KONEKSI: Kemitraan Indonesia-Australia untuk Kebijakan dan Inovasi Inklusif 14 November 2023 ← Back
Jakarta, 14 November 2023 – Kerja sama antara Pemerintah Indonesia yakni Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas), dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dengan Pemerintah Australia di sektor pengetahuan dan inovasi Indonesia semakin kuat dengan diluncurkannya program Kemitraan Kolaborasi Pengetahuan dan Inovasi Australia Indonesia (KONEKSI).
Inisiatif ini menandai langkah maju dalam sektor riset dan inovasi Indonesia, serta menunjukkan komitmen bersama kedua negara ini untuk mendorong kemajuan dan kemakmuran melalui kemitraan.
KONEKSI mendukung kemitraan yang tanggap akan kesenjangan pengetahuan, khususnya dalam hal memperkaya pengetahuan lokal, untuk menciptakan kebijakan dan inovasi inklusif yang responsif terhadap berbagai isu.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengungkapkan antusiasmenya terhadap program KONEKSI yang sudah dicanangkan, dan diimplementasi hingga lima tahun mendatang.
“Hal ini sejalan dengan upaya yang kami lakukan melalui berbagai terobosan Merdeka Belajar Kampus Belajar. Melalui platform Kedaireka yang diluncurkan pada tahun 2020, kami mendorong kolaborasi lintas sektor antara perguruan tinggi dengan industri untuk melakukan joint research, joint project dengan dukungan dana padanan,” ujar Mendikbudristek pada Senin (13/11).
Mendikbudristek mengemukakan, bahwa sinergi dan kolaborasi yang terjalin dalam program KONEKSI akan semakin menguatkan ekosistem riset di kedua negara. “Hadirnya program KONEKSI yang menjadikan riset sebagai basis dari siklus knowledge to policy dan knowledge to innovation akan membuat hasil penelitian yang dilakukan perguruan tinggi di Indonesia akan berdampak lebih luas dan semakin bermakna,” ucap Nadiem.
Sedangkan, Staf Ahli Mendikbudristek Bidang Manajemen Talenta, Tatang Muttaqin, menyampaikan pentingnya program KONEKSI bagi Kemendikbudristek. Melalui KONEKSI, universitas yang ada di Indonesia dapat berkolaborasi dengan universitas yang ada di Australia.
“Saat ini juga sudah mulai banyak kolaborasi tersebut. Tapi dengan adanya KONEKSI, tentunya kolaborasi tersebut akan lebih meningkat, dan tentu hasil-hasilnya juga akan memberikan tidak hanya hubungan kedua negara tapi juga perekonomian di kedua belah pihak. Saya berharap, KONEKSI dapat lebih memperkuat apa yang kami lakukan di Kedaireka,” tutur Tatang.
Sementara itu, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams, mengatakan bahwa KONEKSI mendorong kolaboratif antara lembaga-lembaga pengetahuan di Indonesia dan Australia untuk menyelenggarakan penelitian bersama.
"Saya senang dapat meluncurkan sebuah kolaborasi baru antara Australia dan Indonesia dalam bidang pengetahuan dan inovasi, yang memperkuat kerja sama kedua negara dalam mengatasi tantangan-tantangan sosial dan ekonomi," ucap Duta Besar Australia untuk Indonesia.
"KONEKSI telah menghasilkan capaian yang sangat signifikan, dengan terpilihnya 38 penerima hibah riset di bidang lingkungan dan perubahan iklim, yang melibatkan lebih dari 100 kemitraan antara instistusi-institusi di Australia dan Indonesia,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, mengatakan bahwa pendekatan kolaboratif dalam program KONEKSI menawarkan peluang menarik untuk pertukaran pengetahuan dan praktik terbaik antara kedua negara. “Ini mendorong penguatan jaringan antar peneliti dan memperkaya wawasan ilmiah," tutur Laksana.
Laksana menegaskan, bahwa BRIN berkomitmen meningkatkan kualitas penelitian di Indonesia dengan menumbuhkan ekosistem penelitian untuk inovasi yang kondusif.
"BRIN dan KONEKSI telah menyepakati hibah riset bersama untuk mendorong kolaborasi penelitian, memungkinkan para ilmuwan dan lembaga dari kedua negara bekerja sama dalam inisiatif yang akan mengembangkan pemahaman ilmiah dan inovasi lebih lanjut," terang Laksana.
Selanjutnya, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Amich Alhumami, menyampaikan bahwa program kemitraan Indonesia dan Australia melalui KONEKSI bertujuan untuk memperkuat kemitraan antara kedua negara yang melibatkan perguruan tinggi lembaga riset, komunitas ilmiah, dan masyarakat akademia di kedua negara.
Amich menambahkan, sebagai upaya membangun budaya ilmiah dan pengembangan IPTEK, program KONEKSI memiliki relasi tinggi. “Pertama pengembangan riset ilmiah untuk melahirkan pengetahuan baru dalam bentuk invensi dan penciptaan inovasi teknologi untuk pembangunan inklusif dan berkelanjutan,” kata Amich.
Kedua, pengembangan riset kebijakan yang diperlukan untuk proses perencanaan berbasis bukti untuk mendukung penyusunan rancangan teknokrotik pembangunan.
Program KONEKSI diharapkan dapat melahirkan praktik-praktik baik yang menjadi fondasi penguatan triple helix yang melibatkan pemerintah, perguruan tinggi, dan industri. Selain itu, Amich mengungkapkan potensi transformatif program KONEKSI, dan menurutnya, peluncuran program KONEKSI merupakan momentum penting untuk memperkuat kemitraan strategis Indonesia dengan Australia.
“Kami meyakini kinerja yang bagus dalam pengelolaan program KONEKSI akan memberi sumbangan penting dalam memajukan ilmu pengetahuan dan penelitian ilmiah melalui suatu kolaborasi yang memberikan manfaat timbal balik bagi kedua negara,” ucap Amich yang hadir mewakili Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa.
Inisiatif KONEKSI merupakan bukti hubungan erat dan visi bersama Australia dan Indonesia dalam bidang riset dan inovasi. Melanjutkan momentum panggilan proposal pertama mengenai lingkungan dan perubahan iklim yang menghasilkan kemitraan antara Indonesia-Australia dan penelitian untuk dampak kebijakan dan inovasi,
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia dengan bangga mengumumkan tema untuk panggilan proposal selanjutnya mengenai transformasi digital di bidang kesehatan, energi, dan keamanan pangan termasuk ekonomi biru. KONEKSI menantikan kemitraan mendatang dan solusi inovatif yang akan dihasilkan dari panggilan proposal yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Tentang KONEKSI:
KONEKSI adalah kolaborasi inisiatif Australia dan Indonesia yang mendukung organisasi penelitian dari kedua negara untuk bermitra dalam mendorong kebijakan dan teknologi inklusif dan berkelanjutan. Didukung oleh Pemerintah Australia dan Indonesia, program ini mempromosikan kemitraan penelitian yang setara dan membangun basis bukti pengetahuan lokal untuk mengatasi tantangan sosial-ekonomi. KONEKSI berperan sebagai wahana untuk menghasilkan solusi multidisiplin dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari akademisi, pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: https://koneksi-kpp.id/id/
Kontak: info@koneksi-kpp.id (Penulis: Rayhan Parady/Editor: Denty A.)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 631/sipers/A6/XI/2023
Inisiatif ini menandai langkah maju dalam sektor riset dan inovasi Indonesia, serta menunjukkan komitmen bersama kedua negara ini untuk mendorong kemajuan dan kemakmuran melalui kemitraan.
KONEKSI mendukung kemitraan yang tanggap akan kesenjangan pengetahuan, khususnya dalam hal memperkaya pengetahuan lokal, untuk menciptakan kebijakan dan inovasi inklusif yang responsif terhadap berbagai isu.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengungkapkan antusiasmenya terhadap program KONEKSI yang sudah dicanangkan, dan diimplementasi hingga lima tahun mendatang.
“Hal ini sejalan dengan upaya yang kami lakukan melalui berbagai terobosan Merdeka Belajar Kampus Belajar. Melalui platform Kedaireka yang diluncurkan pada tahun 2020, kami mendorong kolaborasi lintas sektor antara perguruan tinggi dengan industri untuk melakukan joint research, joint project dengan dukungan dana padanan,” ujar Mendikbudristek pada Senin (13/11).
Mendikbudristek mengemukakan, bahwa sinergi dan kolaborasi yang terjalin dalam program KONEKSI akan semakin menguatkan ekosistem riset di kedua negara. “Hadirnya program KONEKSI yang menjadikan riset sebagai basis dari siklus knowledge to policy dan knowledge to innovation akan membuat hasil penelitian yang dilakukan perguruan tinggi di Indonesia akan berdampak lebih luas dan semakin bermakna,” ucap Nadiem.
Sedangkan, Staf Ahli Mendikbudristek Bidang Manajemen Talenta, Tatang Muttaqin, menyampaikan pentingnya program KONEKSI bagi Kemendikbudristek. Melalui KONEKSI, universitas yang ada di Indonesia dapat berkolaborasi dengan universitas yang ada di Australia.
“Saat ini juga sudah mulai banyak kolaborasi tersebut. Tapi dengan adanya KONEKSI, tentunya kolaborasi tersebut akan lebih meningkat, dan tentu hasil-hasilnya juga akan memberikan tidak hanya hubungan kedua negara tapi juga perekonomian di kedua belah pihak. Saya berharap, KONEKSI dapat lebih memperkuat apa yang kami lakukan di Kedaireka,” tutur Tatang.
Sementara itu, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams, mengatakan bahwa KONEKSI mendorong kolaboratif antara lembaga-lembaga pengetahuan di Indonesia dan Australia untuk menyelenggarakan penelitian bersama.
"Saya senang dapat meluncurkan sebuah kolaborasi baru antara Australia dan Indonesia dalam bidang pengetahuan dan inovasi, yang memperkuat kerja sama kedua negara dalam mengatasi tantangan-tantangan sosial dan ekonomi," ucap Duta Besar Australia untuk Indonesia.
"KONEKSI telah menghasilkan capaian yang sangat signifikan, dengan terpilihnya 38 penerima hibah riset di bidang lingkungan dan perubahan iklim, yang melibatkan lebih dari 100 kemitraan antara instistusi-institusi di Australia dan Indonesia,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, mengatakan bahwa pendekatan kolaboratif dalam program KONEKSI menawarkan peluang menarik untuk pertukaran pengetahuan dan praktik terbaik antara kedua negara. “Ini mendorong penguatan jaringan antar peneliti dan memperkaya wawasan ilmiah," tutur Laksana.
Laksana menegaskan, bahwa BRIN berkomitmen meningkatkan kualitas penelitian di Indonesia dengan menumbuhkan ekosistem penelitian untuk inovasi yang kondusif.
"BRIN dan KONEKSI telah menyepakati hibah riset bersama untuk mendorong kolaborasi penelitian, memungkinkan para ilmuwan dan lembaga dari kedua negara bekerja sama dalam inisiatif yang akan mengembangkan pemahaman ilmiah dan inovasi lebih lanjut," terang Laksana.
Selanjutnya, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Amich Alhumami, menyampaikan bahwa program kemitraan Indonesia dan Australia melalui KONEKSI bertujuan untuk memperkuat kemitraan antara kedua negara yang melibatkan perguruan tinggi lembaga riset, komunitas ilmiah, dan masyarakat akademia di kedua negara.
Amich menambahkan, sebagai upaya membangun budaya ilmiah dan pengembangan IPTEK, program KONEKSI memiliki relasi tinggi. “Pertama pengembangan riset ilmiah untuk melahirkan pengetahuan baru dalam bentuk invensi dan penciptaan inovasi teknologi untuk pembangunan inklusif dan berkelanjutan,” kata Amich.
Kedua, pengembangan riset kebijakan yang diperlukan untuk proses perencanaan berbasis bukti untuk mendukung penyusunan rancangan teknokrotik pembangunan.
Program KONEKSI diharapkan dapat melahirkan praktik-praktik baik yang menjadi fondasi penguatan triple helix yang melibatkan pemerintah, perguruan tinggi, dan industri. Selain itu, Amich mengungkapkan potensi transformatif program KONEKSI, dan menurutnya, peluncuran program KONEKSI merupakan momentum penting untuk memperkuat kemitraan strategis Indonesia dengan Australia.
“Kami meyakini kinerja yang bagus dalam pengelolaan program KONEKSI akan memberi sumbangan penting dalam memajukan ilmu pengetahuan dan penelitian ilmiah melalui suatu kolaborasi yang memberikan manfaat timbal balik bagi kedua negara,” ucap Amich yang hadir mewakili Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa.
Inisiatif KONEKSI merupakan bukti hubungan erat dan visi bersama Australia dan Indonesia dalam bidang riset dan inovasi. Melanjutkan momentum panggilan proposal pertama mengenai lingkungan dan perubahan iklim yang menghasilkan kemitraan antara Indonesia-Australia dan penelitian untuk dampak kebijakan dan inovasi,
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia dengan bangga mengumumkan tema untuk panggilan proposal selanjutnya mengenai transformasi digital di bidang kesehatan, energi, dan keamanan pangan termasuk ekonomi biru. KONEKSI menantikan kemitraan mendatang dan solusi inovatif yang akan dihasilkan dari panggilan proposal yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Tentang KONEKSI:
KONEKSI adalah kolaborasi inisiatif Australia dan Indonesia yang mendukung organisasi penelitian dari kedua negara untuk bermitra dalam mendorong kebijakan dan teknologi inklusif dan berkelanjutan. Didukung oleh Pemerintah Australia dan Indonesia, program ini mempromosikan kemitraan penelitian yang setara dan membangun basis bukti pengetahuan lokal untuk mengatasi tantangan sosial-ekonomi. KONEKSI berperan sebagai wahana untuk menghasilkan solusi multidisiplin dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari akademisi, pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: https://koneksi-kpp.id/id/
Kontak: info@koneksi-kpp.id (Penulis: Rayhan Parady/Editor: Denty A.)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 631/sipers/A6/XI/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 583 kali
Editor :
Dilihat 583 kali