Penulis Buku “Laut Bercerita” Hangatkan Malam Sastra BBI Canberra  06 Mei 2024  ← Back



Canberra, Kemendikbudristek
--- Penulis buku “Laut Bercerita”, Leila S. Chudori menjadi pembicara pada Malam Sastra yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Indonesia-Australia Capital Territory (BBI-ACT), Jumat (3/5). Acara yang digelar jelang musim dingin di Canberra ini, mampu menghangatkan suasana di mana orang-orang berkumpul bersama mendiskusikan karya sastra yang populer di Indonesia tersebut.
 
Malam Sastra merupakan salah satu kegiatan rutin BBI-ACT dengan mengundang penulis maupun kritikus sastra baik dari Indonesia maupun Australia. Acara ini merupakan bagian dari upaya BBI-ACT dalam mengenalkan sastra Indonesia kepada masyarakat Canberra. Menurut Presiden BBI-ACT, Amrih Widodo, Malam Sastra kali ini membahas novel best seller di Indonesia, yaitu “Laut Bercerita”, untuk menunjukkan bagaimana fiksi memiliki kemampuan unik untuk menantang dan menginterogasi narasi sejarah yang dominan, yang sering kali dibentuk oleh agenda pemerintah dan hegemoni budaya.
 
“Hal yang istimewa dari Malam Sastra kali ini adalah kita kehadiran penulisnya langsung, sehingga kita bisa menggali lebih jauh bagaimana proses kreatif yang terjadi serta apa yang sebenarnya ingin disampaikan penulis kepada para pembacanya,” ujar Amrih. Presiden BBI-ACT ini juga menceritakan profil Leila S. Chudori yang disebutnya sudah produktif menulis karya sastra sejak remaja hingga melahirkan novel sejarah yang dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran tentang perspektif alternatif dan menampilkan suara-suara yang terpinggirkan.
 
Dalam diskusi yang berlangsung hampir dua jam, Leila S. Chudori menceritakan bagaimana ide cerita muncul dan proses riset yang dilakukan untuk bisa menulis buku “Laut Bercerita”. Leila juga menceritakan bagaimana ia meciptakan karakter-karakter yang ada dalam novel tersebut. “Dalam menulis novel ini, saya bertindak sebagai aktor, sutradara, dan direktur sekaligus. Saya harus menyelami kepribadian para aktor, dan pada saat yang sama saya juga harus mengatur jalannya cerita,” terang Leila.
 
Leila mengaku ingin mengungkapkan sisi lain dari sebuah sejarah dengan cara menampilkan cerita fiksi, bagaimana kiat dalam menulis momen sejarah yang ditandai dengan kekerasan politik atau ketidakadilan sejarah. Menurutnya, terkadang ada suatu masa di mana sejarawan kesulitan menuliskan sejarah, entah karena tekanan penguasa atau memang karena sulitnya memvalidasi rangkaian fakta-fakta. Sementara dengan novel, tidak diperlukan akurasi nama, tempat dan waktu, namun pembaca bisa menangkap pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembacanya melalui alur cerita dan dialog-dialog para aktornya.
 
Meski saat ini pembaca karya sastra mungkin semakin sedikit karena berkembang kuatnya platform sosial media, Leila mengaku heran dengan tingginya minat masyarakat untuk membaca “Laut Bercerita”. Selama pandemi, jelas Leila, permintaan terhadap Laut Bercerita sangat tinggi. Menurutnya, novel yang pertama kali dicetak pada tahun 2017 ini, ketika pandemi justru mengalami cetak ulang hampir setiap minggu dengan jumlah yang tidak sedikit. 
 
Acara yang dihadiri puluhan orang ini merupakan bukti ketertarikan masyarakat Canberra terhadap karya sastra Indonesia. Upaya untuk terus mempromosikan karya sastra Indonesia mendapat dukungan dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, Mukhamad Najib. Menurutnya, Indonesia memiliki khazanah sastra yang layak diketahui dunia. BBI-ACT, tambah Najib, telah mengambil peran yang sangat penting dalam menjelaskan Indonesia kepada masyarakat Australia yang salah satunya melalui karya-karya sastra.
 
Atdikbud juga menjelaskan jika KBRI Canberra sangat mendukung kehadiran sastrawan, sineas, maupun pelaku budaya lainnya untuk meramaikan Canberra dengan karya-karya Indonesia. Atdikbud Najib pun optimistis dengan acara Malam Sastra ini Indonesia bukan hanya dikenal dari keindahan alam, keramahan manusia, maupun kelezatan kulinernya saja, tapi juga dari karya-karya sastranya yang bernilai tinggi.
 
Peserta Malam Sastra sangat beragam, dari mulai mahasiswa, guru, dosen, maupun para pengamat dan penggiat sastra di Canberra. Sebelum mulai acara utama bedah novel Laut Bercerita, para peserta dimanjakan dengan hidangan khas yang serupa dengan makanan yang diceritakan dalam Laut Bercerita, seperti Tengkleng, yang membuat suasana makin hangat. (Mukhamad Najib / Editor: Laili)

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1260 kali