Naufal Badi Alam, Dari Santri untuk Negeri  27 April 2024  ← Back



Yogyakarta, Kemendikbudristek – Naufal Badi Alam, siswa kelas 12 SMA Sains Wahid Hasyim Yogyakarta merupakan awardee Beasiswa Indonesia Maju (BIM) Angkatan 3 yang memiliki berbagai prestasi ajang talenta di bidang riset dan inovasi. Naufal yang merupakan seorang anak yang lahir dari keluarga yang sederhana, ayahnya seorang satpam dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
 
Oleh karena itu, Naufal ingin membuat orang tuanya bangga dengan cara berprestasi di tingkat nasional hingga internasional. Naufal menambahkan bahwa dirinya merupakan seorang santri yang tinggal di pondok pesantren selama 6 tahun.
 
“Normalnya kalau santri sangat lekat dengan stereotip sebagai seseorang yang hanya bisa mengaji. Padahal, sebenarnya santri lebih dari itu, dengan menjadi santri saya tidak hanya bisa mengabdi kepada kyai, tapi juga bisa berprestasi di bidang riset dan inovasi,” ujar Naufal dengan bangga.
 
Sejak kecil, Naufal selalu bermimpi untuk dapat berkuliah di luar negeri. Ia banyak membeli buku tentang kehidupan mahasiswa di luar negeri, cara mendapatkan beasiswa ke luar negeri, dan menonton berbagai konten kreator yang kuliah di luar negeri. “Rasanya seperti mustahil untuk mencapai itu semua dikarenakan biaya yang mahal untuk kuliah ke luar negeri. Akan tetapi, mimpi tetaplah akan menjadi mimpi dan halusinasi jika kita tidak memiliki usaha dalam meraihnya,” ucapnya.
 
Dengan berbasis media digital, kata Naufal. Ia mencari informasi tentang beasiswa kuliah di luar negeri. Satu hal yang ia ingat bahwa semua beasiswa cenderung menerima siswa yang memiliki gairah, tekad dan prestasi akademik atau non akademik yang baik selama di masa sekolah.
 
Naufal mengungkapkan, bahwa ketika memasuki SMA, ia memiliki ambisi yang sangat kuat untuk meraih prestasi di berbagai kompetisi riset dan inovasi. Ia menambahkan, bahwa alasannya memilih bidang sosial karena dapat melatih dirinya sendiri.
 
“Itu alasan saya memilih bidang tersebut karena di bidang tersebut melatih kita untuk tidak hanya sekedar pintar, tetapi juga melatih kita untuk memiliki jiwa kepekaan yang sangat tinggi dan memiliki keinginan besar untuk menyelesaikan berbagai permasalahan masyarakat yang ada, terutama saya sendiri memfokuskan riset saya di bidang sosial,” tutur Naufal.
 
Perjalanan prestasi Naufal dimulai ketika dirinya mengikuti Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) pada tahun 2022. Pada Desember 2021, Naufal ditawarkan oleh gurunya beasiswa penelitian OPSI dari Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemprov DIY). “Saya melihat ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk saya, rasanya sangat rugi jika disia-siakan. Dalam dua minggu, saya membuat proposal dan mengajak teman saya untuk menjadi partner peneliti yang menghasilkan projek ‘Analisis Kinerja Manajemen Marketing Produk UMKM Dengan Pengaplikasian Big Data Menggunakan Metode Klastering K-MEANS di Kabupaten Sleman’,” ungkap Naufal.
 
Naufal mengatakan, bahwa alasan dari membuat projek tersebut adalah pentingnya sebuah sistem manajemen pemasaran dioperasikan kepada UMKM. Penggunaan sistem digital, ucap Naufal, turut memegang peranan penting dalam meningkatkan pendapatan UMKM serta kesenjangan antara usaha besar dan UMKM menjadi titik fokus dalam projek ini.
 
“Setelah melalui berbagai proses seleksi, alhamdulillah kami mendapatkan beasiswa penelitian dari pemerintah berupa pendanaan penelitian serta bimbingan penelitian oleh Yayasan Sagasitas Indonesia,” ujar Naufal.
 
Naufal mengungkapkan, projek tersebut menghabiskan waktu selama 6 bulan untuk diteliti, mengunjungi berbagai UMKM, serta mengumpulkan berbagai data pemasaran dan hasil penjualan yang dilakukan. “Setelah itu, pada proses pengajuan proposal alhamdulillah kami lolos. Tidak berhenti sampai saat itu, kami melakukan kajian lagi lebih dalam untuk membuat penulisan karya utuh, yang mana sayangnya ketika memasuki tahap semifinalis kami harus menerima kegagalan,” katanya.
 
Kegagalan tersebut tidak menurunkan semangat Naufal, namun menjadi pelecut besar baginya untuk meraih prestasi yang lebih banyak. Naufal tetap mengikuti berbagai kompetisi inovasi internasional dengan melanjutkan projek yang telah ia buat. “Penting untuk selalu melakukan evaluasi dan pengembangan baru terhadap projek tersebut, yang mana hasilnya kami melahirkan sebuah projek inovasi baru yaitu ‘MEGS: MSMEs and Big Companies Digital Application For Partnership’,” ucap Naufal.
 
Naufal melanjutkan, bahwa inovasi dalam projek terbarunya memfokuskan kepada cara memudahkan kemitraan untuk UMKM dan usaha besar, sehingga menghasilkan proses kemitraan efisien dan efektif serta dapat menekankan biaya, meningkatkan keuntungan dari kedua belah pihak, dan kedua pihak bida mendapatkan rekomendasi mitra usaha yang baik karena dilakukan secara digital.
 
“Alhamdulillah satu kegagalan seribu keberuntungan. Dengan projek ini saya mendapatkan empat medali Internasional berupa: 1. Gold Medal Indonesia Applied Science Project Olympiad dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember; 2. Silver Medal World Youth Invention and Innovation Award dari Universitas Sarjanawiyata dan Universitas IPB; 3. Bronze Medal International Greenwhich Olympiad dari North London Grammar School; dan 4. Bronze Medal Asean Innovative Science, Environmental and Entrepreneur Fair dari Universitas Diponegoro,” tutur Naufal.
 
“Serta penghargaan Nasional berupa : 1. Medali Emas National Applied Science Project Olympiad dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember; dan 2. Penghargaan Spesial dari Yayasan Prestasi Pendidikan Indonesia,” lanjutnya.
 
Naufal mengungkapkan, bahwa BIM adalah kunci untuk meraih kesuksesannya. Menurutnya, dengan berbekal pengalaman yang ia dapatkan melalui BIM, ia merasa mantap dan bersemangat untuk dapat melanjutkan studinya di luar negeri.
 
Lebih lanjut, Naufal menceritakan bagaimana dirinya dapat mengetahui terkait BIM. “Ketika saya kelas 11, saya ingat kakak kelas saya sebagai awardee BIM Angkatan 2 yang saat ini sudah menempuh studi di NTU di jurusan Psychology memberikan saya informasi terkait Beasiswa Indonesia Maju. Sangat keren dan menarik, itu adalah satu kalimat yang bisa saya sampaikan,” ungkapnya.
 
Naufal yang bercita-cita menjadi seorang perencana kota mengatakan, bahwa mimpinya muncul karena ia melihat di lingkungan rumahnya di daerah Karawang, Jawa Barat, penataan kota dan pemerataan infrastrukturnya butuh perhatian khusus. Selain itu, Naufal mengatakan bahwa, di Karawang sangat minim ruang hijau di luar rumah.
 
“Sebagai calon perencana kota, saya akan sangat menaruh perhatian khusus kepada green infrastructure untuk pondasi pembangunan keberlanjutan di lingkungan masyarakat,” tutur Naufal.
 
Pada Desember tahun 2022, Naufal mengungkapkan rasa senangnya dapat diterima menjadi bagian keluarga besar BIM Persiapan Angkatan 3. Selama mengikuti BIM Persiapan, ucap Naufal. Dirinya mendapatkan banyak kesempatan untuk mengeksplorasi banyak hal, dan menurutnya mengikuti BIM Persiapan merupakan momen terbaik dalam hidupnya.
 
“Terima kasih BIM, mimpi saya menjadi nyata untuk mendapatkan kesempatan belajar dan pergi ke luar negeri,” tutup Naufal yang saat ini telah mendapatkan 5 Letter of Acceptance dari Perguruan Tinggi Luar Negeri dan sedang mengikuti seleksi ke tahap beasiswa bergelar. (Tim Puspresnas/Editor: Rayhan, Denty)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1887 kali