Jamin Keberlanjutan Pendidikan, Kemendikbudristek Dorong Percepatan PIP dan KIP-K di Tasikmalaya  12 Mei 2023  ← Back

Tasikmalaya, 11 Mei 2023 – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mendorong optimalisasi penyerapan manfaat Program Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) sebagai program prioritas pemerintah. Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik), Abdul Kahar, mengatakan bahwa program tersebut adalah misi pemerintah dalam menjamin keberlanjutan pendidikan.

Berdasarkan data Kemendikbudristek, dari total penerima PIP nasional untuk tahun 2023 sebesar 6.781.586, tercatat sebanyak 43.220 PIP yang berhasil disalurkan di Kota Tasikmalaya. Sedangkan untuk Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 76.043 siswa yang tercatat sebagai penerima PIP.  

Abdul Kahar menuturkan bahwa hal yang tidak kalah penting dari tujuan PIP adalah sebagai salah satu solusi memberantas angka putus sekolah. Menurutnya, keberlanjutan penerimaan dana PIP bagi peserta didik dari jenjang pendidikan yang satu ke jenjang pendidikan berikutnya wajib dijaga bersama.

“Kami prioritaskan peserta didik yang menerima KIP saat ini adalah mereka yang telah memiliki KIP pada jenjang sebelumnya dan memiliki rekening aktif,” tuturnya dalam acara Sosialisasi dan Percepatan Program Indonesia Pintar (PIP) untuk jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah tahun 2023 pada Selasa (9/5/2023) di Graha Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Jawa Barat.  

Kepala Puslapdik juga menegaskan agar semua pihak terkait bergotong royong mengawal agar implementasi PIP di lapangan berjalan dengan baik. Terutama dalam hal pengajuan PIP yang dapat ditempuh melalui jalur Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), usulan sekolah, dan jalur aspirasi. Ketiga jalur tersebut menurutnya menjadi tanggung jawab semua pihak untuk mengawal keberhasilannya.

“Kita kawal usulan kita jangan sampai terhambat. Sebab sumber dana ini berasal dari anggaran negara yang harus dimaksimalkan penyerapan manfaatnya. Saya mengimbau agar semua pihak memprioritaskan PIP bagi peserta didik yang benar-benar membutuhkan,” tegasnya.

Pada kesempatan ini, Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, di hadapan perwakilan 16 SD, 16 SMP, 5 SMA, 5 SMK, 1 SLB, 1 PKBM se-Kabupaten/Kota Tasikmalaya, serta para pemangku kebijakan terkait, menyampaikan komitmennya untuk membantu percepatan PIP dan KIP-K.

“Kami akan bantu melalui jalur aspirasi dengan tidak ada potongan sepeserpun. Syaratnya, calon penerima harus datang sendiri melakukan pengurusan dan tidak diwakilkan kepada siapapun. Pengajuan PIP sekolah negeri harus ditandatangani kepala sekolah dan komite. Sedangkan untuk sekolah swasta harus ditandatangani kepala sekolah, komite, dan ketua yayasan. Pengambilan SK harus diambil oleh kepala sekolah (tidak diwakilkan),” papar Ferdiansyah.

Rektor Univeritas Muhammadiyah Tasikmalaya (Umtas), Neni Nuraeni menyambut baik program PIP dan KIP-K. Menurutnya, program ini sangat membantu mahasiswa khususnya yang berlatar belakang ekonomi lemah, dapat berkuliah sesuai dengan minatnya. Besaran dana PIP dan KIP-K untuk tahun 2023 yakni untuk SD/MI/Paket A mendapatkan Rp 450 ribu per tahun, SMP/MTs/Paket B mendapatkan Rp 750 ribu per tahun, dan SMA/SMK/MA/Paket C mendapatkan Rp 1 juta per tahun. Sementara untuk mahasiswa penerima KIP-K berhak mendapat dana bantuan pendidikan bisa mencapai hingga Rp 12 juta persemester.

“Saya mendukung program ini dan siap berkolaborasi dalam memajukan dunia pendidikan,” ucapnya dalam sambutan.

Salah satu siswa penerima PIP adalah Muhammad Farhan Sidik, siswa kelas 3 SMK Swasta NU Kota Tasikmalaya. Sulung dari dua bersaudara ini sangat bersyukur mendapat bantuan biaya pendidikan. Sebab, ayahnya yang berprofesi sebagai teknisi jam tangan dan ibunya yang hanya ibu rumah tangga, kesulitan mencukupi kebutuhan biaya pendidikan Farhan.

Selain itu, Gian Saparudin, siswa kelas 2 SMAN 1 Ciawi yang merupakan bungsu dari dua bersaudara mengaku senang karena mendapat kesempatan sebagai salah satu penerima PIP. “Uangnya akan saya gunakan untuk membiayai kebutuhan praktik maupun projek-projek di sekolah,” ungkap Gian yang kerap meraih peringkat 1 di kelas dan bercita-cita menjadi Presiden ini.

“Saya ingin membanggakan kedua orang tua saya karena ayah saya hanya berprofesi sebagai buruh serabutan,” ucapnya. Gian turut menyemangati generasi muda untuk terus bersemangat meraih mimpi karena selalu ada jalan menuju kesuksesan jika bersungguh-sungguh meskipun harus menempuh berbagai tantangan.

Berikutnya adalah Desi Novita Rachmi guru di SDN Indihiang, Kota Tasikmalaya mengatakan dukungannya terhadap PIP karena banyak membantu siswa dengan keterbatasan ekonomi. “Dana KIP ini biasanya digunakan untuk membeli seragam, sepatu, dan keperluan sekolah lainnya,” sebut Desi yang berharap PIP dari tahun ke tahun semakin ditingkatkan kualitas maupun kuota penerimanya. Di sekolahnya yang dapat sekitar 60 s.d. di atas angka 120 anak. Proses pencairan PIP sejauh ini menurut Desi berjalan lancar tanpa banyak kendala berarti.

Sebagaimana dikuatkan oleh Regina Riswanda Zean, siswa kelas 6 penerima PIP yang mengaku senang menerima dana PIP. “Saya harap SMP bisa dapat lagi PIP ini,” ujar sulung dari lima bersaudara yang ayahnya baru saja meninggal dunia. Regina yang menyukai pelajaran IPA ini nantinya ingin menjadi guru. Ia berharap PIP bisa menjadi penyambung harapannya untuk terus bersekolah.

Sementara itu, perwakilan mahasiswa penerima KIP-K, yaitu Jundi Jundulloh dari prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan, Umtas mengatakan ia ingin sekali mengubah nasib keluarganya. Sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, kakak-kakaknya tidak ada yang melanjutkan kuliah. “Selama kita punya impian jangan ragu untuk mengejarnya karena banyak jalan yang bisa kita coba untuk memperbaiki nasib dan hidup kita. Tetap semangat!” ujar mahasiswa semester dua yang ingin jadi guru ini memberi motivasi.
 
Mahasiswa lain yang hadir adalah Muhammad Nur Muslim dari Universitas Siliwangi (Unsil). Ia menyampaikan bahwa kampusnya memberikan kriteria khusus bagi anak yatim/piatu dan anak korban perceraian orang tua. “Saya bisa dapat KIP-K karena terdata di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) karena termasuk dalam program keluarga harapan (PKH), penghasilan orang tua saya di bawah upah minimum regional (UMR) dan saat disurvey juga fasilitas di rumah kurang memadai,” jelas Nur yang tinggal di daerah Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya. Ayah Nur sudah berusia 65 tahun sehingga sudah tidak bekerja, sedangkan ibunya membuka usaha warung di rumah.

Selain itu, ada Abdan Syakuro dari Universitas Perjuangan dan Cinta Setianingsih dari Sekolah Tinggi Teknologi Cipasung. Cinta sebagai mahasiswa semester dua Fakultas Teknik Industri merasa bersyukur menjadi salah satu penerima KIP-K karena ia ingin membantu meringankan beban orang tua yang penghasilan mereka sebagai petani tiap bulannya kurang dari Rp 500 ribu.

Senada dengan itu, Abdan juga mengaku ingin meringankan beban orang tua terkait biaya pendidikan. “KIP-K ini sangat membantu terutama siswa yang terkendala biaya pendidikan. Ini menjadi harapan bagi anak-anak muda untuk bisa terus melanjutkan pendidikan. Semoga kuota KIP-K ke depannya semakin ditingkatkan agar makin banyak anak-anak yang terbantu dan bisa meraih masa depan yang lebih baik,” pungkas anak bungsu dari empat bersaudara ini mengutarakan pendapatnya. (Denty, Editor: Seno)







Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri    
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI        
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id

#MerdekaBelajar
#ProgramIndonesiaPintar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 201/sipers/A6/V/2023

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2422 kali