Acara Harmony Day Jadi Ajang Kenalkan Kebudayaan Indonesia di Canberra 23 Maret 2024 ← Back
Canberra, Kemendikbudristek – Harmony Day merupakan acara tahunan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah di Australia. Harmony day adalah hari untuk merayakan keragaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat Australia. Perayaan Harmony Day di sekolah bertujuan untuk mengenalkan kepada siswa mengenai keragaman budaya dari berbagai negara dan mengajarkan mereka mengenai hidup harmoni dalam keragaman.
Dalam perayaan Harmony Day di Hughes Primary School pada Jumat (22/03), kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra turut berpartisipasi mengenalkan kebudayaan Indonesia lewat pembukaan stan yang berisi kuliner, pakaian adat, angklung, dan topeng kayu khas Indonesia.
Melalui stan Indonesia para siswa dikenalkan dengan kue bolu koja, klepon, dan kue lapis yang merupakan jajanan khas Indonesia. Tidak lupa mereka juga diberi kesempatan untuk mencicipi makanan tersebut.
Siswa Hughes Primary School dari kelas 1 sampai 6 secara bergantian mendatangi stan Indonesia dan mendapatkan penjelasan mengenai Indonesia dan budaya Indonesia. Para siswa tampak sangat antusias untuk mencoba angklung, topeng, dan makanan. Rasa ingin tahu para siswa yang tinggi terlihat dari banyaknya pertanyaan mengenai angklung dan topeng yang mereka ajukan.
Acara Harmony Day di sekolah sendiri terdiri dari tiga bagian. Pertama parade pakaian adat khas masing-masing negara. Para siswa mengenakan pakaian dari beragam negara. Ada siswa yang mengenakan kebaya dan pakaian khas Jawa lengkap dengan blangkon.
Ada juga siswa yang mengenakan pakaian khas Jepang, Mongolia, Inggris dan negara Eropa lainnya. Setelah parade, para siswa berkunjung ke stan masing-masing negara yang berpartisipasi dalam Harmony Day. Selanjutnya para siswa menikmati penampilan seni budaya dari beragam negara.
Menurut Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, kehadiran KBRI di acara Harmony Day sekolah-sekolah di Canberra merupakan bagian dari program Indonesia Goes to School. Program ini dirancang khusus untuk mengenalkan para siswa di Australia mengenai Indonesia dan budaya Indonesia. Kegiatannya sendiri menurut Atdikbud Najib beragam, dari mulai pameran budaya, pelatihan tari dan musik tradisional Indonesia, bermain dengan permainan tradisional Indonesia, serta pertunjukan seni budaya di sekolah.
“Untuk acara Harmony Day di Hughes Primary School ini kantor Atdikbud melakukan pameran yang bertujuan mengenalkan Indonesia melalui makanan, pakaian dan alat musik. Hal ini merupakan bagian dari pengenalan awal. Jika para siswa tertarik untuk mengenal dan belajar lebih jauh, kita memfasilitasinya dengan mengundang mereka ke Balai Wisata Budaya di KBRI Canberra. Di sana kita bisa memberikan pelatihan tari, wayang, gamelan, angklung, bahkan membatik,” ujar Najib.
Atdikbud Najib berharap para siswa dapat memiliki kesan yang positif saat mendatangi stan Indonesia dan selanjutnya untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam mengenai budaya Indonesia para siswa mau datang ke KBRI Canberra untuk belajar budaya Indonesia. Selama ini, tambah Najib, sudah banyak sekolah yang mengirim siswanya ke Balai Wisata Budaya di KBRI Canberra. Pada tahun 2024 ini pun menurut Atdikbud sudah ada beberapa sekolah yang mengajukan permohonan untuk berkunjung ke Balai Wisata Budaya KBRI.
Para siswa Hughes Primary School mengaku tertarik dengan alat musik dan makanan Indonesia. Salah seorang siswa mengatakan kue bolu koja dan klepon enak sekali. Ia mengaku baru merasakan makanan sejenis klepon ini, karena makanan tersebut tidak pernah ada dalam daftar menu makanan keluarga Australia.
Sementara itu, siswa kelas 4 bernama Avi, merasa kagum dengan keragaman pakaian dan alat musik Indonesia. Setelah mencoba wayang dan angklung, Avi dengan gembira mengucapkan terima kasih telah dikenalkan dengan Indonesia.
Selain KBRI, beberapa kantor perwakilan negara lain di Canberra juga turut berpartisipasi dalam Harmony Day di Hughes Primary School, antara lain Jepang, Mongolia, New Zealand, dan Inggris. Masing-masing negara memamerkan kekhasan budayanya masing-masing. Seperti Jepang, selain menampilkan pakaian adatnya, mereka juga menampilkan permainan tradisional yang biasa dimainkan anak-anak Jepang. (Atdikbud Canberra/Editor: Andrew Fangidae, Rayhan Parady)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1791 kali
Editor :
Dilihat 1791 kali