Program KIP Kuliah Antarkan Rohinun Menjadi Calon Sarjana Pertama di Keluarga 16 November 2023 ← Back
Yogyakarta, Kemendikbudristek - Tak pernah terpikirkan oleh Rohinun bahwa ia akan kuliah di universitas bergengsi di Indonesia. Mahasiswa lulusan SMKN 1 Praya Tengah, Nusa Tenggara Barat ini merupakan mahasiswi penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah semester 5 jurusan Ilmu Ekonomi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
“Sebenarnya saya tidak pernah punya rencana untuk kuliah, maka setelah lulus SMP saya dan keluarga memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan dengan harapan setelah lulus mau langsung kerja saja,” ungkap Rohinun sambil menahan tangis, saat ditemui tim dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), di UGM, pada Selasa (14/11).
Ia bercerita mengalami kesulitan ketika masuk UGM melalui jalur undangan dikarenakan bersekolah di SMK. Terlebih lagi tidak lulus SNMPTN, ia sudah mulai putus asa namun terus mencari jalan lain masuk UGM yaitu melalui SBMPTN. “Meskipun keluarga meragukan saya bisa kuliah di Yogyakarta karena tidak ada sanak saudara, saya tetap memberanikan diri untuk mendaftar SBMPTN,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa sebagai penerima KIP, biaya pendaftaran SBMPTN sekitar Rp300 ribu dibiayai oleh pemerintah. “Alhamdulilah saya diterima, KIP sangat membantu dari ketika saya bersekolah di SMP, SMK, dan akhirnya bisa kuliah di UGM melalui program KIPK,” tuturnya.
Rohinun merupakan anak bungsu dari empat bersaudara dan ia merupakan orang pertama yang bisa menduduki bangku kuliah di keluarganya. Ayah Rohinun, seorang lulusan SD dan ibunya lulusan SMP. Mereka bekerja sebagai petani.
Ia bercerita di tengah keraguan orang tua untuk melepas anaknya kuliah di luar kota, kakaknya adalah orang yang terus mendukung dirinya berkuliah di UGM. “Persepsi orang di sekitar saya termasuk teman-teman di sekolah bahwa yang masuk UGM adalah orang pintar dengan segudang prestasi, sementara saya tidak punya banyak prestasi waktu itu sehingga lebih banyak lagi yang meragukan saya,” jelasnya.
Perjuangan Rohinun untuk bisa menerima KIPK tidak selalu mulus. Mulai dari persiapan berkas-berkas, mencari informasi ke sekolah maupun dinas pendidikan yang letaknya cukup jauh dari rumah. Ia juga belajar dengan giat agar nilai tetap baik sambil terus meyakinkan diri bahwa ia bisa kuliah.
Perjuangan itu semua membuahkan hasil yang manis dan menjadikan ia sebagai sosok yang tangguh dan mampu menghadapi persaingan. Rohinun berpesan kepada teman-teman yang ingin mengikuti jejaknya sebagai penerima KIP Kuliah untuk tidak takut melangkah dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi dan tetap percaya diri meskipun ada keterbatasan finasial dan juga keraguan dari orang sekitar.
Sejak tahun 2021, pemerintah melalui Kemendikbudristek menyalurkan beasiswa dalam bentuk KIP Kuliah bagi masyarakat kurang mampu sebagai upaya pemerataan akses pendidikan. Kebijakan tersebut berlaku bagi seluruh perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Program ini merupakan pengembangan dari program Bidikmisi yang sudah digulirkan pemerintah sejak tahun 2011.
Wakil Rektor UGM, Arie Sarjito mengatakan bahwa mahasiswa UGM penerima beasiswa program KIP Kuliah sebanyak 6,666 mahasiswa pada tahun angkatan 2023/2024. “KIP Kuliah merupakan bagian dari komitmen negara dalam pemerataan pendidikan. UGM sebagai perguruan tinggi secara moral juga punya tanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa”, jelasnya.
Ia melanjutkan pemanfaatan KIP Kuliah harus sampai dengan benar ke penerimanya. “UGM harus mendidik, melayani dan membantu para mahasiswa penerima KIP Kuliah karena tak bisa dipungkiri bahwa ada kesenjangan dalam berbagai hal antara mahasiswa penerima KIP Kuliah dan mahasiswa lainnya,” pungkas Arie. (Rona Ully/ Editor: Denis S)
Sumber :
“Sebenarnya saya tidak pernah punya rencana untuk kuliah, maka setelah lulus SMP saya dan keluarga memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan dengan harapan setelah lulus mau langsung kerja saja,” ungkap Rohinun sambil menahan tangis, saat ditemui tim dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), di UGM, pada Selasa (14/11).
Ia bercerita mengalami kesulitan ketika masuk UGM melalui jalur undangan dikarenakan bersekolah di SMK. Terlebih lagi tidak lulus SNMPTN, ia sudah mulai putus asa namun terus mencari jalan lain masuk UGM yaitu melalui SBMPTN. “Meskipun keluarga meragukan saya bisa kuliah di Yogyakarta karena tidak ada sanak saudara, saya tetap memberanikan diri untuk mendaftar SBMPTN,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa sebagai penerima KIP, biaya pendaftaran SBMPTN sekitar Rp300 ribu dibiayai oleh pemerintah. “Alhamdulilah saya diterima, KIP sangat membantu dari ketika saya bersekolah di SMP, SMK, dan akhirnya bisa kuliah di UGM melalui program KIPK,” tuturnya.
Rohinun merupakan anak bungsu dari empat bersaudara dan ia merupakan orang pertama yang bisa menduduki bangku kuliah di keluarganya. Ayah Rohinun, seorang lulusan SD dan ibunya lulusan SMP. Mereka bekerja sebagai petani.
Ia bercerita di tengah keraguan orang tua untuk melepas anaknya kuliah di luar kota, kakaknya adalah orang yang terus mendukung dirinya berkuliah di UGM. “Persepsi orang di sekitar saya termasuk teman-teman di sekolah bahwa yang masuk UGM adalah orang pintar dengan segudang prestasi, sementara saya tidak punya banyak prestasi waktu itu sehingga lebih banyak lagi yang meragukan saya,” jelasnya.
Perjuangan Rohinun untuk bisa menerima KIPK tidak selalu mulus. Mulai dari persiapan berkas-berkas, mencari informasi ke sekolah maupun dinas pendidikan yang letaknya cukup jauh dari rumah. Ia juga belajar dengan giat agar nilai tetap baik sambil terus meyakinkan diri bahwa ia bisa kuliah.
Perjuangan itu semua membuahkan hasil yang manis dan menjadikan ia sebagai sosok yang tangguh dan mampu menghadapi persaingan. Rohinun berpesan kepada teman-teman yang ingin mengikuti jejaknya sebagai penerima KIP Kuliah untuk tidak takut melangkah dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi dan tetap percaya diri meskipun ada keterbatasan finasial dan juga keraguan dari orang sekitar.
Sejak tahun 2021, pemerintah melalui Kemendikbudristek menyalurkan beasiswa dalam bentuk KIP Kuliah bagi masyarakat kurang mampu sebagai upaya pemerataan akses pendidikan. Kebijakan tersebut berlaku bagi seluruh perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Program ini merupakan pengembangan dari program Bidikmisi yang sudah digulirkan pemerintah sejak tahun 2011.
Wakil Rektor UGM, Arie Sarjito mengatakan bahwa mahasiswa UGM penerima beasiswa program KIP Kuliah sebanyak 6,666 mahasiswa pada tahun angkatan 2023/2024. “KIP Kuliah merupakan bagian dari komitmen negara dalam pemerataan pendidikan. UGM sebagai perguruan tinggi secara moral juga punya tanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa”, jelasnya.
Ia melanjutkan pemanfaatan KIP Kuliah harus sampai dengan benar ke penerimanya. “UGM harus mendidik, melayani dan membantu para mahasiswa penerima KIP Kuliah karena tak bisa dipungkiri bahwa ada kesenjangan dalam berbagai hal antara mahasiswa penerima KIP Kuliah dan mahasiswa lainnya,” pungkas Arie. (Rona Ully/ Editor: Denis S)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 417 kali
Editor :
Dilihat 417 kali