Atdikbud KBRI Canberra dan UPI Bekerja Sama Kirim Guru Bantu ke Kota Adelaide  16 Oktober 2023  ← Back


Adelaide, Kemendikbudristek —
Kekurangan guru bahasa Indonesia di Australia menjadi perhatian serius Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra. Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra terus berupaya mencarikan solusi agar kelas-kelas bahasa Indonesia di Australia tetap bertahan dan bahkan berkembang. Salah satu solusi jangka pendek yang dilakukan adalah dengan pengiriman guru bantu ke sekolah maupun universitas yang membutuhkan.

Untuk memenuhi kebutuhan guru bahasa Indonesia di kota Adelaide, Australia, kantor Atdikbud KBRI Canberra bekerja sama dengan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia (FPBS-UPI) mengirimkan dosen muda sebagai guru bantu. Dosen UPI tersebut akan berkantor di Flinders University selama satu semester untuk mengajar bahasa Indonesia kepada mahasiswa Flinders dan kampus-kampus lain di kota Adelaide. Selain itu, guru bantu dari UPI juga akan memberikan lokakarya pengayaan dan peningkatan kapasitas untuk guru-guru bahasa Indonesia di kota Adelaide.

Hal tersebut diungkapkan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra, Mukhamad Najib, dalam kunjungan kerjanya ke kota Adelaide pada Rabu (11/10). Dalam kunjungan kerja ke Adelaide, Atdikbud Najib melakukan pertemuan dengan wakil presiden Flinders University, Peter Monteath. Dalam pertemuan tersebut Atdikbud menyerahkan secara resmi guru bantu dari UPI, Eka Rahmat Fauzy, untuk bisa bertugas di kota Adelaide dengan Flinders sebagai host university selama Eka di Adelaide. Atdikbud berharap guru bantu dari UPI dapat menjadi jembatan untuk kerja sama yang lebih luas antara UPI dan Flinders University.

“Tahun ini kami bekerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia sudah mengirim 10 orang guru bantu ke kota-kota di Australia. Saat ini kami bekerja sama dengan UPI mengirim ke kota Adelaide. Karena memang banyak sekolah yang memiliki cukup banyak peminat bahasa Indonesia, namun gurunya kurang tersedia. Guru bantu dari Indonesia dapat meningkatkan minat siswa belajar bahasa Indonesia, karena mereka bisa langsung berbicara dengan penutur asli bahasa Indonesia,” jelas Najib.

Eka Rahmat Fauzy merupakan dosen program studi bahasa Indonesia di UPI yang selama ini aktif dalam kegiatan pengembangan dan pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Eka sendiri merasa senang bisa dikirim ke kota Adelaide dan memperoleh kesempatan untuk mengajar BIPA. Bagi UPI, kegiatan ini merupakan program nyata dalam meningkatkan mobilitas internasional dosen sekaligus implementasi program kampus mengajar internasional.

“Saya merasa bersyukur mendapat kesempatan menjadi guru bantu di Adelaide. Saya akan berusaha mempromosikan bahasa Indonesia dan meningkatkan minat siswa untuk belajar bahasa Indonesia. Saya juga sudah memiliki rencana untuk bertemu dengan guru-guru bahasa Indonesia di Adelaide guna membicarakan program-program yang bermanfaat bagi guru dan kemajuan pembelajaran bahasa Indonesia di Adelaide,” jelas Eka.

Dalam pertemuan Atdikbud dan Wakil Presiden Flinders University juga dibicarakan potensi kerja sama yang lebih luas. Kerja sama UPI dan Flinders University tidak akan berhenti pada pengiriman guru bantu. Ke depannya, UPI dan Flinders juga akan melakukan kolaborasi dalam penelitian dan mobilitas mahasiswa maupun dosen. Menurut Peter Monteath, saat ini draf kesepakatan kerja sama antara UPI dan Flinders sedang disusun.

Peter juga mengatakan jika saat ini Flinders University sedang mengembangkan bidang studi seni kreatif, termasuk produksi film dan budaya kreatif kontemporer lainnya. Peter berharap nantinya Flinders University bisa bekerja sama dengan universitas di Indonesia yang memiliki kompetensi terkait seni kreatif.

“Saya memahami jika Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa yang patut dipelajari. Flinders University ingin bekerja sama dengan universitas di Indonesia dalam mengisi industri kreatif dengan sumber daya manusia yang kompeten. Jadi bukan hanya tentang budaya tradisional, tapi juga budaya kreatif kontemporer seperti animasi, desain visual, perfilman, dan bidang-bidang ekonomi kreatif lainnya yang lebih sesuai dengan generasi muda,” tutup Peter. Peter pun berjanji akan mengunjungi beberapa universitas potensial di Indonesia pada waktu yang akan datang. (Atdikbud Canberra/Editor: Stephanie W.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 431 kali