Telusuri Kekayaan Historis dan Budaya Kepulauan Selayar, Muhibah Budaya Jalur Rempah Kembali Digelar 24 November 2023 ← Back
Jakarta, 24 November 2023 – Ribuan tahun silam, rempah Nusantara menjadi pintu gerbang yang membawa kesenian, keyakinan, bahasa, tradisi, dan melahirkan begitu banyak akulturasi budaya yang terjadi hari ini. Aroma rempah mendasari para penjelajah dari penjuru dunia melakukan jelajah bahari untuk menemukan pulau rempah di Nusantara, yang kemudian membentuk Jalur Rempah. Untuk melihat kembali berbagai jejak kekayaan budaya Nusantara yang ditinggalkan karena perdagangan rempah tersebut, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bekerja sama dengan TNI AL kembali menggelar Muhibah Budaya Jalur Rempah Tahun 2023.
Program ini merupakan sebuah pelayaran dengan Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci mengarungi lintas samudra, menyusuri titik-titik rempah di Indonesia sebagai penegasan ketersambungan daerah-daerah dan konektivitas historis Indonesia melalui Jalur Rempah.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti, mengatakan, “Dengan menggunakan KRI Dewaruci, Muhibah Budaya Jalur Rempah tahun ini akan mengarungi Surabaya (Jawa Timur) menuju Kepulauan Selayar (Sulawesi Selatan), mulai 24 November 2023 hingga 28 November 2023.”
Irini menjelaskan, Muhibah Budaya Jalur Rempah bertujuan untuk menumbuhkembangkan kecintaan dan kesadaran generasi muda agar terus mencintai sejarah, kearifan lokal, serta keragaman budaya warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah, lanjut Irini, menjadi simbol bangsa Indonesia membangun hubungan budaya, baik pada masyarakat di kepulauan-kepulauan Nusantara, bahkan hingga belahan dunia.
Antusiasme Peserta
Pelayaran ini membawa 50 orang peserta yang terdiri dari peneliti, media, influencers, dan 20 anak-anak muda yang telah terpilih melalui seleksi. “Antusias dari para peserta yang terdiri dari generasi muda mulai dari tahun 2022 dan 2023 ini menjadi bukti nyata untuk mendukung Jalur Rempah sebagai warisan dunia ke UNESCO. Walaupun proses seleksi peserta hanya dibuka selama empat hari, total pendaftar untuk mengikuti pelayaran ini mencapai 535 orang,” ujarnya. Sejumlah peserta yang terpilih merupakan mereka yang memiliki prestasi, baik akademik maupun non-akademik, dan yang aktif di media sosial. Harapannya, peserta bisa mempromosikan Jalur Rempah ke masyarakat luas melalui media sosialnya masing-masing dalam bentuk foto, video, dan tulisan.
Selama perjalanan empat hari di atas kapal, akan ada pembekalan dan diskusi terkait kemaritiman, sejarah, dan potensi budaya Kepulauan Selayar pada masa lalu. Para tokoh atau pembicara yang akan berbagi ilmunya di atas kapal, di antaranya Idham Bachtiar Setiadi (Antropolog), Taqyuddin (Dosen Geografi Universitas Indonesia), Abdul Rahman Hamid (Sejarawan), Seto Nurseto (Peneliti Kuliner Indonesia), Dicky Bisinglasi (Fotografer), dan Ramon Y. Tungka (Influencer). Pelepasan pelayaran KRI Dewaruci dilaksanakan di Dermaga Madura Tengah Koarmada II Surabaya, Jawa Timur, 24 November 2023.
Sesampainya di Selayar, seluruh peserta akan diajak menelusuri berbagai jejak historis dan kearifan lokal Kepulauan Selayar melalui Festival Kelapaku Budayaku, Lautku Kehidupanku dari 28 November s.d. 1 Desember 2023. Pada festival ini, peserta bisa menyaksikan kekayaan budaya Kepulauan Selayar, mulai dari Ritual A’runtung, Attojeng, Anjoro Tahuni, Abokong Burane, Ritual Assulo Massal, serta mengunjungi Museum Nekara untuk melihat jejak perdagangan rempah masa silam, yaitu nekara perunggu dan jangkar kuno.
Peran Kepulauan Selayar dalam Perdagangan Rempah
Dipilihnya Kepulauan Selayar sebagai tujuan Muhibah Budaya Jalur Rempah tidak lepas dari peran penting Selayar dalam perdagangan rempah Nusantara, terutama pada abad 17–18 masehi. Selayar, yang terletak di ujung selatan Pulau Sulawesi, memiliki sejarah peradaban budaya yang menarik dan corak budaya yang berbeda dengan daerah lain. Sumber daya alamnya yang berupa kelapa pernah menjadi “emas” dalam kehidupan masyarakat Selayar.
Sekitar tahun 1880, untuk pertama kalinya kopra dari Selayar dikirim ke Eropa lewat Makassar. Masa itu menjadi keemasan kopra di Selayar sehingga keberadaan kelapa juga melambangkan status sosial. Potensi kelapa yang melimpah membuat Selayar menjadi titik singgah kapal dagang dari berbagai belahan dunia. Hampir semua masyarakat Selayar memiliki aktivitas pengolahan kelapa sebagai mata pencaharian hidup dan menjadikan kelapa sebagai bahan utama kebutuhan pokok mereka. Sampai hari ini, kelapa dimanfaatkan sebagai minyak goreng, makanan tradisional, hingga menjadi bahan pengobatan tradisional.
“Muhibah Budaya Jalur Rempah ini bukan untuk membuat kita terjebak dalam romantisme sejarah, melainkan sebagai upaya revitalisasi nilai budaya rempah yang bermanfaat untuk masa kini dan masa depan,” tegas Irini.
Sekilas Muhibah Budaya Jalur Rempah
Muhibah Budaya Jalur Rempah pertama kali dihelat pada tahun 2022. Bersama KRI Dewaruci yang merupakan kapal latih TNI Angkatan Laut, pelayaran dimulai dari 1 Juni 2022 dan berakhir pada 2 Juli 2022 dengan mengarungi lintas samudra menyusuri enam titik Jalur Rempah: 1) Surabaya, 2) Makassar, 3) Baubau-Buton, 4) Ternate-Tidore, 5) Banda, dan 6) Kupang.
Keunikan program ini salah satunya bisa dilihat dari peserta dan rute pelayaran yang berbeda tiap tahunnya. Peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 atau yang disebut dengan Laskar Rempah merupakan pemuda-pemudi yang dipilih dari 34 provinsi di Indonesia berjumlah 147 orang. Mereka dibagi menjadi empat kelompok (batch), yaitu Lada (35 orang) dengan rute pelayaran Surabaya-Makassar, Cengkeh (37 orang) rute pelayarannya Makassar-Baubau-Buton-Ternate, dan Tidore, Pala (37 orang) menyusuri Ternate-Tidore-Banda Neira-Kupang. Terakhir, Cendana (38 orang) berlayar dengan rute Kupang-Surabaya. Di setiap kelompok pelayaran, ada media nasional dan mentor yang mendampingi dan memberikan materi terkait budaya maritim dan Jalur Rempah secara umum.
Program Muhibah Budaya Jalur Rempah memberikan pengalaman komprehensif bagi peserta selama kegiatan berlangsung. Peserta bisa merasakan rutinitas pelaut seperti olahraga, ibadah, dan aktivitas rutin lainnya di atas kapal, diberikan materi kemaritiman, materi narasi Jalur Rempah dan potensi sumber daya Pulau Selayar, serta bedah KRI Dewaruci. Dalam perjalanan ini, peserta menyusun catatan perjalanan masing-masing setiap harinya dan diserahkan ke panitia.
Program ini memberikan dampak tular (multiplier effect) yang kuat, terutama di titik yang disinggahi KRI Dewaruci. Untuk itu, diharapkan kesadaran terkait Jalur Rempah akan terus menjalar ke kota dan wilayah lainnya di Indonesia dan bahkan dunia. (Penulis: Tim Dit. PPK / Editor: Stephanie W.)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 663/sipres/A6/XI/2023
Program ini merupakan sebuah pelayaran dengan Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci mengarungi lintas samudra, menyusuri titik-titik rempah di Indonesia sebagai penegasan ketersambungan daerah-daerah dan konektivitas historis Indonesia melalui Jalur Rempah.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti, mengatakan, “Dengan menggunakan KRI Dewaruci, Muhibah Budaya Jalur Rempah tahun ini akan mengarungi Surabaya (Jawa Timur) menuju Kepulauan Selayar (Sulawesi Selatan), mulai 24 November 2023 hingga 28 November 2023.”
Irini menjelaskan, Muhibah Budaya Jalur Rempah bertujuan untuk menumbuhkembangkan kecintaan dan kesadaran generasi muda agar terus mencintai sejarah, kearifan lokal, serta keragaman budaya warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah, lanjut Irini, menjadi simbol bangsa Indonesia membangun hubungan budaya, baik pada masyarakat di kepulauan-kepulauan Nusantara, bahkan hingga belahan dunia.
Antusiasme Peserta
Pelayaran ini membawa 50 orang peserta yang terdiri dari peneliti, media, influencers, dan 20 anak-anak muda yang telah terpilih melalui seleksi. “Antusias dari para peserta yang terdiri dari generasi muda mulai dari tahun 2022 dan 2023 ini menjadi bukti nyata untuk mendukung Jalur Rempah sebagai warisan dunia ke UNESCO. Walaupun proses seleksi peserta hanya dibuka selama empat hari, total pendaftar untuk mengikuti pelayaran ini mencapai 535 orang,” ujarnya. Sejumlah peserta yang terpilih merupakan mereka yang memiliki prestasi, baik akademik maupun non-akademik, dan yang aktif di media sosial. Harapannya, peserta bisa mempromosikan Jalur Rempah ke masyarakat luas melalui media sosialnya masing-masing dalam bentuk foto, video, dan tulisan.
Selama perjalanan empat hari di atas kapal, akan ada pembekalan dan diskusi terkait kemaritiman, sejarah, dan potensi budaya Kepulauan Selayar pada masa lalu. Para tokoh atau pembicara yang akan berbagi ilmunya di atas kapal, di antaranya Idham Bachtiar Setiadi (Antropolog), Taqyuddin (Dosen Geografi Universitas Indonesia), Abdul Rahman Hamid (Sejarawan), Seto Nurseto (Peneliti Kuliner Indonesia), Dicky Bisinglasi (Fotografer), dan Ramon Y. Tungka (Influencer). Pelepasan pelayaran KRI Dewaruci dilaksanakan di Dermaga Madura Tengah Koarmada II Surabaya, Jawa Timur, 24 November 2023.
Sesampainya di Selayar, seluruh peserta akan diajak menelusuri berbagai jejak historis dan kearifan lokal Kepulauan Selayar melalui Festival Kelapaku Budayaku, Lautku Kehidupanku dari 28 November s.d. 1 Desember 2023. Pada festival ini, peserta bisa menyaksikan kekayaan budaya Kepulauan Selayar, mulai dari Ritual A’runtung, Attojeng, Anjoro Tahuni, Abokong Burane, Ritual Assulo Massal, serta mengunjungi Museum Nekara untuk melihat jejak perdagangan rempah masa silam, yaitu nekara perunggu dan jangkar kuno.
Peran Kepulauan Selayar dalam Perdagangan Rempah
Dipilihnya Kepulauan Selayar sebagai tujuan Muhibah Budaya Jalur Rempah tidak lepas dari peran penting Selayar dalam perdagangan rempah Nusantara, terutama pada abad 17–18 masehi. Selayar, yang terletak di ujung selatan Pulau Sulawesi, memiliki sejarah peradaban budaya yang menarik dan corak budaya yang berbeda dengan daerah lain. Sumber daya alamnya yang berupa kelapa pernah menjadi “emas” dalam kehidupan masyarakat Selayar.
Sekitar tahun 1880, untuk pertama kalinya kopra dari Selayar dikirim ke Eropa lewat Makassar. Masa itu menjadi keemasan kopra di Selayar sehingga keberadaan kelapa juga melambangkan status sosial. Potensi kelapa yang melimpah membuat Selayar menjadi titik singgah kapal dagang dari berbagai belahan dunia. Hampir semua masyarakat Selayar memiliki aktivitas pengolahan kelapa sebagai mata pencaharian hidup dan menjadikan kelapa sebagai bahan utama kebutuhan pokok mereka. Sampai hari ini, kelapa dimanfaatkan sebagai minyak goreng, makanan tradisional, hingga menjadi bahan pengobatan tradisional.
“Muhibah Budaya Jalur Rempah ini bukan untuk membuat kita terjebak dalam romantisme sejarah, melainkan sebagai upaya revitalisasi nilai budaya rempah yang bermanfaat untuk masa kini dan masa depan,” tegas Irini.
Sekilas Muhibah Budaya Jalur Rempah
Muhibah Budaya Jalur Rempah pertama kali dihelat pada tahun 2022. Bersama KRI Dewaruci yang merupakan kapal latih TNI Angkatan Laut, pelayaran dimulai dari 1 Juni 2022 dan berakhir pada 2 Juli 2022 dengan mengarungi lintas samudra menyusuri enam titik Jalur Rempah: 1) Surabaya, 2) Makassar, 3) Baubau-Buton, 4) Ternate-Tidore, 5) Banda, dan 6) Kupang.
Keunikan program ini salah satunya bisa dilihat dari peserta dan rute pelayaran yang berbeda tiap tahunnya. Peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 atau yang disebut dengan Laskar Rempah merupakan pemuda-pemudi yang dipilih dari 34 provinsi di Indonesia berjumlah 147 orang. Mereka dibagi menjadi empat kelompok (batch), yaitu Lada (35 orang) dengan rute pelayaran Surabaya-Makassar, Cengkeh (37 orang) rute pelayarannya Makassar-Baubau-Buton-Ternate, dan Tidore, Pala (37 orang) menyusuri Ternate-Tidore-Banda Neira-Kupang. Terakhir, Cendana (38 orang) berlayar dengan rute Kupang-Surabaya. Di setiap kelompok pelayaran, ada media nasional dan mentor yang mendampingi dan memberikan materi terkait budaya maritim dan Jalur Rempah secara umum.
Program Muhibah Budaya Jalur Rempah memberikan pengalaman komprehensif bagi peserta selama kegiatan berlangsung. Peserta bisa merasakan rutinitas pelaut seperti olahraga, ibadah, dan aktivitas rutin lainnya di atas kapal, diberikan materi kemaritiman, materi narasi Jalur Rempah dan potensi sumber daya Pulau Selayar, serta bedah KRI Dewaruci. Dalam perjalanan ini, peserta menyusun catatan perjalanan masing-masing setiap harinya dan diserahkan ke panitia.
Program ini memberikan dampak tular (multiplier effect) yang kuat, terutama di titik yang disinggahi KRI Dewaruci. Untuk itu, diharapkan kesadaran terkait Jalur Rempah akan terus menjalar ke kota dan wilayah lainnya di Indonesia dan bahkan dunia. (Penulis: Tim Dit. PPK / Editor: Stephanie W.)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 663/sipres/A6/XI/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 792 kali
Editor :
Dilihat 792 kali