Hasilkan Banyak Peluang, Stan Vokasi Tarik Perhatian Pebisnis di Pameran Business Matching Tahap VII  09 Maret 2024  ← Back


 
Denpasar, Kemendikbudristek - Pameran Business Matching Tahap VII Tahun 2024 yang berlangsung di Denpasar, Bali, pada 4 s.d. 7 Maret 2024 menjadi ajang  bergengsi bagi satuan pendidikan vokasi untuk memamerkan produk-produk inovasinya. Di antara banyaknya stan dari berbagai peserta, stan vokasi menjadi salah satu yang menarik perhatian para pengunjung yang datang dari berbagai kalangan, mulai dari pebisnis, industri, hingga pemangku kebijakan.
 
Total ada sekitar 182 stan yang turut dalam pameran bertema “Kemandirian Produk Dalam Negeri Menuju Indonesia Emas”. Stan-stan tersebut memamerkan berbagai macam produk dalam negeri yang berasal dari binaan Kementerian Perindustrian, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), serta Kementerian Pertahanan.
 
Pada pameran tersebut, keberhasilan satuan pendidikan vokasi dalam menghasilkan produk-produk lokal yang inovatif cukup menarik perhatian para pengunjung. Ini terbukti dari banyaknya pengunjung yang datang. Para pengunjung yang dari berasal kalangan pebisnis, industri, hingga pengambil kebijakan tersebut datang untuk mengeksplorasi peluang kolaborasi yang bisa dikerjakan bersama dengan satuan pendidikan vokasi yang terlibat.
 
Sekretaris Jenderal, Kemendikbudristek, Suharti, menyampaikan bahwa Pameran Business Matching Tahap VII Tahun 2024 menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) serta mewujudkan kemandirian bangsa. Keberhasilan gerakan tersebut diyakini dapat mendorong perkembangan industri dalam negeri, peningkatan lapangan kerja baru, penyerapan tenaga kerja, dan berbagai multiplier effect lainnya yang akan memperkuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
 
“Dalam rangka menyukseskan Gernas BBI, Kemendikbudristek meningkatkan pengembangan produk dalam negeri yang dilakukan oleh satuan pendidikan terutama SMK untuk menjadi produk usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi, serta meningkatkan pengembangan produk dalam negeri yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi untuk menjadi produk substitusi impor,” ucap Suharti dalam sambutannya pada acara Media Briefing, Senin (4/3).
 
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Kiki Yuliati, mengatakan bahwa sejak awal Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi terus berupaya memastikan relevansi lulusan vokasi untuk menjawab dan memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk dunia usaha dan dunia industri. Dirjen Kiki juga menambahkan bahwa dampak kegiatan sangat positif.
 
“Saat ini anak-anak vokasi bukan hanya belajar membuat dan melakukan praktik. Namun, mereka juga sudah memperhatikan bahwa kalau mereka memproduksi sesuatu ada kepentingan pelanggan yang harus dipikirkan. Dengan kesadaran tersebut, maka dampak positif tersebut juga dirasakan oleh perguruan tinggi. Pada level perguruan tinggi, riset yang mereka lakukan akan semakin maju dan berkualitas,” tambah Kiki.
 
Selanjutnya, Kiki berharap produksi vokasi terus berkembang, memproduksi karya secara massal, dipasarkan ke pasar industri, dan dipakai oleh masyarakat Indonesia.
 
“Kami diberi arahan oleh Menko Luhut agar ayo buat produksi yang lebih baik lagi, menyiapkan hasil inovasi ini agar dapat dipakai oleh masyarakat dengan tetap menjaga kualitas serta mematuhi perizinan yang ada,” ucap Kiki.
 
Sementara itu, Kepala SMKN 2 Salatiga, Sriyanto, menuturkan bahwa sepanjang pameran yang  berlangsung selama empat hari tersebut, setidaknya sudah ada lebih dari 10 pihak yang telah melakukan komunikasi untuk membahas kemungkinan-kemungkinan kerja sama. Pembicaraan awal kerja sama tersebut tidak hanya dari kalangan industri, tetapi juga berasal dari pemerintah daerah, hingga asosiasi.
 
“Rata-rata mereka ingin mengajak kerja sama untuk menghasilkan  produk-produk inovasi lokal, utamanya produk yang ramah disabilitas,” kata Sriyanto.
 
Menurut Sriyanto, awalnya para pengunjung tidak percaya jika produk yang ditampilkan merupakan buatan para siswa SMK. Akan tetapi, dengan suguhan bukti-bukti, para pengunjung justru kagum dan ingin membuka peluang kerja sama.
 
“Rata-rata mereka mengatakan jika anak vokasi bisa menghasilkan produk lokal yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kuncinya itu diberi kesempatan, kepercayaan, dan binaan,” ucap Sriyanto.
 
Selain Sriyanto, Kepala SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo, Bambang Sahana, juga mengatakan bahwa banyak pihak industri maupun pemerintah daerah yang berminat untuk mengajak kerja sama. Rata-rata mereka terkesima dengan produk inovasi yang dikembangkan para siswa dan berminat untuk mengembangkan produk inovasi bersama.
 
“Mereka rata-rata ingin membuat produk pengembangan dari apa yang sudah kami buat, kemudian dibuat sesuai dengan kebutuhan mereka. Misalnya, produk dibuat menjadi lebih ramah lingkungan, lebih ramah disabilitas, dan sebagainya,” kata Bambang.
 
Sebagai informasi, SMKN 2 Salatiga dan SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo merupakan perwakilan peserta dari SMK di pameran tersebut. Selain kedua SMK tersebut, ada juga SMK PPN Tanjungsari dengan produk kopi hasil perkebunan sekolah dan SMK NU Miftahul Huda dengan produk mesin moulding beserta hasil cetakan moulding.
 
Perwakilan lainnya adalah Politeknik Negeri Bali dengan produk inovasi We Care yang memiliki sistem telemedisin pemantauan kondisi tanda vital pasien pasca-rawat inap berbasis internet of things (IoT); Politeknik Negeri Semarang dengan inovasi Plug N Pay yang berfungsi untuk mempercepat proses konversi motor BBM ke listrik; dan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya dengan inovasi Water Quality Mater yang berfungsi sebagai alat untuk memantau kualitas air, motor listrik, dan Tulibot Smart Glasses yang berfungsi untuk memudahkan komunikasi penyandang disabilitas tunarungu.
 
Selain SMK dan perguruan tinggi vokasi, ada juga LKP Agung dengan kualitas tata riasnya, LKP CMC dengan produk animasi, dan LKP Filbert dengan produk kopi yang berhasil membuat para pengunjung terkesima.
 
Adnan, pengunjung dari Pemerintah Daerah Kotamobagu, Sulawesi Utara, menjadi salah satu pengunjung yang datang dan mengapresiasi produk-produk buatan siswa SMK dan mahasiswa politeknik. Menurutnya, produk-produk para siswa maupun mahasiswa yang tampil pada ajang tersebut sangat luar biasa.
 
“Ini menunjukkan bahwa pengajaran yang diterapkan di tiap jenjang pendidikan vokasi berhasil karena mereka diberikan kebebasan untuk bisa menghasilkan produk-produk inovasi bernilai jual tinggi,” tutup Adnan. (Tim Ditjen Vokasi/Editor: Rayhan Parady, Denty A.)
 
 

Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1470 kali