Kemendikbudristek dan Komisi X DPR RI Berkolaborasi Membina Literasi pada Generasi Muda 05 April 2023 ← Back
Manado, 5 April 2023—Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melaksanakan Sosialisasi Program Pembinaan Literasi Generasi Muda. Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber Anggota Komisi X DPR RI, Adriana Dondokambey; Staf Ahli Komisi X DPR, Steven Macklin dan Angky Hertje; serta Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara, Januar Pribadi. Kegiatan dihadiri lebih dari 100 orang peserta yang terdiri atas unsur pemerintah daerah, dinas pendidikan, unit pelaksana teknis Kemendikbudristek, guru, pelajar, mahasiswa, praktisi pendidikan, dosen, dan pegiat literasi.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara, Januar Pribadi dalam sambutannya menyampaikan bahwa kemitraan antara Kemendikbudristek dengan Komisi X DPR-RI diharapkan dapat mempertajam Program Pembinaan Literasi Generasi Muda. Selain itu, kegiatan ini juga sebagai langkah awal untuk mewujudkan literasi kebahasaan dan kesastraan. “Literasi kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu upaya Badan Bahasa untuk menciptakan ekosistem masyarakat Indonesia yang berbudaya literasi,” ucap Januar, di Manado, Sulawesi Utara pada Selasa (4/4/2023).
Menurut Januar, partisipasi publik dalam pembinaan literasi generasi muda dapat memastikan bahwa program ini tidak semata hanya milik pemerintah, tetapi masyarakat juga terlibat untuk memberi aspirasi terkait kebutuhan dan keinginan masyarakat. “Partisipasi publik dalam literasi juga dapat membantu Badan Bahasa mengidentifikasi isu kebahasaan di masyarakat dan memastikan bahwa kebijakan yang disusun dapat berjalan dengan efektif serta mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah,” jelasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi X DPR RI, Adriana Dondokambey, dalam paparannya mendorong pemanfaatan literasi untuk memperbesar kegemaran membaca sehingga pengetahuan generasi muda bertambah. “Kegemaran membaca harus ditumbuhkan sejak anak masih kecil karena membaca adalah jendela dunia kita,” papar Adriana.
Adriana menjelaskan, kemampuan literasi tidak sebatas bisa membaca, tetapi seseorang juga harus dapat memaknai bahan bacaan sehingga menjadi masukan positif baginya dan menginspirasi untuk kehidupannya sehari-hari.
Literasi Kebahasaan dan Kesastraan
Literasi kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu dari tiga fokus utama Badan Bahasa. Tiga fokus utama tersebut yaitu, 1) literasi kebahasaan dan kesastraan, 2) pelindungan Bahasa dan Sastra, dan 3) internasionalisasi bahasa Indonesia. Adapun rincian output prioritas Badan Bahasa adalah terbinanya penutur bahasa dan generasi muda atas program literasi, terfasilitasinya lembaga oleh program BIPA, adanya penutur bahasa yang teruji, tercipta partisipan pelindungan bahasa maupun pelindungan sastra.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara, Januar Pribadi mengatakan, Indonesia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi aspek pengetahuan, teknologi, dan budaya, harus terus mengembangkan budaya literasi. Pengembangan budaya literasi dilakukan melalui pendidikan yang terintegrasi mulai dari pendidikan nonformal dalam ranah keluarga, pendidikan formal di sekolah, maupun secara sosial di masyarakat. “Oleh karena itu, Badan Bahasa menjadikan Penguatan Literasi Kebahasaan dan Kesastraan sebagai salah satu program prioritas di Badan Bahasa,” ujarnya.
Selanjutnya, program prioritas tersebut diturunkan menjadi beberapa program kegiatan unggulan, salah satunya adalah program Pembinaan Literasi Generasi Muda. Tujuan program Pembinaan Literasi Generasi Muda ini adalah untuk menanamkan budaya literasi di kalangan generasi muda di Indonesia melalui aktivitas yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan.
Tiga Kegiatan Utama dalam program Pembinaan Literasi Generasi Muda tahun 2023, yaitu 1) Pemilihan Duta Bahasa Penggerak Literasi, 2) Pemberdayaan Duta Bahasa melalui Krida Duta Bahasa, serta 3) Pembinaan Literasi Generasi secara Hibrida (luring dan daring).
Adriana Dondokambey mengatakan, minat baca yang tinggi memengaruhi wawasan, mental, dan perilaku seseorang. Sayangnya, minat baca generasi muda di Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara, masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang menyebabkan literasi bangsa kita rendah adalah minimnya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berliterasi tinggi. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tinggi, berkarakter, bermoral, bermental kuat, jujur, disiplin, peduli, serta bertanggung jawab. “Ini merupakan satu permasalahan yang harus mendapat perhatian kita bersama,” tutur Adriana.
Merujuk amanat UUD 1945 dalam pasal 31 ayat 3, tertulis bahwa sumber daya manusia di dunia pendidikan harus melakukan peningkatan literasi. “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang,” ucap Adriana.
Survei PISA (2018) berhasil memotret kemampuan membaca pelajar Indonesia yang belum menunjukkan hasil menggembirakan. Dari 78 negara, Indonesia berada pada urutan ke-73, atau urutan ke-6 dari bawah. Hal ini menandakan rendahnya minat baca di kalangan generasi muda. Hasil survei ini sejalan dengan skor Indonesia pada Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPM), yaitu 64,48 dari skala 1:100.
Adapun keterampilan literasi terdiri atas empat tingkatan, yaitu 1) Kemampuan mengumpulkan sumber bacaan; 2) Kemampuan membaca bahan bacaan; 3) Kemampuan memahami bahan bacaan; serta 4) Kemampuan menerjemahkan bahan bacaan bagi diri sendiri atau orang lain.
Adriana menjelaskan, ada hubungan yang kuat antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia melalui literasi.Penguasaan keterampilan literasi memampukan anak bangsa untuk memanfaatkan bahan bacaan sebagai sumber inspirasi sehingga dapat menciptakan inovasi-inovasi yang tidak kalah dalam kompetisi global. Oleh karena itu, dalam pembangunan, kemampuan literasi masyarakat adalah keharusan.
Menurut Adriana, literasi tidak muncul begitu saja, tetapi memerlukan proses yang panjang dan sarana kondusif. Proses ini dimulai dari lingkungan keluarga, ditumbuhkembangkan di lingkungan sekolah, lingkungan pergaulan, dan lingkungan pekerjaan. “Saya akan mendorong Kemendikbudristek agar dapat menciptakan program-program melalui Badan Bahasa bagaimana cara mendapatkan generasi penerus yang mampu menciptakan inovasi melalui ide-ide mereka untuk memajukan bangsa dan negara kita, Indonesia,” pungkasnya. (Tim Badan Bahasa, Editor: Denty)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 171/sipers/A6/IV/2023
Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara, Januar Pribadi dalam sambutannya menyampaikan bahwa kemitraan antara Kemendikbudristek dengan Komisi X DPR-RI diharapkan dapat mempertajam Program Pembinaan Literasi Generasi Muda. Selain itu, kegiatan ini juga sebagai langkah awal untuk mewujudkan literasi kebahasaan dan kesastraan. “Literasi kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu upaya Badan Bahasa untuk menciptakan ekosistem masyarakat Indonesia yang berbudaya literasi,” ucap Januar, di Manado, Sulawesi Utara pada Selasa (4/4/2023).
Menurut Januar, partisipasi publik dalam pembinaan literasi generasi muda dapat memastikan bahwa program ini tidak semata hanya milik pemerintah, tetapi masyarakat juga terlibat untuk memberi aspirasi terkait kebutuhan dan keinginan masyarakat. “Partisipasi publik dalam literasi juga dapat membantu Badan Bahasa mengidentifikasi isu kebahasaan di masyarakat dan memastikan bahwa kebijakan yang disusun dapat berjalan dengan efektif serta mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah,” jelasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi X DPR RI, Adriana Dondokambey, dalam paparannya mendorong pemanfaatan literasi untuk memperbesar kegemaran membaca sehingga pengetahuan generasi muda bertambah. “Kegemaran membaca harus ditumbuhkan sejak anak masih kecil karena membaca adalah jendela dunia kita,” papar Adriana.
Adriana menjelaskan, kemampuan literasi tidak sebatas bisa membaca, tetapi seseorang juga harus dapat memaknai bahan bacaan sehingga menjadi masukan positif baginya dan menginspirasi untuk kehidupannya sehari-hari.
Literasi Kebahasaan dan Kesastraan
Literasi kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu dari tiga fokus utama Badan Bahasa. Tiga fokus utama tersebut yaitu, 1) literasi kebahasaan dan kesastraan, 2) pelindungan Bahasa dan Sastra, dan 3) internasionalisasi bahasa Indonesia. Adapun rincian output prioritas Badan Bahasa adalah terbinanya penutur bahasa dan generasi muda atas program literasi, terfasilitasinya lembaga oleh program BIPA, adanya penutur bahasa yang teruji, tercipta partisipan pelindungan bahasa maupun pelindungan sastra.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara, Januar Pribadi mengatakan, Indonesia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi aspek pengetahuan, teknologi, dan budaya, harus terus mengembangkan budaya literasi. Pengembangan budaya literasi dilakukan melalui pendidikan yang terintegrasi mulai dari pendidikan nonformal dalam ranah keluarga, pendidikan formal di sekolah, maupun secara sosial di masyarakat. “Oleh karena itu, Badan Bahasa menjadikan Penguatan Literasi Kebahasaan dan Kesastraan sebagai salah satu program prioritas di Badan Bahasa,” ujarnya.
Selanjutnya, program prioritas tersebut diturunkan menjadi beberapa program kegiatan unggulan, salah satunya adalah program Pembinaan Literasi Generasi Muda. Tujuan program Pembinaan Literasi Generasi Muda ini adalah untuk menanamkan budaya literasi di kalangan generasi muda di Indonesia melalui aktivitas yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan.
Tiga Kegiatan Utama dalam program Pembinaan Literasi Generasi Muda tahun 2023, yaitu 1) Pemilihan Duta Bahasa Penggerak Literasi, 2) Pemberdayaan Duta Bahasa melalui Krida Duta Bahasa, serta 3) Pembinaan Literasi Generasi secara Hibrida (luring dan daring).
Adriana Dondokambey mengatakan, minat baca yang tinggi memengaruhi wawasan, mental, dan perilaku seseorang. Sayangnya, minat baca generasi muda di Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara, masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang menyebabkan literasi bangsa kita rendah adalah minimnya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berliterasi tinggi. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tinggi, berkarakter, bermoral, bermental kuat, jujur, disiplin, peduli, serta bertanggung jawab. “Ini merupakan satu permasalahan yang harus mendapat perhatian kita bersama,” tutur Adriana.
Merujuk amanat UUD 1945 dalam pasal 31 ayat 3, tertulis bahwa sumber daya manusia di dunia pendidikan harus melakukan peningkatan literasi. “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang,” ucap Adriana.
Survei PISA (2018) berhasil memotret kemampuan membaca pelajar Indonesia yang belum menunjukkan hasil menggembirakan. Dari 78 negara, Indonesia berada pada urutan ke-73, atau urutan ke-6 dari bawah. Hal ini menandakan rendahnya minat baca di kalangan generasi muda. Hasil survei ini sejalan dengan skor Indonesia pada Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPM), yaitu 64,48 dari skala 1:100.
Adapun keterampilan literasi terdiri atas empat tingkatan, yaitu 1) Kemampuan mengumpulkan sumber bacaan; 2) Kemampuan membaca bahan bacaan; 3) Kemampuan memahami bahan bacaan; serta 4) Kemampuan menerjemahkan bahan bacaan bagi diri sendiri atau orang lain.
Adriana menjelaskan, ada hubungan yang kuat antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia melalui literasi.Penguasaan keterampilan literasi memampukan anak bangsa untuk memanfaatkan bahan bacaan sebagai sumber inspirasi sehingga dapat menciptakan inovasi-inovasi yang tidak kalah dalam kompetisi global. Oleh karena itu, dalam pembangunan, kemampuan literasi masyarakat adalah keharusan.
Menurut Adriana, literasi tidak muncul begitu saja, tetapi memerlukan proses yang panjang dan sarana kondusif. Proses ini dimulai dari lingkungan keluarga, ditumbuhkembangkan di lingkungan sekolah, lingkungan pergaulan, dan lingkungan pekerjaan. “Saya akan mendorong Kemendikbudristek agar dapat menciptakan program-program melalui Badan Bahasa bagaimana cara mendapatkan generasi penerus yang mampu menciptakan inovasi melalui ide-ide mereka untuk memajukan bangsa dan negara kita, Indonesia,” pungkasnya. (Tim Badan Bahasa, Editor: Denty)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 171/sipers/A6/IV/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1061 kali
Editor :
Dilihat 1061 kali