Cerita Satuan Pendidikan Setelah Menggunakan Awan Penggerak  16 Maret 2024  ← Back



Jakarta, Kemendikbudristek
— Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi  (Kemendikbudristek) RI menggelar telekonferensi bersama 4 narasumber dari berbagai daerah. Dalam kesempatan tersebut, keempat narasumber memberikan penjelasan bagaimana pemanfaatan Awan Penggerak bagi pendidikan di daerah masing-masing. Mereka adalah Sumbo S. Sundoy, Barbalina Aifufu, Yohanes Fandy Putra Wiliam Wowor, dan Nuvis Malodiana; yang melakukan telekonferensi dengan Dirjen GTK, Nunuk Suryani di sela-sela Perilisan Awan Penggerak di Gedung A, Kemendikbudristek RI Senayan, Jakarta, Kamis (14/3).
 
Perwakilan guru dari SMPN Abun Kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya, Sumbo S Sundoy menceritakan latar belakang keinginan menggunakan Awan Penggerak di sekolahnya. “Awan Penggerak adalah sebuah aplikasi yang dimodifikasi dari platform Merdeka Mengajar secara offline yang memiliki manfaat untuk bisa mengakses pembelajaran. Awan Penggerak menjadi solusi atas keinginan mendapat (kualitas) pembelajaran seperti di kota untuk belajar secara online sehingga kami juga bisa mengejar ketertinggalan dalam mengakses belajar mandiri,” ucap Sumbo.
 
Ia juga menjelaskan praktik baik yang dilakukan dalam mengimplementasikan Awan Penggerak bagi SMPN Abun, yaitu membentuk komunitas belajar dalam Awan Penggerak yang melibatkan sekolah-sekolah di lingkungan terdekat. Dengan demikian, masing-masing sekolah dapat mengatur jadwal pembelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai fitur video pembelajaran.
 
Tak hanya itu, satuan pendidikan juga dapat membentuk komunitas khusus di sekolah. Komunitas di SMPN Abun menjadi wadah untuk melaksanakan Profil Pelajar Pancasila. Banyak aktivitas yang dapat dilakukan dengan membuat projek yang bertema kearifan lokal yaitu menganyam tikar dan membentuk tema demokrasi yaitu pembentukan posis.
 
Narasumber berikutnya yaitu Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat, Daya Barbalina Aifufu. Ia menjelaskan dampak yang dirasakan sekolah atas penggunaan Awan Penggerak.  
Seperti tumbuhnya motivasi untuk belajar bersama pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) lewat Awan Penggerak.
 
Melalui kesempatan ini pula, terbentuk komunitas belajar yang ada di Sorong Selatan dan ada peningkatan keterampilan para guru dalam menggunakan laptop atau perangkat IT (Information Technology) lainnya. Menurutnya, dampak positif bagi dinas pendidikan adalah meningkatnya kolaborasi antara dinas pendidikan dengan sekolah terkait program yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.
 
“Dinas pendidikan siap untuk membantu kelancaran program, Awan Penggerak supaya menjadi solusi yang terbaik bagi pelosok yang terpencil,” ujar Barbalina Aifufu antusias.
 
Narasumber selanjutnya yaitu perwakilan guru dari SMPN 2 Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Yohanes Fandy Putra Wiliam Wowor. Ia menjelaskan bahwa pemanfaatan Awan Penggerak menjadi solusi atas implementasi Kurikulum Merdeka di pelosok. Setelah memakai Awan Penggerak maka guru-guru di sekolah menjadi lebih mudah memperkaya wawasannya.
 
“Di dalam Awan Penggerak terdapat konten-konten mengenai Kurikulum Merdeka seperti video pembelajaran, bahan ajar, dan praktik aksi nyatanya. Para guru mengerjakan aksi nyata dibarengi praktik baik di dalam pembelajaran mereka masing-masing. Jadi Awan Penggerak ini sangat bermanfaat bagi guru-guru yang ada di pelosok karena mereka lebih tahu mengenai Kurikulum Merdeka sehingga kapasitas mereka tidak tertinggal dengan guru-guru yang ada di perkotaan,” pungkasnya.
 
Yohanes juga menjelaskan dampak positif setelah menggunakan Awan Penggerak yaitu guru-guru semakin termotivasi dan bersemangat untuk mempelajari hal-hal atau bidang-bidang yang berkaitan dengan IT (Information Technology). Setelah ada Awan Penggerak mereka berbondong-bondong atau saling mengejar untuk mengerjakan modul dan saling bersaing secara sehat.
 
Ketika berdiskusi di dalam komunitas belajar, masing-masing guru memaparkan sudah sejauh mana modul yang mereka pelajari dan aksi nyata yang sudah mereka buat. “Sehingga di dalam sekolah atau satuan pendidikan kami dapat berkolaborasi bagaimana untuk memajukan pendidikan di sekolah kami lewat Awan Penggerak tersebut,” imbuhnya.
 
Pembicara terakhir, dari SMPN 4 Krui Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, Nuvis Malodiana, menyampaikan bahwa dalam Awan Penggerak ada banyak informasi yang bisa menjadi inspirasi dan bisa di adopsi dalam pembelajaran, tentunya untuk implementasi Kurikulum Merdeka. 
 
“Jadi bisa kita atur dengan melalui komunitas belajar di sekolah guru-guru untuk bisa sama-sama belajar tentang Kurikulum Merdeka. Bagaimana cara mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dan juga membahas soal buku-buku pembelajaran yang bisa diakses secara offline tanpa koneksi internet,” ucap Nuvis yang juga seorang Duta Teknologi.
 
Nuvis mengatakan Awan Penggerak sangat bermanfaat untuk sekolah-sekolah khususnya 3T yang BlackSpot. Di Lampung sendiri khususnya di Kabupaten Pesisir Barat, masih banyak daerah yang susah sinyal karena kondisi geografis. Selain itu, yang menjadi tantangan terbesar adalah sumber daya listrik sulit untuk menghidupkan perangkat. Di tahun 2023 ada banyak sekali guru yang sampai turun gunung agar bisa belajar tentang Kurikulum Merdeka. “Sungguh ini membutuhkan waktu dan effort yang luar biasa,” ungkapnya.
 
Ia berharap, Awan Penggerak bisa membantu sekolah-sekolah di daerah agar bisa tetap belajar di lingkungan mereka walaupun terkendala sinyal dan juga perangkat.*** (Penulis: Gitta, Afi/Editor: Denty A.)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1483 kali