Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan bagi Anak dengan Kurikulum Merdeka 15 Juni 2023 ← Back
Samarinda, 15 Juni 2023 – Kurikulum Merdeka sebagai bagian dari kebijakan Merdeka Belajar episode ke-15 mempunyai keunggulan yaitu fokus pada materi esensial sehingga pembelajaran lebih mendalam. Selain itu, konten pembelajaran yang disajikan kepada siswa melalui kurikulum ini lebih optimal, dengan tujuan agar peserta didik dapat memahami materi esensial untuk memperkuat kompetensi. Kurikulum ini juga bertujuan untuk mengasah minat dan bakat anak sejak dini dengan berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik. Terpenting, Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas bagi pendidik dan dukungan perangkat ajar serta materi pelatihan untuk mengembangkan kurikulum satuan pendidikan dan melaksanakan pembelajaran berkualitas.
Praktik penerapan Kurikulum Merdeka inilah yang dipotret oleh Tim Direktorat Jenderal Pendidikan Anak, Usia, Dini, Dasar, dan Menengah (Ditjen PAUD Dikdasmen), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) ketika melakukan kunjungan ke TK Islam Bunga Bangsa, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Ketua Yayasan Sekolah Islam Bunga Bangsa, Yasmin Damayanti, yang menyambut kedatangan Tim Ditjen PAUD Dikdasmen menceritakan praktik baik dan apresiasinya terhadap kebijakan Kurikulum Merdeka. "Kurikulum Merdeka menambah masukan bagi para guru dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Kurikulum ini membuka wawasan untuk kami selalu menularkan praktik baik kepada guru lainnya," tutur Yasmin.
Salah satu kemerdekaan yang ia rasakan dari Kurikulum Merdeka adalah kebebasan untuk membuat bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. "Kami menggagas buku panduan secara mandiri sebagai media belajar untuk anak-anak mulai dari kelompok bermain hingga TK B," urainya.
Pada praktiknya karena anak-anak ada yang belum bisa membaca, maka guru-guru di kelas membacakan buku panduan tersebut yang berisi materi pembelajaran. Misalnya untuk bahasa Inggris, guru menggunakan buku yang mirip seperti buku aktivitas (Activity Book) kepada anak, untuk mengenalkan mereka dengan konsep literasi.
"Kesempatan ini juga menstimulasi mereka untuk senang dengan buku karena di dalamnya banyak gambar berwarna warni yang menarik sehingga belajar tidak terasa membosankan namun target pembelajarannya tercapai," jelas Yasmin yang ingin peserta didiknya datang ke sekolah untuk bermain sambil belajar.
Pada kesempatan tersebut, Kepala KB/TK Islam Bunga Bangsa, Kartini, mengatakan bahwa Kurikulum Merdeka level Mandiri Berbagi yang diterapkan di sekolahnya sebetulnya adalah konsep pendidikan yang sudah dijalankan beberapa tahun belakangan di sekolah.
Untuk mengasah minat dan bakat anak sejak dini dengan berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik, ia menyebutkan beberapa program reguler yang dilaksanakan sekolah. Seperti peringatan hari besar Islam dan nasional, wisuda akbar, public speaking, menari, educational visit dengan mendatangkan praktisi/profesional di bidang tertentu, serta pengenalan budaya dengan mengajak peserta didik menggunakan batik dari daerah masing-masing, serta layanan perpustakaan.
"Kami mengajak anak-anak untuk menghafal Al-Qur’an, anak-anak juga dilatih agar cakap berbahasa Inggris melalui permainan dan nyanyian," sebut Kartini yang menjabat sebagai kepala sekolah sejak tahun 2016.
Dalam menguatkan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila, sekolah melatih kepercayaan diri anak melalui puisi deklamasi. "Ada story telling dan reading corner. Ada karya seni dan pembuatan eksperimen. Lalu, ada munaqosah (penilaian untuk mengukur kompetensi siswa dalam hafalan Al-Qur’an) dengan menggunakan metode belajar mengaji khusus bekerja sama dengan Ummi Foundation Surabaya. Sedangkan, untuk melatih fisik motorik anak-anak, setiap pekan ada aktivitas berenang didampingi instruktur renangnya masing-masing," lanjut Kartini.
Sekolah menyadari penerapan kurikulum sebaik apapun memerlukan dukungan terutama dari internal pemangku kepentingan, termasuk orang tua siswa. Bentuk pelibatan orang tua siswa dalam kegiatan sekolah salah satunya adalah dalam penyusunan buku antologi yang kini sudah memasuki jilid ke-4. "Anak-anak diminta untuk menggambar bebas, orang tua siswa menerjemahkan maksud (anaknya), kemudian guru menyusun dalam bentuk tulisan," tutur Kartini menjelaskan.
Kartini bercerita, dalam menerapkan pembelajaran terdiferensiasi, sekolah melakukan asesmen terlebih dulu di awal proses pembelajaran. Dengan begitu para guru memiliki pemetaan terhadap potensi dan karakteristik anak-anak. "Pembelajaran kami mengasah motorik kasar dan halus anak-anak, kami kemas dengan menyenangkan tanpa memaksakan anak," tekannya.
Salah satu guru di TK Islam Bunga Bangsa, Husnul Hasimah menambahkan, di akhir pembelajaran selalu ada refleksi yang dilakukan secara periodik. Hal ini untuk memastikan bahwa proses pembelajaran yang berjalan sesuai dengan alur capaian kurikulum.
Penerapan Kurikulum Merdeka menurut Husnul memacu peserta didik untuk memperbanyak karya. "Inilah salah satu hal yang turut memotivasi peserta didik dalam belajar," tuturnya.
Penerapan Kurikulum Merdeka yang Inklusif
TK Islam Bunga Bangsa memiliki kelas inklusi. Kelas ini mulai diadakan untuk menjawab kebutuhan anak-anak dengan autis ringan agar bisa mendapat layanan pembelajaran yang terbaik. Bahtiar Fachrudin selaku Direktur Pendidikan di Yayasan Bunga Bangsa, yang salah satu kewenangannya adalah supervisi terhadap Unit Inklusi, menyampaikan bahwa kelas inklusi yang sudah diadakan sejak tahun 2011 memiliki jumlah peminat yang terus meningkat setiap tahun.
"Unit inklusi sejak tahun 2011 diadakan untuk memfasilitasi anak-anak dengan autis ringan yang dinilai terlalu pintar di SLB sehingga agar motivasi belajarnya tidak menurun, perlu ditingkatkan di sekolah reguler. Unit inklusi di yayasan ini tersedia mulai dari SD-SMA. Khusus untuk TK, unit pembelajarannya terpisah dari siswa lain,” urai Bachtiar.
Terkait dengan unit inklusi dari jenjang TK sampai dengan SMA, metode pembelajarannya terbagi menjadi tiga, yaitu 1) pembelajaran yang digabung dengan kelas reguler, 2) dipadukan antara kelas reguler dengan kelas inklusi, 3) pembelajaran dilakukan di kelas terpisah di inklusi. “Hal ini disesuaikan dengan kondisi perkembangan anak,” jelasnya.
Anak-anak yang mendaftar SD Inklusi ini perlu mengikuti asesmen awal untuk melihat karakteristik anak sekaligus mengukur kesiapan anak maupun SDM di sekolah. Mereka diberikan materi sesuai dengan kemampuan akademik dan usianya. Ada kurikulum tersendiri yang disesuaikan dengan anak-anak. Sehingga setiap anak memiliki program pendidikan individu (PPI) tersendiri.
Guna menyelaraskan kompetensi pendidik dengan kebutuhan dunia pendidikan, secara berkala guru-guru terus ditingkatkan kompetensinya baik melalui pelatihan mandiri dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM), terlibat aktif dalam komunitas pembelajaran, serta berkoordinasi dengan dinas pendidikan. (Denty, Editor: Seno)
Sumber :
Praktik penerapan Kurikulum Merdeka inilah yang dipotret oleh Tim Direktorat Jenderal Pendidikan Anak, Usia, Dini, Dasar, dan Menengah (Ditjen PAUD Dikdasmen), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) ketika melakukan kunjungan ke TK Islam Bunga Bangsa, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Ketua Yayasan Sekolah Islam Bunga Bangsa, Yasmin Damayanti, yang menyambut kedatangan Tim Ditjen PAUD Dikdasmen menceritakan praktik baik dan apresiasinya terhadap kebijakan Kurikulum Merdeka. "Kurikulum Merdeka menambah masukan bagi para guru dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Kurikulum ini membuka wawasan untuk kami selalu menularkan praktik baik kepada guru lainnya," tutur Yasmin.
Salah satu kemerdekaan yang ia rasakan dari Kurikulum Merdeka adalah kebebasan untuk membuat bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. "Kami menggagas buku panduan secara mandiri sebagai media belajar untuk anak-anak mulai dari kelompok bermain hingga TK B," urainya.
Pada praktiknya karena anak-anak ada yang belum bisa membaca, maka guru-guru di kelas membacakan buku panduan tersebut yang berisi materi pembelajaran. Misalnya untuk bahasa Inggris, guru menggunakan buku yang mirip seperti buku aktivitas (Activity Book) kepada anak, untuk mengenalkan mereka dengan konsep literasi.
"Kesempatan ini juga menstimulasi mereka untuk senang dengan buku karena di dalamnya banyak gambar berwarna warni yang menarik sehingga belajar tidak terasa membosankan namun target pembelajarannya tercapai," jelas Yasmin yang ingin peserta didiknya datang ke sekolah untuk bermain sambil belajar.
Pada kesempatan tersebut, Kepala KB/TK Islam Bunga Bangsa, Kartini, mengatakan bahwa Kurikulum Merdeka level Mandiri Berbagi yang diterapkan di sekolahnya sebetulnya adalah konsep pendidikan yang sudah dijalankan beberapa tahun belakangan di sekolah.
Untuk mengasah minat dan bakat anak sejak dini dengan berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik, ia menyebutkan beberapa program reguler yang dilaksanakan sekolah. Seperti peringatan hari besar Islam dan nasional, wisuda akbar, public speaking, menari, educational visit dengan mendatangkan praktisi/profesional di bidang tertentu, serta pengenalan budaya dengan mengajak peserta didik menggunakan batik dari daerah masing-masing, serta layanan perpustakaan.
"Kami mengajak anak-anak untuk menghafal Al-Qur’an, anak-anak juga dilatih agar cakap berbahasa Inggris melalui permainan dan nyanyian," sebut Kartini yang menjabat sebagai kepala sekolah sejak tahun 2016.
Dalam menguatkan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila, sekolah melatih kepercayaan diri anak melalui puisi deklamasi. "Ada story telling dan reading corner. Ada karya seni dan pembuatan eksperimen. Lalu, ada munaqosah (penilaian untuk mengukur kompetensi siswa dalam hafalan Al-Qur’an) dengan menggunakan metode belajar mengaji khusus bekerja sama dengan Ummi Foundation Surabaya. Sedangkan, untuk melatih fisik motorik anak-anak, setiap pekan ada aktivitas berenang didampingi instruktur renangnya masing-masing," lanjut Kartini.
Sekolah menyadari penerapan kurikulum sebaik apapun memerlukan dukungan terutama dari internal pemangku kepentingan, termasuk orang tua siswa. Bentuk pelibatan orang tua siswa dalam kegiatan sekolah salah satunya adalah dalam penyusunan buku antologi yang kini sudah memasuki jilid ke-4. "Anak-anak diminta untuk menggambar bebas, orang tua siswa menerjemahkan maksud (anaknya), kemudian guru menyusun dalam bentuk tulisan," tutur Kartini menjelaskan.
Kartini bercerita, dalam menerapkan pembelajaran terdiferensiasi, sekolah melakukan asesmen terlebih dulu di awal proses pembelajaran. Dengan begitu para guru memiliki pemetaan terhadap potensi dan karakteristik anak-anak. "Pembelajaran kami mengasah motorik kasar dan halus anak-anak, kami kemas dengan menyenangkan tanpa memaksakan anak," tekannya.
Salah satu guru di TK Islam Bunga Bangsa, Husnul Hasimah menambahkan, di akhir pembelajaran selalu ada refleksi yang dilakukan secara periodik. Hal ini untuk memastikan bahwa proses pembelajaran yang berjalan sesuai dengan alur capaian kurikulum.
Penerapan Kurikulum Merdeka menurut Husnul memacu peserta didik untuk memperbanyak karya. "Inilah salah satu hal yang turut memotivasi peserta didik dalam belajar," tuturnya.
Penerapan Kurikulum Merdeka yang Inklusif
TK Islam Bunga Bangsa memiliki kelas inklusi. Kelas ini mulai diadakan untuk menjawab kebutuhan anak-anak dengan autis ringan agar bisa mendapat layanan pembelajaran yang terbaik. Bahtiar Fachrudin selaku Direktur Pendidikan di Yayasan Bunga Bangsa, yang salah satu kewenangannya adalah supervisi terhadap Unit Inklusi, menyampaikan bahwa kelas inklusi yang sudah diadakan sejak tahun 2011 memiliki jumlah peminat yang terus meningkat setiap tahun.
"Unit inklusi sejak tahun 2011 diadakan untuk memfasilitasi anak-anak dengan autis ringan yang dinilai terlalu pintar di SLB sehingga agar motivasi belajarnya tidak menurun, perlu ditingkatkan di sekolah reguler. Unit inklusi di yayasan ini tersedia mulai dari SD-SMA. Khusus untuk TK, unit pembelajarannya terpisah dari siswa lain,” urai Bachtiar.
Terkait dengan unit inklusi dari jenjang TK sampai dengan SMA, metode pembelajarannya terbagi menjadi tiga, yaitu 1) pembelajaran yang digabung dengan kelas reguler, 2) dipadukan antara kelas reguler dengan kelas inklusi, 3) pembelajaran dilakukan di kelas terpisah di inklusi. “Hal ini disesuaikan dengan kondisi perkembangan anak,” jelasnya.
Anak-anak yang mendaftar SD Inklusi ini perlu mengikuti asesmen awal untuk melihat karakteristik anak sekaligus mengukur kesiapan anak maupun SDM di sekolah. Mereka diberikan materi sesuai dengan kemampuan akademik dan usianya. Ada kurikulum tersendiri yang disesuaikan dengan anak-anak. Sehingga setiap anak memiliki program pendidikan individu (PPI) tersendiri.
Guna menyelaraskan kompetensi pendidik dengan kebutuhan dunia pendidikan, secara berkala guru-guru terus ditingkatkan kompetensinya baik melalui pelatihan mandiri dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM), terlibat aktif dalam komunitas pembelajaran, serta berkoordinasi dengan dinas pendidikan. (Denty, Editor: Seno)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 10884 kali
Editor :
Dilihat 10884 kali