Tak Segan Belajar dari Kegagalan, Bayu Krisna Berhasil Meraih Medali Perak FIKSI 2023 11 Mei 2024 ← Back
Boyolali, Kemendikbudristek — Bayu Krisna, siswa kelas dua SMK Negeri 1 Mojosongo Boyolali yang hobi membaca novel, berkebun, dan bernyanyi ini merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah Bayu bekerja sebagai sopir antarjemput pegawai pabrik dan buruh tani, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dari tahun 2007 hingga saat ini, ia lahir dan tinggal di Boyolali.
Selama duduk di bangku SMK, Bayu telah menjuarai tiga perlombaan, yaitu Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional oleh Institut Pertanian STIPER Yogyakarta tahun 2022, medalis perak Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) bidang kesehatan dan wirausaha sosial tahun 2023, dan Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional "Exploration of Technology in Society 5.0" oleh Himpunan Mahasiswa Teknologi Rekayasa dan Otomasi Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro tahun 2024.
Bayu dikenal penuh semangat dalam menempuh pendidikan dan menorehkan prestasi. Sejak SD, ia sudah mengikuti berbagai perlombaan. Mulai dari lomba voli, lomba melukis dan mewarnai, dan lomba MAPSI, yakni menceritakan kisah nabi, membuat kaligrafi, dan menulis arab). Memasuki SMP, ia tidak mengikuti perlombaan karena merasa kesulitan dalam bersosialisasi. Oleh karena itu, saat SMK, ia bertekad untuk kembali berkembang dan aktif mengikuti perlombaan.
Ketika SMK, ia mengikuti ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Di sini, ia memperoleh banyak informasi perlombaan. Ia sangat berterima kasih kepada guru pembimbingnya yang telah membantu meraih prestasi.
“Tentunya sangat senang, saya bangga pada diri saya. Saya berterima kasih pada keluarga, guru pembimbing, dan teman-teman saya yang sudah membantu dan mendukung saya selama FIKSI 2023. Tak lupa, saya juga berterima kasih kepada teman seperjuangan atau anggota tim saya yang sudah mau berjuang bersama saya di FIKSI 2023,” ujar Bayu ketika ditanya bagaimana perasaannya menjadi medalis perak FIKSI 2023.
Guru pembimbing Bayu, Sri Hesti Handayani, mengatakan, Bayu aktif dalam Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Sebagai salah satu pembinanya, Sri melihat Bayu sebagai anak yang tekun belajar di kelas. Tak ayal jika Bayu mendapat peringkat pertama. “Di KIR, setiap anggota harus punya satu penelitian yang wajib dikerjakan. Lalu, dia usul ingin membuat produk losion untuk lomba FIKSI. Saya sarankan dia untuk baca jurnal-jurnal penelitian yang berkaitan dengan produk itu. Kalau sudah ketemu, konsultasikan ke saya,” jelas Sri.
Ia juga mengungkapkan bahwa Bayu anak yang cepat sekali bergerak. Jjarak satu dua hari sudah mendapatkan jurnalnya. “Kita berdiskusi, saya kasih masukan dan langsung membuat produknya. Sabtu dan Minggu, meski sekolah libur, dia datang ke sekolah untuk membuat penelitian sampai tahap pengujiannya pun ia kerjakan sendiri. Otaknya encer, dikasih saran langsung paham apa yang harus ia kerjakan. IT-nya juga oke. Desain kemasan, brosur, dan videonya ia kerjakan sendiri,” lanjut Sri.
Namun, ternyata kegigihan dan keberhasilan Bayu pada FIKSI 2023 tak terlepas dari perlombaan yang ia ikuti sebelumnya. Sebelum mengikuti FIKSI 2023, ia mengikuti perlombaan KRENOVA dengan sungguh-sungguh. Mulai dari menentukan konsep produknya, melakukan penelitian, hingga menyusun proposal. Sayangnya, ia tidak sengaja ketiduran hingga melewatkan tenggat pengumpulan proposal sehingga ia pun gagal dalam perlombaan tersebut.
“Walaupun begitu, saya tidak pantang menyerah dan saya mengikuti FIKSI 2023. Saat itu, saya memperbaiki produk saya, mulai dari konsep kemasan, formula, hingga pemasarannya. Berkat doa dari kedua orang tua, kakak, guru pembimbing, dan teman-teman saya, alhamdulillah saya berhasil meraih medali perak,” jelas Bayu menceritakan pengalaman lombanya.
Bayu bercerita, sekolah sangat mendukung sepak terjangnya tetapi karena sekolahnya sekolah gratis (bebas dari pungutan apapun) maka sulit untuk meminta semua biaya kebutuhan lomba ke sekolah. Sebab, tidak semua biaya yang dibutuhkan dalam perlombaan dapat menggunakan dana BOS. Adapun yang bisa dibiayai hanya konsumsi saat lomba.
“Kalau bahan-bahan dan peralatan untuk pengujian kita dukung dari bahan praktik di jurusan. Ada beasiswa PIP dari pemerintah, hanya saja tidak semua siswa mendapatkannya. Untuk konsumsi sehari-hari selama pembimbingan, diadakan secara mandiri. Namun, waktu berangkat alhamdulillah dikasih oleh kepala sekolah untuk keperluannya selama di sana,” ujar Sri yang menjelaskan bahwa sekolah sangat mendukung murid-muridnya meski dengan segala keterbatasannya.
Sri berharap, ilmu yang Bayu miliki dapat semakin berkembang dan ia dapat melanjutkan kuliah dengan tetap berprestasi. Ia juga berpesan agar Bayu tetap menjadi orang yang rendah hati, tidak cepat puas dengan hasil yang sudah diraihnya saat ini, dan dapat menularkan ilmunya kepada orang lain agar lebih bermanfaat. Bayu harus ingat bahwa hasil yang sudah diraihnya saat ini tidak lepas dari kuasa Allah Swt. sehingga ia harus selalu taat pada-Nya.
Setiap mengikuti perlombaan, Bayu selalu mengingat pesan ayahnya, "Jangan pernah menyerah. Keberhasilan akan datang pada orang yang memiliki semangat tinggi. Kita menjadi manusia harus selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki. Kehidupan memang berat, tetapi jika kita menjalani dengan rasa syukur pasti akan dipermudah dalam segala hal."
“Untuk teman-teman, jangan pernah menyerah, ya. Kegagalan pasti ada dalam perjuangan, kegagalan bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi ia adalah guru besar yang nantinya akan menuntun kita dalam mencapai keberhasilan,” pesan Bayu untuk generasi muda Indonesia.
Tanggapan Soal Kurikulum Merdeka dan P5
Bayu juga berterima kasih pada pendidikan Indonesia yang telah menjadi tempat untuk ia menempuh pendidikan, meraih prestasi, dan cita-cita. Selain itu, ia juga menyampaikan harapannya untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik. “Untuk ke depannya, saya harap Merdeka Belajar dapat lebih mendorong inovasi dalam kurikulum agar siswa tidak merasa bosan saat kegiatan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan meningkatkan kualitas serta aksesibilitas dalam pendidikan kepada semua orang tanpa terkecuali.”
Ia merasakan langsung dampak positif dari Merdeka Belajar ketika mengikuti kegiatan P5. “Saya menjadi lebih aktif dan inovatif. Di sini saya memiliki tanggung jawab dalam proses pembelajaran. Saya juga dapat mengembangkan minat dan bakat saya, seperti membuat penelitian dan karya tulis ilmiah yang didukung oleh sekolah dan perlombaan-perlombaan dari Puspresnas yang beragam dan memiliki banyak bidang.” jelas Bayu.*** (Penulis: Raden Roro Shafira Nur Ramadhani/Editor: Denty A.)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1516 kali
Editor :
Dilihat 1516 kali