Suku Bajau Jadi Inspirasi Pelindung Kebudayaan Berkelanjutan Cagar Biosfer Wakatobi  08 Mei 2024  ← Back



Wakatobi, Kemendikbudristek Pemerintah Indonesia lewat Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi munculkan inisiasi guna mendorong Suku Bajau menjadi inspirasi pelindung kebudayaan berkelanjutan, terkhusus di Cagar Biosfer Wakatobi.
 
Inisiasi tersebut terwujud lewat pelaksanaan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) yang mengusung tema “Peran Suku Bajau Terhadap Masa Depan Cagar Biosfer Wakatobi”, pada tanggal 1 Mei 2024 di Taman Budaya Wakatobi, Pulau Wangi-wangi.
 
Suku Bajau atau yang acapkali disebut Suku Bajo adalah suku nomaden yang hidup di atas laut. Suku Bajau hidup di atas rumah panggung di atas laut Wanci, Desa Mola Raya, Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Suku Bajau juga juga tersebar di Malaysia, Filipina, Thailand, hingga Kepulauan Solomon.
 
“Telah banyak riset ataupun narasi tentang Suku Bajau, sebagai salah satu suku yang menggantungkan hidupnya kepada laut, namun implementasi aksi nyata berkelanjutan atas peran serta Suku Bajau dalam pelindungan dan pemanfaatan kebudayaan di Cagar Biosfer Wakatobi belum maksimal,” ujar Direktur Pelindungan dan Pemanfaatan Kebudayaan (Dit PPK), Ditjenbud, Irini Dewi Wanti, (1/5).
 
Irini menambahkan lewat DKT yang dilaksanakan, Pemerintah hendak hadir guna mendorong potensi serta melibatkan Suku Bajau untuk menghidupkan kearifan budaya lokal yang dimiliki mereka dalam hal merawat Cagar Biosfer Wakatobi.
 
“Kemendikbudristek hendak mengangkat harkat dan martabat Suku Bajau. Cagar Biosfer Wakatobi yang telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) kiranya mampu memberikan peningkatan taraf hidup perekonomian Suku Bajau lewat pelestarian kearifan budaya lokal yang mereka (Suku Bajau) miliki.
 
Peserta DKT yang berjumlah kurang lebih 40 orang merupakan Suku Bajau umumnya berprofesi sebagai nelayan dikelompokkan ke dalam 3 grup DKT. Adapun yang menjadi tema pembahasannya yaitu pengetahuan tradisional Suku Bajau (pengetahuan maritim, konservasi lingkungan); Dinamika Institusi Cagar Biosfer Wakatobi dan penghidupan berkelanjutan Suku Bajau; dan Kebudayaan Maritim Suku Bajau.
 
Selain itu, di akhir pelaksanaan DKT, peserta menyusun rekomendasi yang akan disampaikan kepada Pemerintah pusat dan daerah lewat Kemendikbudristek. Peserta juga menyusun Deklarasi yang menjadi komitmen bersama dari Suku Bajau dalam melestarikan Cagar Biosfer Wakatobi selanjutnya akan dibacakan di acara Parade 1000 Perahu.
 
Parade 1000 Perahu Lengkapi Komitmen Suku Bajau Melestarikan Cagar Biosfer Wakatobi
 
Seusai pelaksanaan DKT, para peserta diajak menuju Pelabuhan Panggulubelo untuk bergabung dengan Suku Bajau lainnya di acara Parade 1000 Perahu.

Parade yang terselenggara atas kolaborasi dari Direktorat PPK, Ditjenbud, Kemendikbudristek dengan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persatuan Suku Dama Bajau Wakatobi (POSBI) tersebut diselenggarakan sebagai media alih pengetahuan tradisional komunitas Suku Bajau di kawasan Cagar Biosfer Wakatobi.
 
“Hari ini kita menyaksikan antusias dan semangat dari Suku Bajau bagaimana melestarikan, merawat laut khususnya kawasan Cagar Biosfer Wakatobi. Tadi pagi saat DKT, kita telah mendapatkan ide ataupun solusi yang menjadi rekomendasi, sehingga misi konservasi bagaimana menjaga laut sesuai kaidah kearifan lokal tercapai sekaligus menjamin keberlanjutan di masa depan untuk Suku Bajau dan masyarakat Wakatobi,” jelas Bupati Wakatobi, Haliana.
 
Selanjutnya, salah satu tokoh adat Suku Bajau, Nurdin membacakan Deklarasi yang telah disusun yaitu 1) mengambil peran terdepan dalam menjaga keberlanjutan sumber daya pesisir dan laut di Kawasan Cagar Biosfer Wakatobi, melalui penerapan pengetahuan tradisional dan praktik baik Suku Bajau untuk penghidupan yang berkelanjutan; 2) menjadi bagian utama dari kolaborasi multi pihak untuk bersama-sama meningkatkan kontribusi dalam pelindungan dan pengelolaan Cagar Biosfer Wakatobi; 3) mengajak Suku Bajau se-Asia Tenggara berkontribusi mengoptimalkan pemanfaatan Cagar Biosfer berbasis maritim untuk melestarikan budaya, tradisi, dan cara hidup Suku Bajau yang unik sebagai bagian integral dari warisan Cagar Biosfer.
 
Turut hadir di acara Parade 1000 Perahu tersebut hadir bersama dengan Bupati Wakatobi; Direktur Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti; Perwakilan UNESCO Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa; Koordinator Nasional ESD dan UNESCO Associated Schools Network (ASPnet), Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Ananto Kusuma Seta; Presiden Kekar Bajau Indonesia, Abdul Manan; serta Ketua DPD Persatuan Suku Bajau Indonesia (POSBI) Wakatobi, Surni.
 
Tamu undangan yang hadir berpartisipasi dalam ritual sedekah laut bertajuk “Sangal” yaitu aksi bersyukur atas limpahan hasil laut lewat cara melepasliarkan satwa ke laut diantaranya penyu dan ikan.
 
Acara semakin semarak dengan hiburan berbagai penampilan yang ditampilkan langsung di atas perahu oleh komunitas Suku Bajau diantaranya Tari Duata, Pencak Silat Suku Bajau, Tari Kontemporer oleh Sikola Bajalan serta Pertunjukan Liligo Iko-Iko. (Andrew Fangidae / Editor: Stephanie, Denty A., Seno Hartono)

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 2725 kali