Peringati HAI Tingkat Nasional 2023, Kemendikbudristek Dorong Penuntasan Buta Aksara 27 September 2023 ← Back
Jakarta, 26 September 2023 --- Sejak tahun 1967, peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) rutin diselenggarakan di seluruh dunia setiap tanggal 8 September. Peringatan ini diselenggarakan untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya literasi sebagai salah satu isu hak asasi manusia pada lingkup pendidikan dan kesejahteraan. Untuk itu, Kemendikbudristek melalui Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (Direktorat PMPK) menyelenggarakan peringatan Hari Aksara Internasional Tingkat Nasional tahun 2023.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril, mengatakan peringatan HAI tingkat nasional ini merupakan bentuk konsistensi Pemerintah Indonesia dalam penuntasan buta aksara dan peningkatan literasi penduduk dewasa melalui berbagai kegiatan inovatif pendidikan keaksaraan dasar dan lanjutan bagi warga masyarakat buta aksara.
“Melalui kebijakan Merdeka Belajar, masyarakat Indonesia dapat terus meningkatkan kompetensi literasi, numerasi, dan karakter anak bangsa, serta membangun pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan,” ujar Iwan Syahril pada peringatan HAI tingkat nasional ke-58 tahun 2023, secara hybrid, kombinasi daring dan luring di Jakarta, pada Selasa (26/9).
Setiap tahunnya, Kemendikbudristek terus menggalakkan program penuntasan buta aksara ini secara terstruktur. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, angka buta aksara di Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun tinggal 1,50 persen atau sekitar 2.666.859 orang. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan data angka buta aksara tahun 2021 yaitu 1,56 persen atau sekitar 2.761.189 orang.
Menurut Iwan, penurunan angka buta aksara ini adalah salah satu indikator dari keberhasilan atau kemajuan pendidikan suatu negara atau bahkan telah menjadi komitmen dunia yang tertuang dalam program Education 2030 (Suistinable Development Goals’s). “Peringatan HAI ini merupakan momen yang tepat bagi kita untuk memperkuat kembali komitmen terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan pemulihan pembelajaran,” tutur Iwan.
Senada dengan itu, pelaksana tugas (Plt.) Direktur PMPK, Aswin Wihdiyanto, mengatakan, peringatan HAI tahun ini merupakan sebuah momentum bagi Indonesia untuk bergabung dengan negara lain dalam mempercepat kemajuan mencapai Suistainable Development Goal 4.6 (SDG 4.6) mengenai pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat dan merefleksikan peran literasi dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif, damai, adil, dan berkelanjutan.
“Peringatan Hari Aksara Internasional ini, juga berperan sebagai dasar menuju masyarakat Indonesia yang berliterasi sebagai representasi dari pendidikan berkelanjutan,” tutur Aswin.
Tema peringatan HAI tingkat nasional ke-58 ini adalah ‘Merdeka Belajar untuk Memajukan Literasi di Tengah Transisi Peradaban Dunia: Membangun Fondasi untuk Masyarakat Damai dan Berkelanjutan’. Tema ini terinspirasi dari tema HAI UNESCO, yaitu ‘Promoting Literacy for a World in Transition: Building The Foundation for Sustainable and Peaceful Societies’.
Direktur UNESCO untuk Indonesia, Ms. Maki Hayashikawa mengapresiasi Pemerintah Indonesia yang turut memperingati HAI ke-58. Menurutnya, peringatan HAI ini menyerukan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk bergabung mempromosikan transisi dunia dan membangun landasan bagi masyarakat yang berkelanjutan dan damai.
“Peringatan HAI tahun ini mengingatkan kita akan peran penting manusia, aspirasi kebutuhan dan kemampuan mereka, serta berkontribusi bagi lingkungan di mana mereka tinggal untuk mewujudkan aktivitas yang bermakna,” ucap Ms. Maki Hayashikawa.
Pada peringatan HAI ini, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat pesan bahwa literasi dan numerasi harus menjadi bagian integral dari seluruh upaya memajukan agenda SDG 4.6. “Mari kita bekerja sama mendorong literasi berdaya yang transformatif di semua tingkatan lintas sektor, untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan inklusif,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, hadir lulusan peserta didik keaksaran dari Komunitas Baduy Membaca, Marno Sunarya yang kini melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Indonesia. Menurut Marno, peringatan HAI ini merupakan suatu momentum untuk bangsa Indonesia agar terus bergerak memberantas buta aksara di Indonesia, mengingat masih banyak penduduk Indonesia yang masih belum bisa membaca.
“Kepada para pegiat literasi di Indonesia, ayo kita orbitkan anak-anak Indonesia di daerah, khususnya di daerah 3T untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Selain terberantas buta hurufnya, mereka juga bisa mendapatkan pendidikan yang layak sehingga bisa menjadi lebih sejahtera lagi,” ujar pemuda yang kini kuliah pada Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Hadir juga peserta didik keaksaraan lainnya dari Komunitas Baduy Membaca, Sariyah yang membacakan surat untuk Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim.
Dalam surat tersebut, Sariyah menuturkan kebahagiaannya setelah belajar membaca, menulis, dan berhitung pada program keaksaraan. “Setelah saya belajar pendidikan keaksaraan, saya bisa membaca, menulis, dan berhitung, dan banyak manfaat yang saya rasakan. Saya bisa jualan lewat internet, jualan hasil kerajinan Baduy, dan bisa lebih percaya diri karena tambah wawasan,” ujar Sariyah.
“Terimakasih Pak Menteri, saya sudah diundang di acara Hari Aksara Internasional tingkat Nasional. Salam Literasi,” tutup Sariyah. (Denis, Editor: Denty)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
Dapatkan informasi lengkap tentang Merdeka Belajar melalui: http://merdekabelajar.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 494/sipers/A6/IX/2023
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril, mengatakan peringatan HAI tingkat nasional ini merupakan bentuk konsistensi Pemerintah Indonesia dalam penuntasan buta aksara dan peningkatan literasi penduduk dewasa melalui berbagai kegiatan inovatif pendidikan keaksaraan dasar dan lanjutan bagi warga masyarakat buta aksara.
“Melalui kebijakan Merdeka Belajar, masyarakat Indonesia dapat terus meningkatkan kompetensi literasi, numerasi, dan karakter anak bangsa, serta membangun pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan,” ujar Iwan Syahril pada peringatan HAI tingkat nasional ke-58 tahun 2023, secara hybrid, kombinasi daring dan luring di Jakarta, pada Selasa (26/9).
Setiap tahunnya, Kemendikbudristek terus menggalakkan program penuntasan buta aksara ini secara terstruktur. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, angka buta aksara di Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun tinggal 1,50 persen atau sekitar 2.666.859 orang. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan data angka buta aksara tahun 2021 yaitu 1,56 persen atau sekitar 2.761.189 orang.
Menurut Iwan, penurunan angka buta aksara ini adalah salah satu indikator dari keberhasilan atau kemajuan pendidikan suatu negara atau bahkan telah menjadi komitmen dunia yang tertuang dalam program Education 2030 (Suistinable Development Goals’s). “Peringatan HAI ini merupakan momen yang tepat bagi kita untuk memperkuat kembali komitmen terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan pemulihan pembelajaran,” tutur Iwan.
Senada dengan itu, pelaksana tugas (Plt.) Direktur PMPK, Aswin Wihdiyanto, mengatakan, peringatan HAI tahun ini merupakan sebuah momentum bagi Indonesia untuk bergabung dengan negara lain dalam mempercepat kemajuan mencapai Suistainable Development Goal 4.6 (SDG 4.6) mengenai pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat dan merefleksikan peran literasi dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif, damai, adil, dan berkelanjutan.
“Peringatan Hari Aksara Internasional ini, juga berperan sebagai dasar menuju masyarakat Indonesia yang berliterasi sebagai representasi dari pendidikan berkelanjutan,” tutur Aswin.
Tema peringatan HAI tingkat nasional ke-58 ini adalah ‘Merdeka Belajar untuk Memajukan Literasi di Tengah Transisi Peradaban Dunia: Membangun Fondasi untuk Masyarakat Damai dan Berkelanjutan’. Tema ini terinspirasi dari tema HAI UNESCO, yaitu ‘Promoting Literacy for a World in Transition: Building The Foundation for Sustainable and Peaceful Societies’.
Direktur UNESCO untuk Indonesia, Ms. Maki Hayashikawa mengapresiasi Pemerintah Indonesia yang turut memperingati HAI ke-58. Menurutnya, peringatan HAI ini menyerukan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk bergabung mempromosikan transisi dunia dan membangun landasan bagi masyarakat yang berkelanjutan dan damai.
“Peringatan HAI tahun ini mengingatkan kita akan peran penting manusia, aspirasi kebutuhan dan kemampuan mereka, serta berkontribusi bagi lingkungan di mana mereka tinggal untuk mewujudkan aktivitas yang bermakna,” ucap Ms. Maki Hayashikawa.
Pada peringatan HAI ini, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat pesan bahwa literasi dan numerasi harus menjadi bagian integral dari seluruh upaya memajukan agenda SDG 4.6. “Mari kita bekerja sama mendorong literasi berdaya yang transformatif di semua tingkatan lintas sektor, untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan inklusif,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, hadir lulusan peserta didik keaksaran dari Komunitas Baduy Membaca, Marno Sunarya yang kini melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Indonesia. Menurut Marno, peringatan HAI ini merupakan suatu momentum untuk bangsa Indonesia agar terus bergerak memberantas buta aksara di Indonesia, mengingat masih banyak penduduk Indonesia yang masih belum bisa membaca.
“Kepada para pegiat literasi di Indonesia, ayo kita orbitkan anak-anak Indonesia di daerah, khususnya di daerah 3T untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Selain terberantas buta hurufnya, mereka juga bisa mendapatkan pendidikan yang layak sehingga bisa menjadi lebih sejahtera lagi,” ujar pemuda yang kini kuliah pada Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Hadir juga peserta didik keaksaraan lainnya dari Komunitas Baduy Membaca, Sariyah yang membacakan surat untuk Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim.
Dalam surat tersebut, Sariyah menuturkan kebahagiaannya setelah belajar membaca, menulis, dan berhitung pada program keaksaraan. “Setelah saya belajar pendidikan keaksaraan, saya bisa membaca, menulis, dan berhitung, dan banyak manfaat yang saya rasakan. Saya bisa jualan lewat internet, jualan hasil kerajinan Baduy, dan bisa lebih percaya diri karena tambah wawasan,” ujar Sariyah.
“Terimakasih Pak Menteri, saya sudah diundang di acara Hari Aksara Internasional tingkat Nasional. Salam Literasi,” tutup Sariyah. (Denis, Editor: Denty)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
Dapatkan informasi lengkap tentang Merdeka Belajar melalui: http://merdekabelajar.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 494/sipers/A6/IX/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 916 kali
Editor :
Dilihat 916 kali