Prioritas Revitalisasi KCBN Muarajambi Berfokus pada Aktivasi Kegiatan Pendidikan 04 Februari 2024 ← Back
Jambi, Kemendikbudristek - Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengusung konsep harmonisasi keaslian Cagar Budaya dengan ekosistem alam. Konsep penataan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara budaya dan alam. Kawasan ini memiliki bentuk lanskap yang unik, menyerupai taman dengan keberadaan kanal, danau, dan kolam.
Langkah menuju revitalisasi ini diawali dengan melakukan pemetaan wilayah dan membebaskan 130 hektare lahan yang memiliki struktur bata dari kompleks candi tersebut. Pembebasan lahan ini juga dilakukan untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati. Proses revitalisasi tahun 2022 sudah sampai pada perencanaan dan pemugaran terhadap empat struktur, yaitu Candi Paritduku, Candi Kotomahligai, Candi Teluk 1, dan Candi Gedong 1.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan (Sesditjenbud), Fitra Arda menargetkan pembangunan akan selesai pada tahun ini. Strategi yang akan dilakukan, di antaranya membangun berbagai fasilitas, seperti pusat informasi yang mirip dengan museum sehingga pengunjung bisa berwisata sambil belajar. Selain itu, kawasan ini juga akan dibangun menjadi objek penelitian dari berbagai disiplin ilmu, seperti arkeologi, sejarah, antropologi, dan keanekaragaman hayati.
Prioritas dalam agenda revitalisasi ini tidak bertumpu pada wujud fisik, namun lebih berupa aktivasi kegiatan pendidikan di kawasan percandian. Nantinya, kawasan ini akan dibangun sejumlah fasilitas yang bisa mendukung kegiatan pendidikan bagi masyarakat untuk mempelajari berbagai hal terkait KCBN Muarajambi. Mulai dari pembelajaran tentang sejarah, arsitektur, biologi, lingkungan hingga budaya yang melekat di dalamnya.
Prioritas lainnya yaitu penataan lanskap percandian melalui kegiatan normalisasi kanal, yaitu menata kawasan candi agar terhubung satu sama lain, sebagaimana lanskap kawasan ini yang terhubung melalui kanal-kanal air di masa lalu.
Perhatian utama dalam revitalisasi juga tertuju pada penguatan ekosistem ekonomi masyarakat. Fitra menekankan bahwa pengembangan KCBN Muarajambi tak terpisah dengan pemajuan masyarakat di desa sekitar.
“Hal yang tidak kalah penting adalah memberdayakan masyarakat sekitar dalam pengembangan ekonomi kerakyatan sehingga masyarakat juga dapat memperoleh manfaatnya”, ucap Fitra.
Strategi ini dilakukan untuk membangun sinergi ekosistem antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan stakeholder, seperti Balai Pelestarian Kebudayaan dan Indonesian Heritage Agency (IHA). Kolaborasi yang inklusif ini diyakini dapat memperluas dampak dari revitalisasi KCBN Muarajambi.
Direktorat Jenderal Kebudayaan juga menggaet media nasional untuk membantu mempromosikan situs ini sebagai saksi sejarah serta sumber inspirasi dan pembelajaran bagi generasi mendatang. Keterlibatan stakeholder juga diperlukan untuk meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya pelestarian Cagar Budaya.*** (Penulis: Nadia Faradina, Tim BPK V Jambi /Editor: Denty A.)
Langkah menuju revitalisasi ini diawali dengan melakukan pemetaan wilayah dan membebaskan 130 hektare lahan yang memiliki struktur bata dari kompleks candi tersebut. Pembebasan lahan ini juga dilakukan untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati. Proses revitalisasi tahun 2022 sudah sampai pada perencanaan dan pemugaran terhadap empat struktur, yaitu Candi Paritduku, Candi Kotomahligai, Candi Teluk 1, dan Candi Gedong 1.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan (Sesditjenbud), Fitra Arda menargetkan pembangunan akan selesai pada tahun ini. Strategi yang akan dilakukan, di antaranya membangun berbagai fasilitas, seperti pusat informasi yang mirip dengan museum sehingga pengunjung bisa berwisata sambil belajar. Selain itu, kawasan ini juga akan dibangun menjadi objek penelitian dari berbagai disiplin ilmu, seperti arkeologi, sejarah, antropologi, dan keanekaragaman hayati.
Prioritas dalam agenda revitalisasi ini tidak bertumpu pada wujud fisik, namun lebih berupa aktivasi kegiatan pendidikan di kawasan percandian. Nantinya, kawasan ini akan dibangun sejumlah fasilitas yang bisa mendukung kegiatan pendidikan bagi masyarakat untuk mempelajari berbagai hal terkait KCBN Muarajambi. Mulai dari pembelajaran tentang sejarah, arsitektur, biologi, lingkungan hingga budaya yang melekat di dalamnya.
Prioritas lainnya yaitu penataan lanskap percandian melalui kegiatan normalisasi kanal, yaitu menata kawasan candi agar terhubung satu sama lain, sebagaimana lanskap kawasan ini yang terhubung melalui kanal-kanal air di masa lalu.
Perhatian utama dalam revitalisasi juga tertuju pada penguatan ekosistem ekonomi masyarakat. Fitra menekankan bahwa pengembangan KCBN Muarajambi tak terpisah dengan pemajuan masyarakat di desa sekitar.
“Hal yang tidak kalah penting adalah memberdayakan masyarakat sekitar dalam pengembangan ekonomi kerakyatan sehingga masyarakat juga dapat memperoleh manfaatnya”, ucap Fitra.
Strategi ini dilakukan untuk membangun sinergi ekosistem antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan stakeholder, seperti Balai Pelestarian Kebudayaan dan Indonesian Heritage Agency (IHA). Kolaborasi yang inklusif ini diyakini dapat memperluas dampak dari revitalisasi KCBN Muarajambi.
Direktorat Jenderal Kebudayaan juga menggaet media nasional untuk membantu mempromosikan situs ini sebagai saksi sejarah serta sumber inspirasi dan pembelajaran bagi generasi mendatang. Keterlibatan stakeholder juga diperlukan untuk meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya pelestarian Cagar Budaya.*** (Penulis: Nadia Faradina, Tim BPK V Jambi /Editor: Denty A.)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1029 kali
Editor :
Dilihat 1029 kali