Atdikbud Beri Kuliah Demokrasi di Depan Mahasiswa University of Sydney 20 Mei 2024 ← Back
Sydney, Kemendikbudristek -- Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, Mukhamad Najib, menjadi dosen tamu di University of Sydney pada Jumat (17/5). Di salah satu kampus terbaik dunia tersebut, Atdikbud Najib berbicara mengenai tantangan demokrasi di Indonesia dari masa ke masa. Kegiatan ini juga sekaligus menjadi bagian dari agenda kantor Atdikbud dalam mengenalkan Indonesia kepada mahasiswa Australia.
Menurut Atdikbud Najib, masyarakat Australia adalah masyarakat yang terdidik, sehingga perlu juga dilakukan pengenalan Indonesia melalui interaksi intelektual dengan dialog ilmiah berbasis data. “Masyarakat Australia umumnya masyarakat yang berpikir, terlebih lagi mahasiswa, mereka sangat kritis. Oleh karena itu salah satu upaya menguatkan hubungan Indonesia-Australia adalah dengan mengajak mereka diskusi, melihat data yang benar mengenai Indonesia, sehingga mereka semakin kenal dan harapannya semakin memiliki pandangan yang positif tentang Indonesia,” jelas Najib.
Dalam paparannya, Najib yang juga Guru Besar di IPB University ini menguraikan dinamika demokrasi di Indonesia dari masa pasca-kemerdekaan RI, orde lama, orde baru, sampai setelah masa reformasi saat ini. “Setiap masa ada dinamikanya sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, baik internal maupun eksternal. Tapi kita melihat tren yang semakin membaik dari waktu ke waktu, artinya konsolidasi demokrasi berjalan sesuai rel-nya. Terbukti sejak 2004 rakyat Indonesia sudah bisa memilih presidennya secara langsung, dan rotasi kepemimpinan nasional berjalan secara reguler dan periodik lima tahunan. Tidak ada tempat untuk pergantian kekuasaan dengan kudeta, apalagi revolusi,” urai Najib.
Mengutip dari berbagai sumber, Najib menjelaskan bahwa secara umum demokrasi di berbagai belahan dunia sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, tambah Najib, Amerika Serikat sebagai negara yang diagungkan paling demokratispun saat ini mengalami penurunan demokrasi yang sangat tajam. Kita bisa melihat bagaimana mahasiswa dan civitas akademika di Amerika dipukuli dan ditangkapi polisi saat berdemonstrasi di kampusnya. Tentu, praktik yang represif terhadap aspirasi seperti ini bertentangan dengan prinsip negara demokrasi.
Berdasarkan Indeks Demokrasi yang dikeluarkan The International Institute for Democracy and Electoral Assistance (International IDEA), demokrasi Indonesia lebih baik dari rerata dunia. Bahkan, jelas Najib, dari sisi partisipasi dan representasi, demokrasi Indonesia jauh melampaui negara demokrasi lainnya. Najib juga menyampaikan berdasarkan Report of Global Satisfaction with Democracy 2020 yang dikeluarkan Centre for the Future of Democracy, tingkat kepuasan terhadap praktik demokrasi di Indonesia termasuk yang tertinggi, mencapai 60 persen lebih. Hal ini lebih tinggi dari Australia yang hanya berkisar di 50 persen.
Meski begitu, Najib juga menyampaikan jika demokrasi di Indonesia belum sempurna. Masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu diselesaikan. Beberapa tantangan demokrasi di Indonesia antara lain adalah korupsi yang masih tinggi, berkembangnya hoaks dan disinformasi, masyarakat yang permisif terhadap politik uang, imej positif partai politik yang menurun, serta kurang bekerjanya fungsi check and balances.
Menurut Adrian Vickers dari seorang professor dari Faculty of Arts and Social Sciences, University of Sydney, melalui kuliah tamu ini mahasiswa mendapatkan gambaran mengenai demokrasi di Indonesia. Meski yang hadir tidak semuanya mahasiswa ilmu politik, namun menurutnya mereka semua memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang Indonesia, sehingga kuliah ini menjadi tambahan pengetahuan yang sangat bermanfaat. Sementara Chair of Indonesian Studies Department, Associate Professor Dwi Noverini Djenar, mengatakan kuliah yang diberikan sangat objektif, berbasis data dan seimbang, sehingga mahasiswa bisa memahami dengan baik kondisi objektif demokrasi di Indonesia. (Aline)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 901 kali
Editor :
Dilihat 901 kali