Hari Keempat KKI 2023, Bahas Pengembangan Pariwisata Berbasis Keragaman Budaya 27 Oktober 2023 ← Back
Jakarta, 27 Oktober 2023 – Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) 2023 menghadirkan sejumlah pidato kebudayaan yang memantik pemikiran-pemikiran untuk merumuskan persoalan Indonesia saat ini. Dalam acara pidato kebudayaan hari keempat KKI 2023 yang bertajuk "Strategi Pariwisata Berbasis Tata Kelola Kebudayaan,” Pendiri Pusat Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung (ITB), Myra P. Gunawan, mengemukakan beragam pandangan dan strategi terkait pentingnya pariwisata nusantara sebagai kendaraan untuk pemajuan kebudayaan Indonesia.
"Pariwisata Nusantara tidak hanya untuk dikonsumsi, tetapi harus dilandasi oleh pendekatan edukatif yang memungkinkan wisatawan memahami dan menggunakan produk budaya setempat," tegas Myra di Jakarta, Kamis (26/10). Ia pun menyoroti pentingnya perlindungan dan pemanfaatan kekayaan alam dan budaya secara berkelanjutan, yang dapat menjadi sumber daya untuk mendukung pemajuan kebudayaan tanah air.
Dalam pidatonya, Myra mengungkapkan peran penting pendidikan dan ekonomi dalam mengembangkan pariwisata Nusantara. "Pariwisata Nusantara memainkan peran penting dalam pemajuan budaya, persatuan bangsa, dan cinta tanah air. Oleh karena itu, diperlukan literasi wisatawan yang lebih baik serta kesadaran akan tanggung jawab terhadap lingkungan dan kebudayaan yang menjadi tujuan pariwisata," katanya.
Di sisi lain, Myra memaparkan urgensi adanya perubahan pola pikir terkait upah pekerja sektor pariwisata yang masih rendah. Menurutnya, pariwisata bukan hanya kendaraan ekonomi semata, tetapi juga menjadi kendaraan untuk mendorong pelestarian lingkungan.
Di akhir pidatonya sebagai bentuk tindak lanjut, Myra menegaskan pentingnya kerja sama antarkementerian atau lembaga dengan peran yang jelas dalam mengembangkan pariwisata Nusantara. Ia menekankan perlunya transformasi dalam pendekatan pariwisata, yang tidak hanya berlandaskan sumber daya alam tetapi juga ilmu pengetahuan dan teknologi, guna mencapai keberlanjutan dan pemajuan kebudayaan.
"Kita memasuki era di mana pariwisata bukan lagi sekadar industri, melainkan menjadi bagian dari upaya pemajuan budaya dan persatuan bangsa. Dengan semangat ini, diharapkan pariwisata Nusantara akan terus menjadi jembatan menuju pemahaman dan kekaguman terhadap kekayaan budaya Indonesia,” tuturnya.
Melindungi Budaya, Mengembangkan Pariwisata
Selain itu, yang juga tidak kalah menarik di hari keempat KKI 2023 adalah diskusi mengenai “Melindungi Budaya, Mengembangkan Pariwisata” bersama Manajer Yayasan Bambu Lestari, Nurul Firmansyah dan Pakar Arkeologi Publik, Daud Aris Tanudirjo.
Manajer Yayasan Bambu Lestari, Nurul Firmansyah, dengan penuh semangat menegaskan, "Agroekologi bambu harus ditempatkan sebagai strategi pemberdayaan masyarakat, membangun pasar berbasis ekologi, dan membuka kampus bambu untuk memperkuat budaya dan kearifan lokal."
Ia juga menyoroti pentingnya pembangunan pasar berbasis ekologi bambu yang berhasil mencapai transaksi hingga puluhan juta rupiah. Hal tersebut, menurut Nurul, telah menunjukkan potensi ekonomi yang dapat diciptakan melalui pemanfaatan bambu secara berkelanjutan.
Sementara itu, Pakar Arkeologi Publik, Daud Aris Tanudirjo, menjelaskan pentingnya pengelolaan warisan budaya secara inklusif, yang melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat setempat. Ia menggarisbawahi bahwa tujuan utama dari pengelolaan warisan budaya adalah untuk mengkomunikasikan nilai-nilai budaya yang penting dan memastikan keberlanjutannya bagi masyarakat setempat serta para pengunjung.
"Pariwisata bukan hanya tentang peningkatan kesejahteraan semata, tetapi juga harus mempertahankan nilai-nilai pelestarian dengan melibatkan masyarakat secara aktif," tegasnya.
Dalam rangka menindaklanjuti diskusi tersebut, ada sejumlah kesimpulan dan tindak lanjut yang diusulkan, termasuk perlunya perlindungan terhadap masyarakat adat serta kebijakan terintegrasi dari hulu ke hilir terkait ekosistem kebudayaan. Dengan sosialisasi dan dukungan penuh yang saling terintegrasi antarpemangku kepentingan, diharapkan upaya tersebut dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi keberlanjutan budaya dan pariwisata di Indonesia.
Teknologi Diri: Tubuh dan Keberagaman Gairah
KKI 2023 juga diwarnai oleh antusias peserta yang mengikuti diskusi tentang "Laku Hidup - Teknologi Diri: Tubuh dan Keberagaman Gairah" bersama sejumlah narasumber, yakni aktivis Merlyn Sopjan, mahasiswa filsafat Universitas Indonesia, Yumna Rafi Fadhlurohman, serta aktivis dan peneliti sosial Caroline Jasintha Monteiro (Olin Monteiro).
Menurut aktivis Merlyn Sopjan, memaknai tubuh dan teknologi memiliki banyak perspektif yang berbeda. Bagi sebagian orang, tubuh adalah ruang penyimpanan, ruang peperangan dan pergerakan. “Peperangan di sini dalam arti internalisasi diri dan ekspresi diri menjadi sebuah konflik batin. Apalagi tubuh juga bagian dari harapan dan kebahagiaan, serta manifestasi tubuh adalah untuk berekspresi,” kata Merlyn.
Di sisi lain, Merlyn mengungkapkan bahwa keberagaman gairah pun merupakan satu diksi ekspresi yang dimaknai sebagai kelompok minoritas sehingga banyak ancaman yang diterima, tidak hanya secara verbal, bahkan sampai sudah mengancam nyawa. Penyerangan itu pun muncul dari orang-orang yang tidak bersepakat dengan keberagaman.
Mahasiswa filsafat Universitas Indonesia, Yumna Rafi, pun menambahkan tentang pentingnya pandangan yang bijak terhadap keberagaman, dengan menekankan perlunya mengubah paradigma dan mengatasi diskriminasi yang terjadi terutama di dunia maya. Bahkan, ia turut menyoroti masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh banyak individu dalam komunitas keberagaman gairah. “Apalagi masih terbatasnya advokasi untuk persoalan yang dialami oleh kelompok keberagaman gairah,” kata Yumna dalam diskusi.
Oleh karenanya, aktivis dan peneliti sosial Olin Monteiro menggarisbawahi pentingnya kampanye, advokasi, dan perlindungan yang melibatkan komunitas keberagaman gairah, serta pentingnya membangun ruang yang aman dari kebencian dan prasangka di berbagai bidang kehidupan.
Hasil riset yang dilakukan menunjukkan kompleksitas keberagaman gairah dan dampak negatif teknologi sosial media terhadap kelompok minoritas. Tindak lanjut yang diusulkan, yakni termasuk perlunya dialog terbuka yang didasarkan pada pengalaman nyata untuk menciptakan masyarakat yang lebih humanis dan penuh pengertian terhadap keberagaman.
Dengan mengedepankan keadilan dan kemanusiaan, diharapkan masyarakat akan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan terbuka terhadap keragaman gairah. Komitmen untuk menciptakan ruang yang bebas dari kebencian dan diskriminasi di berbagai sektor kehidupan dianggap sebagai langkah penting menuju masyarakat yang lebih inklusif dan penuh toleransi. (Penulis: Tim Ditjen Kebudayaan / Editor: Stephanie, Denty A.)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#Merdeka Belajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 576/sipres/A6/X/2023
"Pariwisata Nusantara tidak hanya untuk dikonsumsi, tetapi harus dilandasi oleh pendekatan edukatif yang memungkinkan wisatawan memahami dan menggunakan produk budaya setempat," tegas Myra di Jakarta, Kamis (26/10). Ia pun menyoroti pentingnya perlindungan dan pemanfaatan kekayaan alam dan budaya secara berkelanjutan, yang dapat menjadi sumber daya untuk mendukung pemajuan kebudayaan tanah air.
Dalam pidatonya, Myra mengungkapkan peran penting pendidikan dan ekonomi dalam mengembangkan pariwisata Nusantara. "Pariwisata Nusantara memainkan peran penting dalam pemajuan budaya, persatuan bangsa, dan cinta tanah air. Oleh karena itu, diperlukan literasi wisatawan yang lebih baik serta kesadaran akan tanggung jawab terhadap lingkungan dan kebudayaan yang menjadi tujuan pariwisata," katanya.
Di sisi lain, Myra memaparkan urgensi adanya perubahan pola pikir terkait upah pekerja sektor pariwisata yang masih rendah. Menurutnya, pariwisata bukan hanya kendaraan ekonomi semata, tetapi juga menjadi kendaraan untuk mendorong pelestarian lingkungan.
Di akhir pidatonya sebagai bentuk tindak lanjut, Myra menegaskan pentingnya kerja sama antarkementerian atau lembaga dengan peran yang jelas dalam mengembangkan pariwisata Nusantara. Ia menekankan perlunya transformasi dalam pendekatan pariwisata, yang tidak hanya berlandaskan sumber daya alam tetapi juga ilmu pengetahuan dan teknologi, guna mencapai keberlanjutan dan pemajuan kebudayaan.
"Kita memasuki era di mana pariwisata bukan lagi sekadar industri, melainkan menjadi bagian dari upaya pemajuan budaya dan persatuan bangsa. Dengan semangat ini, diharapkan pariwisata Nusantara akan terus menjadi jembatan menuju pemahaman dan kekaguman terhadap kekayaan budaya Indonesia,” tuturnya.
Melindungi Budaya, Mengembangkan Pariwisata
Selain itu, yang juga tidak kalah menarik di hari keempat KKI 2023 adalah diskusi mengenai “Melindungi Budaya, Mengembangkan Pariwisata” bersama Manajer Yayasan Bambu Lestari, Nurul Firmansyah dan Pakar Arkeologi Publik, Daud Aris Tanudirjo.
Manajer Yayasan Bambu Lestari, Nurul Firmansyah, dengan penuh semangat menegaskan, "Agroekologi bambu harus ditempatkan sebagai strategi pemberdayaan masyarakat, membangun pasar berbasis ekologi, dan membuka kampus bambu untuk memperkuat budaya dan kearifan lokal."
Ia juga menyoroti pentingnya pembangunan pasar berbasis ekologi bambu yang berhasil mencapai transaksi hingga puluhan juta rupiah. Hal tersebut, menurut Nurul, telah menunjukkan potensi ekonomi yang dapat diciptakan melalui pemanfaatan bambu secara berkelanjutan.
Sementara itu, Pakar Arkeologi Publik, Daud Aris Tanudirjo, menjelaskan pentingnya pengelolaan warisan budaya secara inklusif, yang melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat setempat. Ia menggarisbawahi bahwa tujuan utama dari pengelolaan warisan budaya adalah untuk mengkomunikasikan nilai-nilai budaya yang penting dan memastikan keberlanjutannya bagi masyarakat setempat serta para pengunjung.
"Pariwisata bukan hanya tentang peningkatan kesejahteraan semata, tetapi juga harus mempertahankan nilai-nilai pelestarian dengan melibatkan masyarakat secara aktif," tegasnya.
Dalam rangka menindaklanjuti diskusi tersebut, ada sejumlah kesimpulan dan tindak lanjut yang diusulkan, termasuk perlunya perlindungan terhadap masyarakat adat serta kebijakan terintegrasi dari hulu ke hilir terkait ekosistem kebudayaan. Dengan sosialisasi dan dukungan penuh yang saling terintegrasi antarpemangku kepentingan, diharapkan upaya tersebut dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi keberlanjutan budaya dan pariwisata di Indonesia.
Teknologi Diri: Tubuh dan Keberagaman Gairah
KKI 2023 juga diwarnai oleh antusias peserta yang mengikuti diskusi tentang "Laku Hidup - Teknologi Diri: Tubuh dan Keberagaman Gairah" bersama sejumlah narasumber, yakni aktivis Merlyn Sopjan, mahasiswa filsafat Universitas Indonesia, Yumna Rafi Fadhlurohman, serta aktivis dan peneliti sosial Caroline Jasintha Monteiro (Olin Monteiro).
Menurut aktivis Merlyn Sopjan, memaknai tubuh dan teknologi memiliki banyak perspektif yang berbeda. Bagi sebagian orang, tubuh adalah ruang penyimpanan, ruang peperangan dan pergerakan. “Peperangan di sini dalam arti internalisasi diri dan ekspresi diri menjadi sebuah konflik batin. Apalagi tubuh juga bagian dari harapan dan kebahagiaan, serta manifestasi tubuh adalah untuk berekspresi,” kata Merlyn.
Di sisi lain, Merlyn mengungkapkan bahwa keberagaman gairah pun merupakan satu diksi ekspresi yang dimaknai sebagai kelompok minoritas sehingga banyak ancaman yang diterima, tidak hanya secara verbal, bahkan sampai sudah mengancam nyawa. Penyerangan itu pun muncul dari orang-orang yang tidak bersepakat dengan keberagaman.
Mahasiswa filsafat Universitas Indonesia, Yumna Rafi, pun menambahkan tentang pentingnya pandangan yang bijak terhadap keberagaman, dengan menekankan perlunya mengubah paradigma dan mengatasi diskriminasi yang terjadi terutama di dunia maya. Bahkan, ia turut menyoroti masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh banyak individu dalam komunitas keberagaman gairah. “Apalagi masih terbatasnya advokasi untuk persoalan yang dialami oleh kelompok keberagaman gairah,” kata Yumna dalam diskusi.
Oleh karenanya, aktivis dan peneliti sosial Olin Monteiro menggarisbawahi pentingnya kampanye, advokasi, dan perlindungan yang melibatkan komunitas keberagaman gairah, serta pentingnya membangun ruang yang aman dari kebencian dan prasangka di berbagai bidang kehidupan.
Hasil riset yang dilakukan menunjukkan kompleksitas keberagaman gairah dan dampak negatif teknologi sosial media terhadap kelompok minoritas. Tindak lanjut yang diusulkan, yakni termasuk perlunya dialog terbuka yang didasarkan pada pengalaman nyata untuk menciptakan masyarakat yang lebih humanis dan penuh pengertian terhadap keberagaman.
Dengan mengedepankan keadilan dan kemanusiaan, diharapkan masyarakat akan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan terbuka terhadap keragaman gairah. Komitmen untuk menciptakan ruang yang bebas dari kebencian dan diskriminasi di berbagai sektor kehidupan dianggap sebagai langkah penting menuju masyarakat yang lebih inklusif dan penuh toleransi. (Penulis: Tim Ditjen Kebudayaan / Editor: Stephanie, Denty A.)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#Merdeka Belajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 576/sipres/A6/X/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 578 kali
Editor :
Dilihat 578 kali