Kampanyekan Sekolah Sehat, Kemendikbudristek Gelar Seminar Gizi di Bali 07 Juni 2023 ← Back
Denpasar, 6 Juni 2023 --- Pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan menekan angka anak penderita kurang gizi dan lebih gizi melalui berbagai kegiatan, salah satunya Kampanye Sekolah Sehat (KSS) yang diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), pada Agustus 2022. Salah satu kegiatannya adalah penyelenggaraan Seminar Sekolah Sehat untuk guru dan orang tua peserta didik PAUD, SD, SMP, dan SLB di Provinsi Bali dengan tema Gizi Baikku Cermin Masa Depanku, pada Selasa (6/6).
Direktur Sekolah Dasar, Muhammad Hasbi, mengatakan melalui kegiatan seminar ini diharapkan semakin banyak satuan pendidikan yang mengimplementasikan Sekolah Sehat, sehingga dapat mengedukasi warga sekolah dan masyarakat tentang pentingnya Sehat Fisik, Sehat Bergizi, dan Sehat Imunisasi.
“Usia prasekolah adalah usia emas di mana perkembangan fisik dan psikologisnya sangat pesat. Oleh karena itu kebutuhan gizinya harus terpenuhi secara seimbang sehingga anak berada dalam status gizi baik,” tutur Muhammad Hasbi dalam Seminar Sekolah Sehat di Kantor Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Bali.
Hadir sebagai narasumber utama pada seminar ini, Ni Nengah Ariati, pengajar Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Denpasar. Ni Nengah menjelaskan, ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan gizi pada anak-anak, diantaranya ibu hamil dan ibu menyusui yang makannya terlalu sedikit kalori, protein, dan mikronutrien. “Faktor lainnya, ibu hamil dan menyusui ketika sakit infeksi tidak berobat. Misalnya sakit IMS, TBC, dan Hepatitis,” tutur Ni Nengah.
Tidak hanya itu, kata Ni Nengah, faktor selanjutnya adalah ibu tidak punya waktu cukup untuk istirahat, sehingga tidak cukup waktu untuk merawat bayinya. “Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum, dan bayi umur 0-6 tidak dapat ASI eksklusif,” ujarnya.
Setelah bayi umur 6 bulan, bayi tidak diberi makanan pendamping ASI, kemudian anak makan terlalu sedikit dan kurang kalori. Ditambah lagi dengan makanan kurang bersih tercemar bakteri atau parasit. ”Faktor-faktor inilah yang membentuk adanya permasalahan gizi pada anak,” ujar Ni Nengah Ariati.
Sementara itu, narasumber lainnya, Retno Wulandari selaku PIC Project Manajemen Office PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah (PMO PDM) 11 Gerakan Sekolah Sehat mengatakan, Kampanye Sekolah Sehat merupakan upaya pemerintah yang dilakukan secara bersama-sama dan terus menerus untuk mengajak, mendorong, dan meyakinkan seluruh pemangku kepentingan tentang pentingnya penerapan Sekolah Sehat guna mewujudkan anak Indonesia yang sehat, kuat, cerdas, dan berkarakter.
Retno juga mengatakan, KSS berfokus pada 3S yaitu Sehat Fisik, Sehat Bergizi, dan Sehat Imunisasi. Sehat bergizi, kata Retno, meningkatkan derajat kesehatan peserta didik melalui penerapan pola makan yang tepat dan konsumsi makanan bergizi.
“Sehat fisik meningkatkan kualitas kesehatan fisik seluruh ekosistem atau warga sekolah/satuan pendidikan. Sedangkan sehat imunisasi adalah meningkatkan capaian imunisasi peserta didik untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap,” ujar Retno.
Sementara itu, lanjut Retno, strategi implementasi Kampanye Sekolah Sehat yang dilakukan oleh pemerintah pusat adalah penguatan regulasi, optimalisasi peran tim pembina UKS dan Pengawas Sekolah, sosialisasi, publikasi dan advokasi, kerja sama atau kemitraan, integrasi data status imunisasi peserta didik dalam DAPODIK, pembinaan dan pendampingan ke satuan pendidikan.
Kemudian advokasi terhadap pemerintah daerah oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemendikbudristek, advokasi terhadap sekolah yang dilakukan oleh UPT dan Pemda seperti Dinas Pendidikan, dan Perangkat Daerah terkait.
Berbagai kegiatan KSS sudah dilakukan oleh pemerintah pusat dan mendapat dukungan Ibu Negara dan OASE KIM. Melalui tiga Fokus Sehat dalam KSS disinergikan ke dalam tema kegiatan OASE Bidang 1 yakni Pengasuhan dan Pendidikan Karakter dalam setiap kegiatan kunjungan kerja Ibu Negara dan OASE KIM.
Salah satu peserta seminar, Kepala Sekolah SLB, Agung Dwi Putra mengatakan seminar ini sangat penting untuk sekolah khususnya kebijakan KSS. “Seminar tersebut membahas tentang program sekolah sehat di satuan pendidikan terutama terkait gizi anak-anak, sehingga sekolah dapat merancang program perbaikan gizi peserta didik agar jadi anak yang sehat dan berkarakter,” ucapnya.
Salah satu orang tua murid TK Al-Banan, Muna, yang juga hadir pada seminar ini mengatakan melalui seminar ini, ia baru mengetahui jika anak yang aktif adalah anak yang sehat. “Ke depan saya tidak akan menyalahkan anak lagi kalau geraknya banyak, ternyata itu salah satu ciri anak kita itu baik-baik, anak kita sehat. Saya juga akan tetap menjaga pola makan hidup sehat anak saya agar tetap sehat,” tuturnya. (Tim SD/Denis, Editor: Tim BM/Seno)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#KampanyeSekolahSehat
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 262/sipres/A6/VI/2023
Direktur Sekolah Dasar, Muhammad Hasbi, mengatakan melalui kegiatan seminar ini diharapkan semakin banyak satuan pendidikan yang mengimplementasikan Sekolah Sehat, sehingga dapat mengedukasi warga sekolah dan masyarakat tentang pentingnya Sehat Fisik, Sehat Bergizi, dan Sehat Imunisasi.
“Usia prasekolah adalah usia emas di mana perkembangan fisik dan psikologisnya sangat pesat. Oleh karena itu kebutuhan gizinya harus terpenuhi secara seimbang sehingga anak berada dalam status gizi baik,” tutur Muhammad Hasbi dalam Seminar Sekolah Sehat di Kantor Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Bali.
Hadir sebagai narasumber utama pada seminar ini, Ni Nengah Ariati, pengajar Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Denpasar. Ni Nengah menjelaskan, ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan gizi pada anak-anak, diantaranya ibu hamil dan ibu menyusui yang makannya terlalu sedikit kalori, protein, dan mikronutrien. “Faktor lainnya, ibu hamil dan menyusui ketika sakit infeksi tidak berobat. Misalnya sakit IMS, TBC, dan Hepatitis,” tutur Ni Nengah.
Tidak hanya itu, kata Ni Nengah, faktor selanjutnya adalah ibu tidak punya waktu cukup untuk istirahat, sehingga tidak cukup waktu untuk merawat bayinya. “Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum, dan bayi umur 0-6 tidak dapat ASI eksklusif,” ujarnya.
Setelah bayi umur 6 bulan, bayi tidak diberi makanan pendamping ASI, kemudian anak makan terlalu sedikit dan kurang kalori. Ditambah lagi dengan makanan kurang bersih tercemar bakteri atau parasit. ”Faktor-faktor inilah yang membentuk adanya permasalahan gizi pada anak,” ujar Ni Nengah Ariati.
Sementara itu, narasumber lainnya, Retno Wulandari selaku PIC Project Manajemen Office PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah (PMO PDM) 11 Gerakan Sekolah Sehat mengatakan, Kampanye Sekolah Sehat merupakan upaya pemerintah yang dilakukan secara bersama-sama dan terus menerus untuk mengajak, mendorong, dan meyakinkan seluruh pemangku kepentingan tentang pentingnya penerapan Sekolah Sehat guna mewujudkan anak Indonesia yang sehat, kuat, cerdas, dan berkarakter.
Retno juga mengatakan, KSS berfokus pada 3S yaitu Sehat Fisik, Sehat Bergizi, dan Sehat Imunisasi. Sehat bergizi, kata Retno, meningkatkan derajat kesehatan peserta didik melalui penerapan pola makan yang tepat dan konsumsi makanan bergizi.
“Sehat fisik meningkatkan kualitas kesehatan fisik seluruh ekosistem atau warga sekolah/satuan pendidikan. Sedangkan sehat imunisasi adalah meningkatkan capaian imunisasi peserta didik untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap,” ujar Retno.
Sementara itu, lanjut Retno, strategi implementasi Kampanye Sekolah Sehat yang dilakukan oleh pemerintah pusat adalah penguatan regulasi, optimalisasi peran tim pembina UKS dan Pengawas Sekolah, sosialisasi, publikasi dan advokasi, kerja sama atau kemitraan, integrasi data status imunisasi peserta didik dalam DAPODIK, pembinaan dan pendampingan ke satuan pendidikan.
Kemudian advokasi terhadap pemerintah daerah oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemendikbudristek, advokasi terhadap sekolah yang dilakukan oleh UPT dan Pemda seperti Dinas Pendidikan, dan Perangkat Daerah terkait.
Berbagai kegiatan KSS sudah dilakukan oleh pemerintah pusat dan mendapat dukungan Ibu Negara dan OASE KIM. Melalui tiga Fokus Sehat dalam KSS disinergikan ke dalam tema kegiatan OASE Bidang 1 yakni Pengasuhan dan Pendidikan Karakter dalam setiap kegiatan kunjungan kerja Ibu Negara dan OASE KIM.
Salah satu peserta seminar, Kepala Sekolah SLB, Agung Dwi Putra mengatakan seminar ini sangat penting untuk sekolah khususnya kebijakan KSS. “Seminar tersebut membahas tentang program sekolah sehat di satuan pendidikan terutama terkait gizi anak-anak, sehingga sekolah dapat merancang program perbaikan gizi peserta didik agar jadi anak yang sehat dan berkarakter,” ucapnya.
Salah satu orang tua murid TK Al-Banan, Muna, yang juga hadir pada seminar ini mengatakan melalui seminar ini, ia baru mengetahui jika anak yang aktif adalah anak yang sehat. “Ke depan saya tidak akan menyalahkan anak lagi kalau geraknya banyak, ternyata itu salah satu ciri anak kita itu baik-baik, anak kita sehat. Saya juga akan tetap menjaga pola makan hidup sehat anak saya agar tetap sehat,” tuturnya. (Tim SD/Denis, Editor: Tim BM/Seno)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#KampanyeSekolahSehat
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 262/sipres/A6/VI/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 777 kali
Editor :
Dilihat 777 kali