Beasiswa ADEM, Bantu Siswa Papua Wujudkan Mimpi Belajar di Sekolah Unggulan 13 November 2023 ← Back
Yogyakarta, Kemendikbudristek - Mengenyam pendidikan dengan fasilitas yang baik merupakan impian bagi banyak anak-anak di daerah pelosok. Mahalnya biaya sekolah, seragam, buku pelajaran, minimnya perangkat dan tidak adanya akses internet merupakan deretan panjang alasan para orang tua kurang mampu untuk mengurungkan niatnya menyekolahkan anaknya.
Sama halnya dengan Nison Tabuni penerima Beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Siswa kelas XI asal Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan ini bercerita bagaimana ia bersusah payah untuk meyakinkan keluarganya bahwa pendidikan adalah jalan keluar dari kondisi hidup yang kurang baik saat ini.
Nison dibesarkan dan disekolahkan oleh tantenya yang ia panggil Mama. Ayahnya telah meninggal sejak Nison berumur 7 tahun. Sementara ibu kandungnya yang bekerja sebagai petani tinggal di daerah Nduga, Papua. “Mama (tante) saya tidak mau menandatangani surat persetujuan untuk mengikuti program ini, ia takut saya akan terpengaruh pergaulan bebas di Yogyakarta” kata Nison, saat dikunjungi tim dari Kemendikbudristek, di SMA Pangudi Luhur, D.I. Yogyakarta, pada Senin (13/11).
Namun karena tekad yang sudah bulat untuk bisa melanjutkan sekolah, Nison terus merayu mamanya sambil berjanji akan fokus belajar dan bersikap baik untuk menjaga nama baik keluarga. Ia mengatakan bahwa untuk bisa lolos beasiswa ini, ia sudah mempersiapkan diri dan juga berkas-berkas dari setahun sebelumnya.
Meski ia harus menyemangati dirinya sendiri untuk bersekolah di Yogyakarta, ia merasa beruntung memiliki guru dan teman-teman yang baik dan membantunya mengatasi berbagai kesulitan setibanya di SMA BOPKRI Banguntapan, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta.
“Kendala utama saya adalah bahasa yang kurang lancar dan dialek yang berbeda. Materi pelajaran pun tertinggal jauh namun teman-teman dan guru membantu saya untuk belajar dan sering mengajak ngobrol agar bahasa saya semakin lancer,” ujar Nison.
Nison yang gemar bermain bola berharap suatu saat bisa masuk timnas dan membawa harum nama daerahnya di kancah sepak bola nasional. Selain itu, ia juga bercita-cita bisa menjadi akuntan. Oleh sebab itu, ia belajar dengan giat agar kedepannya bisa masuk universitas unggul melalui jalur KIP Kuliah.
Nison berharap suatu saat, ia bisa kembali ke daerah asal dan membuat perubahan agar daerah Papua menjadi semakin maju seperti kota yang lain. Nison sangat senang bisa ikut program beasiswa ADEM dan berharap agar pemerintah melanjutkan program ini juga meningkatkan jumlah kuota agar lebih banyak lagi siswa Papua bisa melanjutkan pendidikan di sekolah–sekolah unggulan di Indonesia.
Program Beasiswa ADEM adalah beasiwa yang diberikan kepada para peserta didik yang tinggal dan berasal dari wilayah Papua, Daerah Khusus dan Repatriasi untuk melanjutkan pendidikan menengah. Tujuan program ini adalah untuk memperluas dan meningkatkan akses bagi masyarakat di daerah 3T, daerah khusus dan golongan masyarakat khusus lainnya untuk memperoleh layanan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan berkualitas, utamanya pendidikan menengah.
Upaya pemerintah dalam pemerataan pendidikan ini didasari oleh banyaknya daerah di Indonesia yang mengalami kendala dalam akses informasi, komunikasi dan transportasi. Kondisi geografis tersebut menyebabkan masyarakat kesulitan memperoleh pendidikan yang memadai sehingga mengalami ketertinggalan.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Provinsi D.I. Yogyakarta, Budi Santosa Asrori, merespon baik program Beasiswa ADEM. Menurutnya, pendidikan merupakan hak anak dari seluruh Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa setiap tahunnya, Provinsi D.I. Yogyakarta mendapatkan kuota 40 siswa untuk program Beasiswa ADEM. Untuk mendukung pemerintah pusat dalam urusan pendidikan, pemerintah Kota Yogyakarta meluncurkan berbagai program bantuan pendidikan lainnya agar terjadi peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk pendidikan menengah.
“Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk pendidikan menengah kita sudah hampir 100, sedangkan Angka Partisipasi Menengah (APM) sudah diatas 80”, tuturnya.
Budi melanjutkan Pemerintah Kota juga melakukan pembinaan kepada para penerima beasiswa ADEM agar para siswa ini bisa mendalami budaya Yogyakarta tanpa harus meninggalkan budaya aslinya. “Pendidikan kita berbasis budaya. Siswa diajak mengikuti kegiatan budaya di sekolah agar mereka memahami budaya Yogyakarta dan bisa timbul toleransi terhadap budaya lain. Kita juga punya satu gerakan yang diterapkan di semua sekolah yang dinamakan Ngajeni, yaitu program gerakan 5 menit menjadi orang Yogya,” ujarnya.
Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa Ngajeni adalah sikap Ngapurancang (gerakan berdiri jika ada orang lewat), gerakan jempol sambil mengatakan Monggo (mempersilakan) sering mengatakan Inggih, Maturnuwun, Nuwunsewu, sebagai konsep pengembangan pendidikan karakter khas Yogya. Gerakan Ngajeni adalah pembiasaan sikap menghormati yang diajarkan kepada siswa agar mereka yang bersekolah di Yogyakarta memiliki pembeda dari siswa kota lainnya. (Uly/Editor: Denis)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 432 kali
Editor :
Dilihat 432 kali