Membingkai Cerita Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka di SMAN 1 Dramaga  20 Mei 2023  ← Back



Bogor, Kemendikbudristek
–Sebagai bentuk apresiasi terhadap unit satuan pendidikan yang sudah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, Direktorat Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus (Dit. PMPK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melakukan kunjungan ke SMAN 1 Dramaga, Kabupaten Bogor (15/05). Kunjungan ini juga merupakan salah satu rangkaian aktivitas dari Festival Kurikulum Merdeka yang dirancang untuk mensukseskan implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di sekolah.
 
Terkait dengan IKM, Kepala Sekolah SMAN 1 Dramaga, Bambang Supriyadi saat menyambut tim kunjungan mengatakan bahwa salah satu aspek yang terus diupayakan adalah meningkatkan digitalisasi sekolah. Digitalisasi sekolah tersebut tampak dari upaya untuk mengoptimalisasikan sistem pembayaran nontunai (cashless) di kantin-kantin sekolah.

“Kami juga punya layanan dokter dengan aplikasi yang dikembangkan sendiri. Jika anak sakit, akan ada notifikasi yang bisa dicek oleh orang tua murid,” terangnya.

Lebih lanjut, Bambang menjelaskan terkait penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum Merdeka. Pihak sekolah telah merangkum semua informasi dalam sebuah buku yang berjudul “Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila”. Buku tersebut berisi testimoni dari murid-murid tentang penerapan P5 di lingkungan SMAN 1 Dramaga. 

“Adapun nilai yang kami terapkan adalah tentang kebhinekaan, religius, ketuhanan. Ini testimoni dari anak-anak dan kami mewadahinya dalam buku ini. Tentang bagaimana iklim toleransi supaya tidak terjadi perundungan (bullying) di sekolah kami,” tutur Bambang.
 
Menurut Bambang, penting bagi sekolah untuk mengajarkan anak-anak dalam menjaga suasana toleransi dan persatuan Indonesia. Dirinya berharap melalui penerapan P5 ini anak-anak Indonesia ke depannya dapat saling menjaga toleransi dan kebhinekaan sebagai bekal bagi calon pemimpin masa depan negeri ini. 
 
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I Kabupaten Bogor, Abur Mustikawanto, yang turut hadir pada saat yang sama, mengapresiasi terkait praktik baik Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di SMAN 1 Dramaga. Menurutnya, buku yang berisi testimoni anak didik tersebut sangat menarik karena mengupas dimensi Profil Pelajar Pancasila. “Ini salah satu contoh konkrit untuk meningkatkan gerakan literasi di Kabupaten Bogor,” ujarnya. 
 
Salah satu Guru Penggerak di SMAN 1 Dramaga, Nova Virdamahaputra Ruchmayano, turut berbagi cerita tentang praktik Kurikulum merdeka yang ia lakukan di sekolah. Menurutnya, Kurikulum Merdeka sangat identik dengan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik, begitu juga dengan pembelajaran berdiferensiasi.
 
“Saya melakukan diferensiasi pada konten, proses dan produk. Sebelumnya, saya melakukan pemetaan kebutuhan siswa berdasarkan minat siswa, kesiapan siswa dalam menerima materi, dan profil belajar murid. Cara saya melakukan pemetaan dengan memberikan pertanyaan pada siswa adalah melalui angket. Hasilnya, kita bisa mengelompokkan siswa berdasarkan minat dan bakatnya,” terang Noval.
 
Merujuk pemetaan karakteristik peserta didik, Noval lalu membuat konten pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Ada yang berbentuk infografis, video, audio, dan kinestetik. Materi pembelajaran yang menarik diyakini Noval  dapat mempercepat proses pemahaman siswa dalam pembelajaran.  
 
“Bagi saya Merdeka Mengajar itu adalah ketika apa yang dipelajari anak sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mereka,” pungkasnya yang berprinsip bahwa suasana belajar harus menyenangkan siswa.
 
Cerita menarik lainnya tentang praktik baik IKM diungkapkan Tuti Alawiyah. Ia merupakan Guru Penggerak Angkatan 1 di SMAN Dramaga. Tuti mengaku banyak merasakan manfaat dan kemudahan sejak menerapkan Kurikulum Merdeka dalam proses pembelajaran. 
 
“Kurikulum Merdeka ini mempermudah proses pembelajaran siswa menurut saya. Sebagai guru kimia, dalam menyusun bahan ajar, saya mulai dari teori dulu, baru hitungan di semester 2. Teknik ini dapat meningkatkan motivasi anak-anak untuk belajar,” terang dia. 
 
Selain itu, Tuti juga mengintegrasikan mata pelajaran kimia dengan penerapan P5 yang bertema Gaya Hidup Berkelanjutan. “Kita mengangkat isu tentang sampah organik yang menyumbang banyak terjadinya pemanasan global. Dari sisi mata pelajaran kimianya, anak-anak belajar kami arahkan untuk belajar mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos,” tutup Tuti.*** (Penulis: Tim Dit. PMPK/Editor: Denty A.) 
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1878 kali