Kemendikbudristek Ajak Remaja Belajar Kesehatan Mental Melalui Webinar 03 November 2023 ← Back
Jakarta, 3 November 2023 --- Masalah kekerasan masih menjadi momok bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pengalaman kekerasan yang dirasakan oleh peserta didik mencakup intimidasi, diskriminasi, kekerasan seksual, dan perundungan dapat berkontribusi terhadap buruknya kesehatan mental peserta didik.
Fakta menunjukkan bahwa hubungan antara kesehatan mental peserta didik dan kekerasan di sekolah cukup mengkhawatirkan dari hari ke hari. Hasil survei yang dilakukan oleh Indonesia National Adolescent mental Health Survey pada tahun 2022 menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia memiliki gangguan kesehatan mental.
Oleh sebab itu, dalam rangka memperingati Hari Internasional Anti Perundungan dan Kekerasan di Sekolah yang jatuh pada tanggal 3 November, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkolaborasi dengan UNICEF Indonesia mengadakan Webinar dan Lokakarya Sehat Mental tanpa Perundungan.
Kepala Puspeka, Rusprita Putri Utami, menyatakan bahwa webinar dan lokakarya tersebut sejalan dengan tema peringatan Hari Internasional Anti Perundungan dan Kekerasan di Sekolah tahun ini yaitu Sekolah Aman: Mengakhiri Kekerasan di Sekolah Demi Kesehatan Mental dan Pembelajaran yang Lebih Baik.
“Dengan kondisi mental yang menurun, tentu pembelajaran menjadi tidak menyenangkan dan sekolah menjadi tempat yang kurang aman serta nyaman bagi seluruh warga sekolah. Untuk itulah, sangat penting bagi warga sekolah, khususnya peserta didik, memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk bisa mengelola emosi sehingga bisa menjaga kesehatan mental masing-masing,” ujar Rusprita saat membuka Webinar dan Lokakarya Sehat Mental tanpa Perundungan yang diselenggarakan secara daring melalui zoom meeting dan disiarkan langsung pada kanal Youtube Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI, Jumat (3/11).
Ia menjelaskan, webinar tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan kolaborasi bersama antara Puspeka Kemendikbudristek dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) Indonesia untuk memperkuat komitmen pencegahan perundungan di satuan pendidikan.
Webinar dan Lokakarya Kesehatan Mental ini juga merupakan bagian dari rangkaian acara Pekan untuk Sahabat Karakter (Pusaka) 2023 yaitu Kelas Akhir Pekan (Kesan) yang pertama dengan tema antiperundungan. Pada Pusaka 2023 akan terdapat serangkaian kampanye selama bulan November s.d. Desember 2023, untuk pelibatan ekosistem pendidikan dalam upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, aman dari segala bentuk kekerasan, demi mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Rusprita berharap para peserta webinar dan lokakarya yang adalah peserta didik jenjang pendidikan SMP, SMA, dan SMK yang berasal dari seluruh penjuru negeri dapat mengeksplorasi kebutuhan sebagai remaja terhadap kesehatan mental. Selain itu, mereka dapat mengetahui tantangan menjaga kesehatan mental remaja di era globalisasi serta mendapatkan pembekalan keterampilan atau kecakapan dalam melakukan pertolongan pertama psikologis bagi diri sendiri maupun bagi orang lain yang membutuhkan.
“Kami berharap apa yang dibahas dalam webinar dan lokakarya ini akan menjadi bekal yang sangat baik bagi adik-adik semua untuk bisa berkontribusi menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan, bebas dari kekerasan,” tutur Rusprita.
Kenali Diri dan Atasi
Selaras dengan yang disampaikan Kapuspeka Rusprita, Child Protection Officer UNICEF Indonesia, Asep Zulhijar mengungkapkan bahwa remaja di usia 9-14 tahun akan mengalami perubahan psikis maupun biologis, seperti, kecenderungan mengeksplorasi yang sangat tinggi dan selalu ingin mengambil risiko tinggi. Karenanya, di usia-usia tersebut, menurut Asep, para remaja harus diberikan pengetahuan dan bekal sehingga dapat mengelola emosi dan mampu mengarahkannya ke hal-hal yang bersifat positif.
“Cara kerja otak di masa itu sangat rentan karena dipengaruhi oleh hormon dan lain-lain. Tapi di lain sisi, kita dapat memanfaatkan masa-masa itu untuk bisa tumbuh optimal baik secara fisik maupun mental. Yang paling penting, hidup harus seimbang (balance), kita harus melihat sejauh mana kita sudah baik terhadap diri sendiri dan sejauh mana kita sudah mengenal diri kita sendiri,” tegasnya.
Di kesempatan yang sama, Pewakil Pemuda Aceh, Cut Vahnas Setya Martha, turut berbagi tips menjaga kesehatan mental, yaitu dengan menjauhi lingkungan pertemanan yang toxic, mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat, tidak memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang membuat diri stres, atau meluangkan waktu untuk mengembangkan minat dan bakat, misalnya dengan bergabung di komunitas atau forum pemuda.
“Ada banyak cara untuk tetap bisa menjaga kesehatan mental kita, misalnya, kalau kita sedang down atau senang, kita bisa mencoba menulis surat, mendengarkan musik, membuat balon perasaan, bercerita, menggambar, bermeditasi, dan melakukan hobi. Kalau kita mengalami perundungan yang membuat kita down secara mental, jangan takut bercerita dan laporkan kepada pihak yang berwenang,” imbuhnya.
Senada, Psikolog Anak Grace Eugenia Sameve menjelaskan bahwa sebenarnya, kondisi kesehatan mental yang baik adalah ketika seseorang bisa memunculkan potensinya secara optimal. Bukan berarti kesehatan mental yang baik itu ketika seseorang tidak pernah mengalami stres, justru sebaliknya, kesehatan mental yang baik adalah ketika seseorang mampu menghadapi stres yang dialaminya.
“Kita tahu bullying bisa menjadi salah satu faktor seseorang mengalami stres atau kondisi yang tidak optimal sehingga dapat menurunkan kesehatan mentalnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Apapun jenis-jenis bullying-nya, perundungan itu tidak dapat dibenarkan, jadi lebih baik kita mencegah terjadi perundungan daripada mengobati,” pungkas Grace.
Kampanye pencegahan perundungan akan terus berlangsung hingga tanggal 20 November 2023. Puspeka mendorong seluruh warga satuan pendidikan, khususnya peserta didik dan pendidik untuk bersama-sama mengikuti kampanye #BahagiaTanpaPerundungan di media sosial. Warga sekolah dapat membuat konten berupa video, foto, poster, ataupun lagu yang menceritakan inisiatif pencegahan perundungan yang dilakukan di sekolah masing-masing dan melengkapinya dengan tagar #BahagiaTanpaPerundungan. Kampanye kolaborasi ini berlangsung pada tanggal 3 - 20 November 2023, dan konten menarik akan mendapatkan merchandise spesial dari Puspeka, Kemendikbudristek. Selain itu, puncak kampanye ini adalah perayaan Hari Anak Sedunia pada tanggal 20 November 2023 dalam bentuk Hari Roots Nasional. (Penulis: Tim Puspeka / Editor: Denty A., Azis P.)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#CerdasBerkarakter
#BahagiaTanpaPerundungan
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor : 602/sipers/A6/X/2023
Fakta menunjukkan bahwa hubungan antara kesehatan mental peserta didik dan kekerasan di sekolah cukup mengkhawatirkan dari hari ke hari. Hasil survei yang dilakukan oleh Indonesia National Adolescent mental Health Survey pada tahun 2022 menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia memiliki gangguan kesehatan mental.
Oleh sebab itu, dalam rangka memperingati Hari Internasional Anti Perundungan dan Kekerasan di Sekolah yang jatuh pada tanggal 3 November, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkolaborasi dengan UNICEF Indonesia mengadakan Webinar dan Lokakarya Sehat Mental tanpa Perundungan.
Kepala Puspeka, Rusprita Putri Utami, menyatakan bahwa webinar dan lokakarya tersebut sejalan dengan tema peringatan Hari Internasional Anti Perundungan dan Kekerasan di Sekolah tahun ini yaitu Sekolah Aman: Mengakhiri Kekerasan di Sekolah Demi Kesehatan Mental dan Pembelajaran yang Lebih Baik.
“Dengan kondisi mental yang menurun, tentu pembelajaran menjadi tidak menyenangkan dan sekolah menjadi tempat yang kurang aman serta nyaman bagi seluruh warga sekolah. Untuk itulah, sangat penting bagi warga sekolah, khususnya peserta didik, memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk bisa mengelola emosi sehingga bisa menjaga kesehatan mental masing-masing,” ujar Rusprita saat membuka Webinar dan Lokakarya Sehat Mental tanpa Perundungan yang diselenggarakan secara daring melalui zoom meeting dan disiarkan langsung pada kanal Youtube Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI, Jumat (3/11).
Ia menjelaskan, webinar tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan kolaborasi bersama antara Puspeka Kemendikbudristek dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) Indonesia untuk memperkuat komitmen pencegahan perundungan di satuan pendidikan.
Webinar dan Lokakarya Kesehatan Mental ini juga merupakan bagian dari rangkaian acara Pekan untuk Sahabat Karakter (Pusaka) 2023 yaitu Kelas Akhir Pekan (Kesan) yang pertama dengan tema antiperundungan. Pada Pusaka 2023 akan terdapat serangkaian kampanye selama bulan November s.d. Desember 2023, untuk pelibatan ekosistem pendidikan dalam upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, aman dari segala bentuk kekerasan, demi mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Rusprita berharap para peserta webinar dan lokakarya yang adalah peserta didik jenjang pendidikan SMP, SMA, dan SMK yang berasal dari seluruh penjuru negeri dapat mengeksplorasi kebutuhan sebagai remaja terhadap kesehatan mental. Selain itu, mereka dapat mengetahui tantangan menjaga kesehatan mental remaja di era globalisasi serta mendapatkan pembekalan keterampilan atau kecakapan dalam melakukan pertolongan pertama psikologis bagi diri sendiri maupun bagi orang lain yang membutuhkan.
“Kami berharap apa yang dibahas dalam webinar dan lokakarya ini akan menjadi bekal yang sangat baik bagi adik-adik semua untuk bisa berkontribusi menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan, bebas dari kekerasan,” tutur Rusprita.
Kenali Diri dan Atasi
Selaras dengan yang disampaikan Kapuspeka Rusprita, Child Protection Officer UNICEF Indonesia, Asep Zulhijar mengungkapkan bahwa remaja di usia 9-14 tahun akan mengalami perubahan psikis maupun biologis, seperti, kecenderungan mengeksplorasi yang sangat tinggi dan selalu ingin mengambil risiko tinggi. Karenanya, di usia-usia tersebut, menurut Asep, para remaja harus diberikan pengetahuan dan bekal sehingga dapat mengelola emosi dan mampu mengarahkannya ke hal-hal yang bersifat positif.
“Cara kerja otak di masa itu sangat rentan karena dipengaruhi oleh hormon dan lain-lain. Tapi di lain sisi, kita dapat memanfaatkan masa-masa itu untuk bisa tumbuh optimal baik secara fisik maupun mental. Yang paling penting, hidup harus seimbang (balance), kita harus melihat sejauh mana kita sudah baik terhadap diri sendiri dan sejauh mana kita sudah mengenal diri kita sendiri,” tegasnya.
Di kesempatan yang sama, Pewakil Pemuda Aceh, Cut Vahnas Setya Martha, turut berbagi tips menjaga kesehatan mental, yaitu dengan menjauhi lingkungan pertemanan yang toxic, mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat, tidak memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang membuat diri stres, atau meluangkan waktu untuk mengembangkan minat dan bakat, misalnya dengan bergabung di komunitas atau forum pemuda.
“Ada banyak cara untuk tetap bisa menjaga kesehatan mental kita, misalnya, kalau kita sedang down atau senang, kita bisa mencoba menulis surat, mendengarkan musik, membuat balon perasaan, bercerita, menggambar, bermeditasi, dan melakukan hobi. Kalau kita mengalami perundungan yang membuat kita down secara mental, jangan takut bercerita dan laporkan kepada pihak yang berwenang,” imbuhnya.
Senada, Psikolog Anak Grace Eugenia Sameve menjelaskan bahwa sebenarnya, kondisi kesehatan mental yang baik adalah ketika seseorang bisa memunculkan potensinya secara optimal. Bukan berarti kesehatan mental yang baik itu ketika seseorang tidak pernah mengalami stres, justru sebaliknya, kesehatan mental yang baik adalah ketika seseorang mampu menghadapi stres yang dialaminya.
“Kita tahu bullying bisa menjadi salah satu faktor seseorang mengalami stres atau kondisi yang tidak optimal sehingga dapat menurunkan kesehatan mentalnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Apapun jenis-jenis bullying-nya, perundungan itu tidak dapat dibenarkan, jadi lebih baik kita mencegah terjadi perundungan daripada mengobati,” pungkas Grace.
Kampanye pencegahan perundungan akan terus berlangsung hingga tanggal 20 November 2023. Puspeka mendorong seluruh warga satuan pendidikan, khususnya peserta didik dan pendidik untuk bersama-sama mengikuti kampanye #BahagiaTanpaPerundungan di media sosial. Warga sekolah dapat membuat konten berupa video, foto, poster, ataupun lagu yang menceritakan inisiatif pencegahan perundungan yang dilakukan di sekolah masing-masing dan melengkapinya dengan tagar #BahagiaTanpaPerundungan. Kampanye kolaborasi ini berlangsung pada tanggal 3 - 20 November 2023, dan konten menarik akan mendapatkan merchandise spesial dari Puspeka, Kemendikbudristek. Selain itu, puncak kampanye ini adalah perayaan Hari Anak Sedunia pada tanggal 20 November 2023 dalam bentuk Hari Roots Nasional. (Penulis: Tim Puspeka / Editor: Denty A., Azis P.)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#CerdasBerkarakter
#BahagiaTanpaPerundungan
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor : 602/sipers/A6/X/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2123 kali
Editor :
Dilihat 2123 kali