Sumbangan Kekayaan Karya dan Pemikiran A. A. Navis untuk Peradaban Indonesia dan Dunia 13 Maret 2024 ← Back
Padang, Kemendikbudristek –Menyusul penetapan Peringatan 100 Tahun A.A. Navis oleh UNESCO pada akhir tahun 2023, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengadakan serangkaian acara bertajuk “Robohnya Surau Kami dan Bangkitnya Sastra Indonesia.” Serangkaian acara yang akan diselenggarakan di 30 wilayah Balai dan Kantor Bahasa di seluruh Indonesia, di Jakarta, dan di Paris sepanjang tahun 2024 secara resmi diluncurkan pada acara peluncuran yang bertempat di Bagindo Aziz Chan Youth Center, Padang pada Sabtu (9/3).
Topik “Suara Kritis A.A. Navis” diusung dalam sesi gelar wicara pada acara peluncuran tersebut dengan menghadirkan empat narasumber yang membahas ragam dimensi A.A. Navis. Dosen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, Ivan Adilla, yang bertindak sebagai moderator memberikan kesempatan pertama kepada Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Itje Chodidjah, untuk menyampaikan cerita di balik penetapan Peringatan 100 Tahun A.A. Navis oleh UNESCO.
A.A. Navis menjadi salah satu tokoh Indonesia yang diajukan peringatan ulang tahunnya mengingat kontribusinya sebagai seorang sastrawan yang membahas isu-isu sosial dalam karya-karyanya. “Karya-karya sastra A.A. Navis dapat dibaca oleh pembaca di semua negara dan semua bangsa karena melihat kehidupan secara menyeluruh. Misalnya melalui cerpen “Kemarau” yang ditulisnya pada 1967, A.A. Navis sudah membahas isu yang hangat akhir-akhir ini, yaitu perubahan iklim,” cetus Itje. Kemampuannya menangkap dan merespons isu-isu sosial yang bersifat universal menjadikan A.A. Navis seorang sastrawan yang berkontribusi untuk peradaban dunia.
Sebagai narasumber kedua, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III, Undri, menggarisbawahi kontribusi A.A. Navis sebagai ‘intelektual par excellence’. Melalui ragam tulisannya, baik fiksi maupun non-fiksi, A.A. Navis tidak ragu dalam menyampaikan pandangan kritisnya terhadap berbagai isu yang ada di sekitarnya dalam konteks masyarakat Padang dan kebudayaan Minang maupun dalam konteks nasional. “A.A. Navis bisa menjadi pelopor, pendukung, penggerak, atau pengecam, tetapi ia tidak mau menjadi penonton yang pasif. Ia bertindak dan berbuat,” tegas Undri.
Lebih lanjut, Sudarmoko, dalam penyampaiannya mendalami relasi A.A. Navis dengan dunia sastra. Dosen Departemen Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas yang telah mengkaji karya-karya A.A. Navis dalam disertasinya di Universitas Leiden tersebut menekankan pentingnya peran penulis kelahiran Padangpanjang tersebut. Sebagai pengarang, Navis telah menulis lebih dari seribu tulisan berupa cerpen, puisi, esai, makalah, novel, editorial, dan lain-lain. “Selain menjadi pengarang, A.A. Navis juga merupakan seorang kritikus yang konsisten dalam melihat dan mengangkat posisi daerah dan lokalitas dalam kedudukannya dengan Sastra Indonesia atau lembaga-lembaga sastra yang hegemonik,” jelas Sudarmoko.
Turut hadir sebagai narasumber, Gemala Ranti yang merupakan putri kelima dari A.A. Navis memperkaya pembahasan tentang A.A. Navis dengan menjelaskan sosoknya sebagai orangtua. Ranti mengenang A.A. Navis sebagai seorang ayah yang senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada kedelapan anaknya. "Kami diajarkan untuk percaya diri, banyak hal yang kita merasa ajaran Bapak biasa saja menurut kami tapi dianggap orang sesuatu yang luar biasa. Misalnya kesantunan dalam berbicara, pentingnya menguasai pendidikan, kesehatan, dan agama yang juga sarat akan pelajaran dan nilai-nilai moral," urai Ranti. Pada kesempatan yang sama, Ranti mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Kemendikbudristek yang menginisiasi pengajuan A.A. Navis sebagai tokoh yang diperingati ulang tahunnya oleh UNESCO dan pelaksanaan rangkaian acara Peringatan 100 Tahun A.A. Navis.
Menyusul acara peluncuran yang diselenggarakan di kota Padang, peringatan 100 Tahun A.A. Navis akan dilaksanakan sepanjang tahun 2024 di tingkat daerah, nasional, dan internasional. Peringatan yang diselenggarakan di semua jenjang tersebut menunjukkan meningkatnya perhatian pemerintah terhadap Sastra Indonesia. Pada tataran daerah dan nasional, peringatan 100 Tahun A.A. Navis bertujuan untuk memperkenalkan kembali karya-karya dan pemikiran sastrawan besar tersebut. Sementara di tingkat internasional, kegiatan ini menjadi pintu masuk untuk membawa Sastra Indonesia ke tataran global. Penetapan sebagai salah satu agenda resmi di UNESCO memberikan peluang bagi bangsa Indonesia untuk memperkenalkan Sastra Indonesia di forum yang lebih luas dan terbuka.
Penyelenggaraan rangkaian peringatan 100 Tahun A.A. Navis juga menunjukkan kesiapan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan dalam upaya pemajuan bahasa dan sastra Indonesia. Diinisiasi oleh Kemendikbudristek, kegiatan ini juga melibatkan gotong royong dengan kementerian dan lembaga lain seperti Kementerian Luar Negeri, Perpustakaan Nasional, pemerintah daerah, serta komunitas sastra di seluruh Indonesia. Melalui peringatan 100 Tahun A.A. Navis, seluruh pemangku kepentingan tersebut menunjukkan komitmennya yang kuat untuk bersama-sama merayakan karya dan pemikiran tokoh sastrawan Indonesia yang diakui kontribusinya secara internasional sekaligus membawa Sastra Indonesia ke panggung global. Hal ini sejalan dengan politik bahasa kita, sebagaimana amanat UU Nomor 24 Tahun 2009, bahwa upaya internasionalisasi bahasa Indonesia (termasuk sastra Indonesia) harus terus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan.*** (Penulis: Dhianita/Editor: Tim Badan Bahasa)
Topik “Suara Kritis A.A. Navis” diusung dalam sesi gelar wicara pada acara peluncuran tersebut dengan menghadirkan empat narasumber yang membahas ragam dimensi A.A. Navis. Dosen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, Ivan Adilla, yang bertindak sebagai moderator memberikan kesempatan pertama kepada Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Itje Chodidjah, untuk menyampaikan cerita di balik penetapan Peringatan 100 Tahun A.A. Navis oleh UNESCO.
A.A. Navis menjadi salah satu tokoh Indonesia yang diajukan peringatan ulang tahunnya mengingat kontribusinya sebagai seorang sastrawan yang membahas isu-isu sosial dalam karya-karyanya. “Karya-karya sastra A.A. Navis dapat dibaca oleh pembaca di semua negara dan semua bangsa karena melihat kehidupan secara menyeluruh. Misalnya melalui cerpen “Kemarau” yang ditulisnya pada 1967, A.A. Navis sudah membahas isu yang hangat akhir-akhir ini, yaitu perubahan iklim,” cetus Itje. Kemampuannya menangkap dan merespons isu-isu sosial yang bersifat universal menjadikan A.A. Navis seorang sastrawan yang berkontribusi untuk peradaban dunia.
Sebagai narasumber kedua, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III, Undri, menggarisbawahi kontribusi A.A. Navis sebagai ‘intelektual par excellence’. Melalui ragam tulisannya, baik fiksi maupun non-fiksi, A.A. Navis tidak ragu dalam menyampaikan pandangan kritisnya terhadap berbagai isu yang ada di sekitarnya dalam konteks masyarakat Padang dan kebudayaan Minang maupun dalam konteks nasional. “A.A. Navis bisa menjadi pelopor, pendukung, penggerak, atau pengecam, tetapi ia tidak mau menjadi penonton yang pasif. Ia bertindak dan berbuat,” tegas Undri.
Lebih lanjut, Sudarmoko, dalam penyampaiannya mendalami relasi A.A. Navis dengan dunia sastra. Dosen Departemen Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas yang telah mengkaji karya-karya A.A. Navis dalam disertasinya di Universitas Leiden tersebut menekankan pentingnya peran penulis kelahiran Padangpanjang tersebut. Sebagai pengarang, Navis telah menulis lebih dari seribu tulisan berupa cerpen, puisi, esai, makalah, novel, editorial, dan lain-lain. “Selain menjadi pengarang, A.A. Navis juga merupakan seorang kritikus yang konsisten dalam melihat dan mengangkat posisi daerah dan lokalitas dalam kedudukannya dengan Sastra Indonesia atau lembaga-lembaga sastra yang hegemonik,” jelas Sudarmoko.
Turut hadir sebagai narasumber, Gemala Ranti yang merupakan putri kelima dari A.A. Navis memperkaya pembahasan tentang A.A. Navis dengan menjelaskan sosoknya sebagai orangtua. Ranti mengenang A.A. Navis sebagai seorang ayah yang senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada kedelapan anaknya. "Kami diajarkan untuk percaya diri, banyak hal yang kita merasa ajaran Bapak biasa saja menurut kami tapi dianggap orang sesuatu yang luar biasa. Misalnya kesantunan dalam berbicara, pentingnya menguasai pendidikan, kesehatan, dan agama yang juga sarat akan pelajaran dan nilai-nilai moral," urai Ranti. Pada kesempatan yang sama, Ranti mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Kemendikbudristek yang menginisiasi pengajuan A.A. Navis sebagai tokoh yang diperingati ulang tahunnya oleh UNESCO dan pelaksanaan rangkaian acara Peringatan 100 Tahun A.A. Navis.
Menyusul acara peluncuran yang diselenggarakan di kota Padang, peringatan 100 Tahun A.A. Navis akan dilaksanakan sepanjang tahun 2024 di tingkat daerah, nasional, dan internasional. Peringatan yang diselenggarakan di semua jenjang tersebut menunjukkan meningkatnya perhatian pemerintah terhadap Sastra Indonesia. Pada tataran daerah dan nasional, peringatan 100 Tahun A.A. Navis bertujuan untuk memperkenalkan kembali karya-karya dan pemikiran sastrawan besar tersebut. Sementara di tingkat internasional, kegiatan ini menjadi pintu masuk untuk membawa Sastra Indonesia ke tataran global. Penetapan sebagai salah satu agenda resmi di UNESCO memberikan peluang bagi bangsa Indonesia untuk memperkenalkan Sastra Indonesia di forum yang lebih luas dan terbuka.
Penyelenggaraan rangkaian peringatan 100 Tahun A.A. Navis juga menunjukkan kesiapan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan dalam upaya pemajuan bahasa dan sastra Indonesia. Diinisiasi oleh Kemendikbudristek, kegiatan ini juga melibatkan gotong royong dengan kementerian dan lembaga lain seperti Kementerian Luar Negeri, Perpustakaan Nasional, pemerintah daerah, serta komunitas sastra di seluruh Indonesia. Melalui peringatan 100 Tahun A.A. Navis, seluruh pemangku kepentingan tersebut menunjukkan komitmennya yang kuat untuk bersama-sama merayakan karya dan pemikiran tokoh sastrawan Indonesia yang diakui kontribusinya secara internasional sekaligus membawa Sastra Indonesia ke panggung global. Hal ini sejalan dengan politik bahasa kita, sebagaimana amanat UU Nomor 24 Tahun 2009, bahwa upaya internasionalisasi bahasa Indonesia (termasuk sastra Indonesia) harus terus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan.*** (Penulis: Dhianita/Editor: Tim Badan Bahasa)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2490 kali
Editor :
Dilihat 2490 kali