Ini Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka di Satuan Pendidikan 28 Februari 2023 ← Back
Jakarta, Kemendikbudristek – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mengawal agar implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) dapat berjalan dengan baik di satuan pendidikan. Oleh karenanya, Silahturahmi Merdeka Belajar (SMB) yang mengusung tema "Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka". Acara yang berlangsung pada Kamis (23/2), hadir sebagai wadah bagi satuan pendidikan untuk saling belajar dan menginspirasi satu sama lain terkait pelaksanaan Kurikulum Merdeka.
Narasumber pertama yang berbagi praktik baik IKM adalah Kepala SMAN 1 Jawilan Serang, Banten, Satiri yang menjelaskan bagaimana IKM memberikan dampak positif, terutama bagi siswa. Dari praktik IKM yang ia terapkan di sekolah, terbukti mampu meningkatkan kemampuan bernalar dan kreativitas siswa. Selain itu, para guru menjadi lebih terpacu untuk selalu ingin belajar.
“Setiap Jumat kami sudah membiasakan diri dengan istilah “Jumbesagu”, (kepanjangan dari) Jumat Belajar Bersama Guru. Bahkan dari kalangan guru atau fasilitator, ada juga yang mengistilahkan “Jus Anggur”, yakni Jumat Siang Anti Nganggur,” ucap Satiri menyebutkan kegiatan yang dilakukan di SMAN 1 Jawilan Serang.
Kesempatan berikutnya adalah Guru SMP Islam Athirah Bone, Sulawesi Selatan, Muhammad Nurholis yang menceritakan alasan Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah yang dipilih oleh sekolahnya. Ia menilai Kurikulum Merdeka dapat mendorong tumbuhnya ekosistem pendidikan yang semakin baik. Mulai dari penyusunan strategi, persiapan sumber daya manusia (SDM), serta pengadaan sarana dan prasarana di sekolah; semua dijalankan dengan gotong royong, mengedepankan semangat learning by doing, dan menjalankan konsep pemelajar sepanjang hayat.
“Kini penerapan kurikulum Mandiri Berubah sudah berdampak positif. Para siswa seakan-akan sudah tahu ke mana muara pembelajaran yang akan dilakukan dan apa yang akan dihasilkan,” ungkap Nurcholis.
Saking tingginya animo peserta didik dalam belajar, meskipun sudah disiapkan pihak sekolah, tak jarang para siswa turut melibatkan orang tua mereka untuk mempersiapkan sarana dan prasarana pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa IKM telah menumbuhkan iklim pembelajaran yang kondusif karena saling mendukung dalam proses pembelajaran.
“Tentu (IKM) berdampak positif baik untuk guru maupun siswa. Meski sekolah sudah menyiapkan fasilitas sarana dan prasarana terkait dengan pembelajaran berbasis proyek, namun saking tingginya animo siswa, mereka turut melibatkan orang tua yang ada di rumah. Mereka berlomba-lomba menawarkan rumahnya menjadi setting lokasi untuk syuting sebuah proyek film pendek misalnya,” ujar Nurholis menjelaskan praktik IKM yang sarat kolaborasi antarseluruh warga pendidikan.
Berikutnya, Guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) 26 Kota Jambi, Yul Pendri juga mengungkapkan manfaat dari IKM bagi para siswa dan guru. Selama ini, para guru hanya menggunakan buku sebagai bahan ajar kepada siswa dan menjadikannya acuan dalam pembelajaran. Tapi kini, prosesnya lebih bervariatif, terintegrasi dengan IT dan lebih mewakili kearifan lokal.
“Dengan IKM, siswa lebih terfasilitasi dengan adanya keberagaman proses belajar. Konten pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru di sekolah menjadi lebih menarik sesuai dengan karakteristik siswa,” jelas Pendri menjabarkan dampak yang dirasakan sekolahnya setelah mengimplementasikan Kurikulum Mereka
Selanjutnya, Kepala Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cemara Kasih, Jimbaran, Bali, Agnes Rini Astuti mengungkapkan rasa syukurnya atas kebijakan Kurikulum Merdeka. Dalam mengimplementasikannya sekolah PAUD Cemara Kasih menggunakan prinsip belajar sambil bermain. Hal ini disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
Ia menjelaskan bahwa dengan adanya kurikulum Merdeka, para pengajar PAUD memiliki ruang untuk bereksplorasi sesuai kebutuhan peserta didik. “Kami diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dan (kurikulum) juga disempurnakan dan difasilitasi lewat PMM sehingga prosesnya lebih terarah,” ungkap Agnes Rini Astusi.
Berdasarkan data Kemendikbudristek, ada sekitar 156 ribu sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka dalam berbagai jalur. Adapun tiga pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) secara mandiri, yakni Merdeka Belajar, Merdeka Berubah, dan Merdeka Berbagi. Tujuannya adalah untuk mengatasi krisis belajar melalui peningkatan kualitas pembelajaran bagi semua peserta didik di Indonesia.
Pelaksana tugas Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (Plt. Direktur PMPK), Kemendikbudristek, Aswin Wihdiyanto menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka dirancang untuk mengembangkan soft skills dan karakter peserta didik yang berfokus pada materi esensial dan pembelajaran yang fleksibel. *** (Penulis: Mazaya, Atika, Devira/Editor: Denty A.)
Sumber :
Narasumber pertama yang berbagi praktik baik IKM adalah Kepala SMAN 1 Jawilan Serang, Banten, Satiri yang menjelaskan bagaimana IKM memberikan dampak positif, terutama bagi siswa. Dari praktik IKM yang ia terapkan di sekolah, terbukti mampu meningkatkan kemampuan bernalar dan kreativitas siswa. Selain itu, para guru menjadi lebih terpacu untuk selalu ingin belajar.
“Setiap Jumat kami sudah membiasakan diri dengan istilah “Jumbesagu”, (kepanjangan dari) Jumat Belajar Bersama Guru. Bahkan dari kalangan guru atau fasilitator, ada juga yang mengistilahkan “Jus Anggur”, yakni Jumat Siang Anti Nganggur,” ucap Satiri menyebutkan kegiatan yang dilakukan di SMAN 1 Jawilan Serang.
Kesempatan berikutnya adalah Guru SMP Islam Athirah Bone, Sulawesi Selatan, Muhammad Nurholis yang menceritakan alasan Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah yang dipilih oleh sekolahnya. Ia menilai Kurikulum Merdeka dapat mendorong tumbuhnya ekosistem pendidikan yang semakin baik. Mulai dari penyusunan strategi, persiapan sumber daya manusia (SDM), serta pengadaan sarana dan prasarana di sekolah; semua dijalankan dengan gotong royong, mengedepankan semangat learning by doing, dan menjalankan konsep pemelajar sepanjang hayat.
“Kini penerapan kurikulum Mandiri Berubah sudah berdampak positif. Para siswa seakan-akan sudah tahu ke mana muara pembelajaran yang akan dilakukan dan apa yang akan dihasilkan,” ungkap Nurcholis.
Saking tingginya animo peserta didik dalam belajar, meskipun sudah disiapkan pihak sekolah, tak jarang para siswa turut melibatkan orang tua mereka untuk mempersiapkan sarana dan prasarana pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa IKM telah menumbuhkan iklim pembelajaran yang kondusif karena saling mendukung dalam proses pembelajaran.
“Tentu (IKM) berdampak positif baik untuk guru maupun siswa. Meski sekolah sudah menyiapkan fasilitas sarana dan prasarana terkait dengan pembelajaran berbasis proyek, namun saking tingginya animo siswa, mereka turut melibatkan orang tua yang ada di rumah. Mereka berlomba-lomba menawarkan rumahnya menjadi setting lokasi untuk syuting sebuah proyek film pendek misalnya,” ujar Nurholis menjelaskan praktik IKM yang sarat kolaborasi antarseluruh warga pendidikan.
Berikutnya, Guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) 26 Kota Jambi, Yul Pendri juga mengungkapkan manfaat dari IKM bagi para siswa dan guru. Selama ini, para guru hanya menggunakan buku sebagai bahan ajar kepada siswa dan menjadikannya acuan dalam pembelajaran. Tapi kini, prosesnya lebih bervariatif, terintegrasi dengan IT dan lebih mewakili kearifan lokal.
“Dengan IKM, siswa lebih terfasilitasi dengan adanya keberagaman proses belajar. Konten pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru di sekolah menjadi lebih menarik sesuai dengan karakteristik siswa,” jelas Pendri menjabarkan dampak yang dirasakan sekolahnya setelah mengimplementasikan Kurikulum Mereka
Selanjutnya, Kepala Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cemara Kasih, Jimbaran, Bali, Agnes Rini Astuti mengungkapkan rasa syukurnya atas kebijakan Kurikulum Merdeka. Dalam mengimplementasikannya sekolah PAUD Cemara Kasih menggunakan prinsip belajar sambil bermain. Hal ini disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
Ia menjelaskan bahwa dengan adanya kurikulum Merdeka, para pengajar PAUD memiliki ruang untuk bereksplorasi sesuai kebutuhan peserta didik. “Kami diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dan (kurikulum) juga disempurnakan dan difasilitasi lewat PMM sehingga prosesnya lebih terarah,” ungkap Agnes Rini Astusi.
Berdasarkan data Kemendikbudristek, ada sekitar 156 ribu sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka dalam berbagai jalur. Adapun tiga pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) secara mandiri, yakni Merdeka Belajar, Merdeka Berubah, dan Merdeka Berbagi. Tujuannya adalah untuk mengatasi krisis belajar melalui peningkatan kualitas pembelajaran bagi semua peserta didik di Indonesia.
Pelaksana tugas Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (Plt. Direktur PMPK), Kemendikbudristek, Aswin Wihdiyanto menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka dirancang untuk mengembangkan soft skills dan karakter peserta didik yang berfokus pada materi esensial dan pembelajaran yang fleksibel. *** (Penulis: Mazaya, Atika, Devira/Editor: Denty A.)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 43351 kali
Editor :
Dilihat 43351 kali