Merdeka Belajar Menempatkan Indonesia pada Jalur yang Menjanjikan untuk Perbaikan Lebih Lanjut 08 Desember 2023 ← Back
Jakarta, 8 Desember 2023 – Direktur untuk Pendidikan dan Keterampilan, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Cooperation and Development, OECD), Andreas Schleicher memuji ketangguhan sistem pendidikan Indonesia, terutama di saat pandemi Covid-19. Hal tersebut disampaikan Andreas melalui pesan video pada Peluncuran Hasil PISA 2022 di Jakarta (05/12/2023).
Andreas juga memuji peran guru di Indonesia yang memberi dukungan yang baik bagi para siswa Indonesia dan secara umum berhasil mempertahankan kualitas hasil pembelajaran. “Siswa di Indonesia melaporkan mereka banyak mendapatkan dukungan dari guru mereka selama pandemi,” jelas Andreas.
Lebih lanjut, peran orang tua tidak dapat dipungkiri dan menjadi salah satu hal yang berpengaruh kepada kualitas pembelajaran. ”Di Indonesia, keterlibatan orang tua telah meningkat selama beberapa tahun terakhir dan menarik bahwa semakin banyak orang tua yang memulai dialog dan komunikasi tentang anak mereka dengan sekolah, dan semakin banyak pula guru yang memulai dialog tersebut dengan orang tua,” kata Andreas.
Di sisi lain, siswa Indonesia juga merupakan siswa yang tangguh. “Siswa Indonesia menunjukkan rasa memiliki yang kuat di sekolah dan mudah berteman serta berkolaborasi, sesuatu yang sangat penting di zaman sekarang. Siswa Indonesia juga menyampaikan bahwa mereka dapat memotivasi diri mereka sendiri untuk belajar mandiri, jauh lebih tinggi di Indonesia dibandingkan rata-rata negara OECD,” jelas Andreas.
Andreas melihat masa depan yang menjanjikan bagi Indonesia melalui reformasi yang saat ini sedang terus diupayakan. Karena transformasi berada di jalur yang benar, kolaborasi yang ditingkatkan diperlukan untuk memastikan kelanjutan gerakan transformatif. “Saya yakin Merdeka Belajar menempatkan Indonesia pada jalur yang menjanjikan untuk perbaikan lebih lanjut,” tegas Andreas.
Lebih lanjut Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menjelaskan sejak tahun 2000 Indonesia mengikuti program PISA secara sukarela. “Keikutsertaan dalam PISA menunjukkan komitmen Kemendikbudristek untuk menggunakan data kualitas pembelajaran dalam perencanaan dan evaluasi kebijakan. Dengan mengikuti PISA, kita bisa memantau kondisi pendidikan kita secara longitudinal sejak 2000, dan membandingkan dengan negara-negara lain," tutur Anindito.
Jika dikaitkan dengan kebijakan kurikulum, Anindito menjelaskan bahwa sampel PISA 2022 diambil sebelum Kurikulum Merdeka diterapkan secara luas. “Pada 2021 Kurikulum Merdeka baru diterapkan terbatas sebagai prototipe di 3000-an sekolah. Baru pada Agustus 2022 ada cukup banyak sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka secara sukarela. Survei PISA sendiri dilaksanakan Mei-Juni 2022, sebelum penerapan Kurikulum Merdeka secara luas. Jadi sampel PISA 2022 tidak mencakup sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka, sehingga hasilnya tidak bisa dipakai mengukur dampak implementasi Kurikulum Merdeka,” jelas Anindito. (Tim Kemendikbudristek/Editor: Denty)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 708/sipres/A6/XII/2023
Andreas juga memuji peran guru di Indonesia yang memberi dukungan yang baik bagi para siswa Indonesia dan secara umum berhasil mempertahankan kualitas hasil pembelajaran. “Siswa di Indonesia melaporkan mereka banyak mendapatkan dukungan dari guru mereka selama pandemi,” jelas Andreas.
Lebih lanjut, peran orang tua tidak dapat dipungkiri dan menjadi salah satu hal yang berpengaruh kepada kualitas pembelajaran. ”Di Indonesia, keterlibatan orang tua telah meningkat selama beberapa tahun terakhir dan menarik bahwa semakin banyak orang tua yang memulai dialog dan komunikasi tentang anak mereka dengan sekolah, dan semakin banyak pula guru yang memulai dialog tersebut dengan orang tua,” kata Andreas.
Di sisi lain, siswa Indonesia juga merupakan siswa yang tangguh. “Siswa Indonesia menunjukkan rasa memiliki yang kuat di sekolah dan mudah berteman serta berkolaborasi, sesuatu yang sangat penting di zaman sekarang. Siswa Indonesia juga menyampaikan bahwa mereka dapat memotivasi diri mereka sendiri untuk belajar mandiri, jauh lebih tinggi di Indonesia dibandingkan rata-rata negara OECD,” jelas Andreas.
Andreas melihat masa depan yang menjanjikan bagi Indonesia melalui reformasi yang saat ini sedang terus diupayakan. Karena transformasi berada di jalur yang benar, kolaborasi yang ditingkatkan diperlukan untuk memastikan kelanjutan gerakan transformatif. “Saya yakin Merdeka Belajar menempatkan Indonesia pada jalur yang menjanjikan untuk perbaikan lebih lanjut,” tegas Andreas.
Lebih lanjut Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menjelaskan sejak tahun 2000 Indonesia mengikuti program PISA secara sukarela. “Keikutsertaan dalam PISA menunjukkan komitmen Kemendikbudristek untuk menggunakan data kualitas pembelajaran dalam perencanaan dan evaluasi kebijakan. Dengan mengikuti PISA, kita bisa memantau kondisi pendidikan kita secara longitudinal sejak 2000, dan membandingkan dengan negara-negara lain," tutur Anindito.
Jika dikaitkan dengan kebijakan kurikulum, Anindito menjelaskan bahwa sampel PISA 2022 diambil sebelum Kurikulum Merdeka diterapkan secara luas. “Pada 2021 Kurikulum Merdeka baru diterapkan terbatas sebagai prototipe di 3000-an sekolah. Baru pada Agustus 2022 ada cukup banyak sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka secara sukarela. Survei PISA sendiri dilaksanakan Mei-Juni 2022, sebelum penerapan Kurikulum Merdeka secara luas. Jadi sampel PISA 2022 tidak mencakup sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka, sehingga hasilnya tidak bisa dipakai mengukur dampak implementasi Kurikulum Merdeka,” jelas Anindito. (Tim Kemendikbudristek/Editor: Denty)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 708/sipres/A6/XII/2023
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 694 kali
Editor :
Dilihat 694 kali