Perjuangan Alya Nurul Izzaty, Macan Kontes Menyanyi Seimbangkan Tanggung Jawab Akademisnya   10 Mei 2024  ← Back



Semarang, Kemendikbudristek — Wanita bernama Alya Nurul Izzaty adalah mahasiswi Universitas Diponegoro (Undip) yang memiliki banyak prestasi di bidang tarik suara. Ia merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayahnya adalah pensiunan PNS dari Kantor Gubernur Provinsi Riau dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Keluarga Alya sangat mencintai seni karena dulu sang ayah sering mengikuti festival menyanyi dan ibunya adalah seorang penari. Sejak kecil, ia sudah bercita cita ingin menjadi artis terkenal dan keluarganya selalu mendukung untuk menggapai mimpi.
 
“Perjuangan saya tidaklah mudah. Saya harus hidup jauh dari orang tua dan melakukan beberapa hal sendirian untuk pergi audisi, lomba, dan lain-lain. Selama kuliah, karena saya tidak ingin memberatkan orang tua saya yang sudah pensiun, saya berusaha untuk mendapatkan beasiswa dan Alhamdulillah saya diterima di Beasiswa Indonesia Maju.” ucap Alya ketika diwawancarai melalui telepon seluler pada Kamis (9/5).
 
Alya sering mengikuti perlombaan tingkat nasional dan berhasil mengharumkan nama kampusnya. Prestasi yang telah ia raih hingga saat ini adalah Juara 1 17th Korean Day Sing Cover Competition UGM 2022, Juara 1 Lomba Vocal Singer Islami Kejar Mimpi Lhokseumawe 2023, Juara 1 Lomba Bernyanyi Lagu Porseni Tingkat Nasional oleh Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2024, dan Juara 2 Lomba Solo Vokal Infest UNDIP 2022. Selain itu, ia juga mengikuti beberapa perlombaan yang diadakan oleh RCTI dan berhasil menjadi Top 30 Indonesian Idol Season 12 dan Top 5 The Indonesian Next Big Star Season 2.
 
Bagi Alya, orang tua merupakan motivasi hidupnya karena mereka telah memberikan segalanya yang ia pun tidak mampu membalasnya. Alasan ia selalu mengikuti ajang pencarian bakat adalah karena ia ingin menaikan derajat keluarganya dan menjadi penyanyi terkenal.
 
Dalam menjalankan perkuliahan, Alya dikenal sebagai mahasiswa yang aktif. Ia kerap menghubungi dosennya untuk mendapatkan jadwal pengganti atau meminta tugas tambahan sebagai pengganti kehadirannya. Selain itu, ia juga aktif menghubungi teman-temannya untuk meminta diajarkan kembali materi perkuliahan yang sempat ia tinggalkan.
 
Ketika ditanya komentarnya soal program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Alya mengaku sangat mendukung program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB). Menurutnya, karena para mahasiswa bisa belajar langsung untuk bekerja di bawah perusahaan dan mengaplikasikan ilmu yang selama ini diterima di kampus untuk dipraktikkan secara langsung di perusahaan.
 
Melalui MSIB ini juga Alya menilai jika mahasiswa bisa mendapat berbagai pengalaman yang menjadi nilai plus setelah lulus kuliah nanti jika ingin mengisi lowongan pekerjaan. “Saya juga berharap pemerintah tetap melanjutkan program beasiswa berprestasi seperti Beasiswa Indonesia Maju karena menurut saya banyak anak-anak berprestasi di Indonesia yang sangat layak diapresiasi dengan beasiswa dan belum mendapatkan beasiswa,” tutur Alya.
 
Harapan Alya, agar akses terhadap pendidikan di Indonesia dapat dipermudah untuk menjangkau khalayak yang lebih luas. Sebab, banyak orang yang terkendala untuk bersekolah namun memiliki semangat yang besar untuk merubah nasibnya. Maka sudah selayaknya, mereka mendapat kesempatan yang lebih besar terhadap akses pendidikan.
 
Sebagai penerima manfaat (awardee) Beasiswa Indonesia Maju, ia merasakan dampak positif yang sangat besar. Dengan BIM, ia dapat bertemu dengan teman-teman hebat dan bisa bertukar pikiran dengan mereka. Ia juga mengikuti pembekalan beasiswa sehingga ia dapat bertemu dan mendapatkan wawasan (insight) dari para pembicara hebat. Menurutnya, teman-teman yang mengikuti program MBKM menjadi lebih kritis, mandiri, berinovasi.
 
Sebagai penutup, Alya menyampaikan pesan. “Untuk teman-teman yang merasa ingin berhenti di tengah jalan, jangan takut, coba lihat lagi perjuangan kalian ke belakang. Bayangkan diri kalian di masa lalu yang sudah berjuang mati-matian sampai detik ini. Apakah kalian ingin menyerah sekarang? Pasti diri kita yang di masa lalu akan sedih. Apapun cobaannya, coba lihat kembali ke belakang, buktinya sekarang kalian sudah bisa melewati berbagai rintangan. Kalau gagal, anggap saja sedang menghabiskan jatah gagal karena di depan kita sedang menunggu jatah keberhasilan.” tutupnya. *** (Penulis: Adryan/Editor: Shafira Ramadhani, Denty A.)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 961 kali