatkan mutu pendidikan. Apa yang dimiliki ormas bisa dilakukan kementerian, dan apa yang dimiliki kementerian bisa membantu ormas,” tuturnya menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antarseluruh pemangku kepentingan.
Berdasarkan pengalamannya, Zamhari menyebutkan bahwa, dengan POP, ormas yang tahu kondisi di daerah dapat secara langsung berkontribusi dalam memperbaiki mutu pendidikan. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh ormas yang tergabung dalam POP dapat terus bersinergi bersama.
Melihat dampak positif POP ini, Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan, Praptono menyampaikan dukungannya. “Saya sangat mengapresiasi kerja keras dari tim ormas yang menyiapkan betul modul-modul pelatihan dan perangkat-perangkat ajar sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan,” tuturnya.
“Saya mendorong agar guru-guru dan kepala sekolah yang menjadi sasaran program dan sudah mendapat pembekalan di berbagai tempat untuk segera melakukan berbagai praktik peningkatan kompetensi siswa. Sekarang saatnya guru dan kepala sekolah untuk menerapkan ilmu dan pembekalan yang didapatkan dari ormas dalam mengimplementasikan program pembelajaran yang berpihak pada kebutuhan siswa,” ujar Pak Praptono.
Program Organisasi Penggerak (POP) adalah program pemberdayaan masyarakat secara masif melalui dukungan pemerintah untuk peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah berdasarkan model-model pelatihan yang sudah terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Program ini adalah bagian dari rangkaian terobosan kebijakan Kemendikbudristek yang diluncurkan pada 10 Maret 2020 sebagai kebijakan Merdeka Belajar episode keempat. Tujuannya, untuk meningkatkan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dengan melibatkan peran serta Ormas bidang pendidikan yang dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar peserta didik.
Organisasi yang sudah terdaftar dalam Komunitas Penggerak memiliki peluang untuk berpartisipasi dalam Program Organisasi Penggerak. Program ini akan mendorong hadirnya Sekolah Penggerak yang berkelanjutan dengan melibatkan peran serta organisasi. Fokus utamanya adalah peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Organisasi yang berpartisipasi dapat menerima dukungan pemerintah sesuai dengan tiga kategori yaitu, Kategori I (Gajah), Kategori II (Macan), dan Kategori III (Kijang). Organisasi Penggerak hadir sebagai lompatan dan perwujudan inovasi pembelajaran untuk menghadapi tantangan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik yang fokus pada peningkatan literasi, numerasi dan penguatan pendidikan karakter.
Sekilas tentang EQUIC
Yayasan Education Quality Improvement Consortium (EQUIC) Indonesia merupakan salah satu organisasi masyarakat (ormas) di bidang pendidikan yang terlibat dalam Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbudristek. POP adalah program kemitraan antara pemerintah dan masyarakat yang didasari oleh praktik baik yang sudah terbukti. Kemitraan ini dilakukan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan bagi para kepala sekolah dan guru. Dengan cara seperti itu, terjadi peningkatan kualitas dan kemampuan peserta didik.
EQUIC Indonesia merupakan organisasi masyarakat yang sejak akhir tahun 2009 berupaya mengembangkan pendidikan di wilayah pedesaan. Sebelum mengikuti Program Organisasi Penggerak (POP), EQUIC Indonesia sudah melakukan praktik baik dan berkolaborasi dengan banyak sekolah, khususnya sekolah di Malang Selatan. Program utama EQUIC adalah peningkatan kapasitas guru dan tenaga kependidikan untuk melakukan praktik baik dalam menumbuhkan komunitas belajar yang tumbuh sukses bersama-sama.
EQUIC Indonesia merupakan organisasi masyarakat yang sejak akhir tahun 2009 berupaya mengembangkan pendidikan di wilayah pedesaan. Sebelum mengikuti Program Organisasi Penggerak (POP), EQUIC Indonesia sudah melakukan praktik baik dan berkolaborasi dengan banyak sekolah, khususnya sekolah di Malang Selatan. Program utama EQUIC adalah peningkatan kapasitas guru dan tenaga kependidikan untuk melakukan praktik baik dalam menumbuhkan komunitas belajar yang tumbuh sukses bersama-sama.
POP yang diluncurkan Kemendikbudristek dinilai sangat cocok dengan aktivitas dan semangat EQUIC Indonesia karena selama ini EQUIC telah mengadakan program peningkatan kapasitas guru dan kepala sekolah di jenjang SD dan SMP dengan masing-masing 20 SD dan 20 SMP di Kabupaten Malang.
Program numerasi dan literasi dari EQUIC Indonesia sudah berjalan selama dua tahun. Di tahun 2021, EQUIC Indonesia melakukan intervensi kepada sekolah dengan mengadakan pelatihan dan pendampingan. Untuk intervensi jenjang SD, EQUIC Indonesia membuat empat modul, yaitu modul integrasi literasi dalam kurikulum dan pembelajaran; perencanaan sekolah berbasis literasi; perpustakaan; dan literasi digital.
Setelah modul disusun, EQUIC Indonesia melaksanakan pelatihan kepada fasilitator (ToT atau Training of Trainer). Fasilitator terdiri dari para pengawas yang dipilih dari Koordinator Wilayah (Korwil) terdekat dari sekolah sasaran. Pemilihan seperti ini dilakukan agar pendekatan ke sekolah lebih mudah sehingga potensi dan kelemahan sekolah lebih mudah diketahui.
Setelah pelatihan selesai, dilakukan pendampingan ke sekolah untuk para peserta pelatihan. Guru dan kepala sekolah yang mengikuti rangkaian pelatihan kemudian mendiseminasikan hasil pelatihan mereka kepada guru lainnya. Sekolah melakukan nobar (nonton bareng) agar seluruh guru mendapatkan materi yang sama. Ketika pendampingan ini, fasilitator memberikan penguatan implementasi hasil pelatihan.
EQUIC Indonesia juga rutin mengadakan monitoring sebelum dan sesudah pelatihan. Di akhir tahun, EQUIC mengumpulkan sekolah untuk melaksanakan evaluasi dan refleksi. Hasilnya bagus di mana sekolah menujukkan peningkatan dalam proses pembelajarannya. “Kami memberikan kesempatan kepada para guru untuk diseminasi kepada sekolah lain yang tidak tergabung menjadi sekolah sasaran POP. Hal ini sudah dilaksanakan oleh 50 persen peserta kami,” pungkas Zamhari. *** (Penulis: Tim Ditjen GTK/Editor: Denty A.)
Sumber :
“Kami tidak memberikan dana kepada sekolah, namun yang menjadi nilai plus adalah mereka sukarela untuk mengimplementasikan tanpa meminta dana kepada yayasan. Mereka melibatkan orang tua sebagai suatu paguyuban. Ini adalah hal yang luar biasa. Awalnya yang hanya nol, tidak mengerti sama sekali, kemudian secara bertahap mengikuti pelatihan program peningkatan mutu satuan pendidikan yang kami selenggarakan,” tutur Zamhari.
Selain itu, meskipun terjadi pergantian kepala sekolah, kepala sekolah yang baru secara terbuka mau melanjutkan program yang telah ada sebelumnya, sehingga terbentuklah kesinambungan. Tidak hanya sampai di situ, di saat kondisi pembelajaran di sekolah sudah semakin baik, sekolah ini juga mengundang keterlibatan sekolah di sekitarnya untuk belajar bersama tentang literasi. Terutama bagi sekolah yang tidak menjadi sasaran POP.
Selanjutnya, Zamhari mengatakan bahwa perubahan penting lain yang ia rasakan selama melakukan pelatihan adalah adanya perubahan pola pikir. Berkat metode pendekatan yang tepat dan bertahap, guru maupun kepala sekolah mudah diberi pemahaman tentang literasi, numerasi dan pengembangan kompetensi.
“Mereka mampu memunculkan gagasan-gagasan baru yang bisa diterapkan dalam program sekolah. Misalnya dulunya tidak ada pembiasaan, tidak ada pojok baca, dan perpustakaan tidak berfungsi. (setelah pelatihan) Mereka tergerak untuk menyusun program dan berkomitmen untuk melaksanakannya ketika mengajar di kelas,” terang Zamhari menjelaskan berbagai praktik baik dalam model pengajaran yang berjalan berkesinambungan baik saat latihan maupun ketika pembelajaran di kelas.
Zamhari menyebut salah satu sekolah yang telah menunjukkan perubahan positif tersebut adalah SD Negeri 1 Pujon Lor, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Menurutnya, sekolah ini memiliki sumber daya dan telah mengenal kompetensi yang dimiliki. Dalam hal ini, sekolah tersebut memiliki sumber daya berupa peserta didik yang aktif berkegiatan. Siswa-siswa di SD Negeri 1 Pujon Lor trampil dalam berbagai macam pertunjukkan seperti drumben, Banjari, pencak silat, BTQ, seni tari, dan sepak bola.
Oleh karena itu, memanfaatkan momen peringatan Bulan Bahasa, Hari Santri dan Hari Sumpah Pemuda, kepala sekolah menyelenggarakan kegiatan pentas seni yang diawali dengan Kirab budaya di sekitar lingkungan sekolah. Selanjutnya, dengan turut melaksanakan Pekan Bahasa di sekolah, kepala sekolah ingin menumbuhkan kesadaran dan memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan literasi melalui bakat dan minat yang disukai anak-anak.
“Ada pembiasaan membaca 15 menit sebelum belajar. Setelah membaca, siswa diberikan kartu gerakan literasi sekolah. Di kartu itu tercantum apa saja yang mereka baca, sampai mana, dan apa isinya. Mereka tidak hanya membaca tapi juga membuat kesimpulan sederhana. Semoga pada tahun ini kami bisa menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan menumbuhkan minat dan bakat siswa kami,” ujar Kepala Sekolah, Roihanah.
Dengan berbagai capaian yang memuaskan itu, Zamhari berharap POP dapat berlanjut dengan pola yang tidak jauh berbeda. “Kami lihat kementerian dan organisasi masyarakat (ormas) bergotong-royong meningkatkan mutu pendidikan. Apa yang dimiliki ormas bisa dilakukan kementerian, dan apa yang dimiliki kementerian bisa membantu ormas,” tuturnya menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antarseluruh pemangku kepentingan.
Berdasarkan pengalamannya, Zamhari menyebutkan bahwa, dengan POP, ormas yang tahu kondisi di daerah dapat secara langsung berkontribusi dalam memperbaiki mutu pendidikan. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh ormas yang tergabung dalam POP dapat terus bersinergi bersama.
Melihat dampak positif POP ini, Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan, Praptono menyampaikan dukungannya. “Saya sangat mengapresiasi kerja keras dari tim ormas yang menyiapkan betul modul-modul pelatihan dan perangkat-perangkat ajar sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan,” tuturnya.
“Saya mendorong agar guru-guru dan kepala sekolah yang menjadi sasaran program dan sudah mendapat pembekalan di berbagai tempat untuk segera melakukan berbagai praktik peningkatan kompetensi siswa. Sekarang saatnya guru dan kepala sekolah untuk menerapkan ilmu dan pembekalan yang didapatkan dari ormas dalam mengimplementasikan program pembelajaran yang berpihak pada kebutuhan siswa,” ujar Pak Praptono.
Program Organisasi Penggerak (POP) adalah program pemberdayaan masyarakat secara masif melalui dukungan pemerintah untuk peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah berdasarkan model-model pelatihan yang sudah terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Program ini adalah bagian dari rangkaian terobosan kebijakan Kemendikbudristek yang diluncurkan pada 10 Maret 2020 sebagai kebijakan Merdeka Belajar episode keempat. Tujuannya, untuk meningkatkan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dengan melibatkan peran serta Ormas bidang pendidikan yang dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar peserta didik.
Organisasi yang sudah terdaftar dalam Komunitas Penggerak memiliki peluang untuk berpartisipasi dalam Program Organisasi Penggerak. Program ini akan mendorong hadirnya Sekolah Penggerak yang berkelanjutan dengan melibatkan peran serta organisasi. Fokus utamanya adalah peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Organisasi yang berpartisipasi dapat menerima dukungan pemerintah sesuai dengan tiga kategori yaitu, Kategori I (Gajah), Kategori II (Macan), dan Kategori III (Kijang). Organisasi Penggerak hadir sebagai lompatan dan perwujudan inovasi pembelajaran untuk menghadapi tantangan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik yang fokus pada peningkatan literasi, numerasi dan penguatan pendidikan karakter.
Sekilas tentang EQUIC
Yayasan Education Quality Improvement Consortium (EQUIC) Indonesia merupakan salah satu organisasi masyarakat (ormas) di bidang pendidikan yang terlibat dalam Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbudristek. POP adalah program kemitraan antara pemerintah dan masyarakat yang didasari oleh praktik baik yang sudah terbukti. Kemitraan ini dilakukan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan bagi para kepala sekolah dan guru. Dengan cara seperti itu, terjadi peningkatan kualitas dan kemampuan peserta didik.
EQUIC Indonesia merupakan organisasi masyarakat yang sejak akhir tahun 2009 berupaya mengembangkan pendidikan di wilayah pedesaan. Sebelum mengikuti Program Organisasi Penggerak (POP), EQUIC Indonesia sudah melakukan praktik baik dan berkolaborasi dengan banyak sekolah, khususnya sekolah di Malang Selatan. Program utama EQUIC adalah peningkatan kapasitas guru dan tenaga kependidikan untuk melakukan praktik baik dalam menumbuhkan komunitas belajar yang tumbuh sukses bersama-sama.
EQUIC Indonesia merupakan organisasi masyarakat yang sejak akhir tahun 2009 berupaya mengembangkan pendidikan di wilayah pedesaan. Sebelum mengikuti Program Organisasi Penggerak (POP), EQUIC Indonesia sudah melakukan praktik baik dan berkolaborasi dengan banyak sekolah, khususnya sekolah di Malang Selatan. Program utama EQUIC adalah peningkatan kapasitas guru dan tenaga kependidikan untuk melakukan praktik baik dalam menumbuhkan komunitas belajar yang tumbuh sukses bersama-sama.
POP yang diluncurkan Kemendikbudristek dinilai sangat cocok dengan aktivitas dan semangat EQUIC Indonesia karena selama ini EQUIC telah mengadakan program peningkatan kapasitas guru dan kepala sekolah di jenjang SD dan SMP dengan masing-masing 20 SD dan 20 SMP di Kabupaten Malang.
Program numerasi dan literasi dari EQUIC Indonesia sudah berjalan selama dua tahun. Di tahun 2021, EQUIC Indonesia melakukan intervensi kepada sekolah dengan mengadakan pelatihan dan pendampingan. Untuk intervensi jenjang SD, EQUIC Indonesia membuat empat modul, yaitu modul integrasi literasi dalam kurikulum dan pembelajaran; perencanaan sekolah berbasis literasi; perpustakaan; dan literasi digital.
Setelah modul disusun, EQUIC Indonesia melaksanakan pelatihan kepada fasilitator (ToT atau Training of Trainer). Fasilitator terdiri dari para pengawas yang dipilih dari Koordinator Wilayah (Korwil) terdekat dari sekolah sasaran. Pemilihan seperti ini dilakukan agar pendekatan ke sekolah lebih mudah sehingga potensi dan kelemahan sekolah lebih mudah diketahui.
Setelah pelatihan selesai, dilakukan pendampingan ke sekolah untuk para peserta pelatihan. Guru dan kepala sekolah yang mengikuti rangkaian pelatihan kemudian mendiseminasikan hasil pelatihan mereka kepada guru lainnya. Sekolah melakukan nobar (nonton bareng) agar seluruh guru mendapatkan materi yang sama. Ketika pendampingan ini, fasilitator memberikan penguatan implementasi hasil pelatihan.
EQUIC Indonesia juga rutin mengadakan monitoring sebelum dan sesudah pelatihan. Di akhir tahun, EQUIC mengumpulkan sekolah untuk melaksanakan evaluasi dan refleksi. Hasilnya bagus di mana sekolah menujukkan peningkatan dalam proses pembelajarannya. “Kami memberikan kesempatan kepada para guru untuk diseminasi kepada sekolah lain yang tidak tergabung menjadi sekolah sasaran POP. Hal ini sudah dilaksanakan oleh 50 persen peserta kami,” pungkas Zamhari. *** (Penulis: Tim Ditjen GTK/Editor: Denty A.)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4794 kali
Editor :
Dilihat 4794 kali