Budaya Keraton Yogyakarta Tumbuhkan Literasi Sejak Dini 03 Juni 2024 ← Back
Yogyakarta, Kemendikbudristek – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyelenggarakan aksi membaca buku bersama di dalam komplek Keraton Yogyakarta. Kegiatan ini sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Buku Nasional 2024 di Yogyakarta.
Sejalan dengan program prioritas Badan Bahasa untuk meningkatkan literasi masyarakat, Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, mengungkapkan kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya gemar membaca sejak dini. “Kunjungan ke Keraton Yogyakarta ini bertujuan untuk melihat bagaimana budaya literasi yang ada di Keraton dalam rangka menumbuhkan minat baca,” tuturnya.
Hafidz menambahkan bahwa selain membaca buku, tim dari Badan Bahasa juga mengunjungi perpustakaan dan museum keraton untuk melihat bagaimana keberagaman khasanah budaya dan peninggalan sejarah yang ada di Keraton Yogyakarta serta upaya keraton dalam rangka pelestarian bahasa daerah.
Saat berkesempatan berkunjung ke perpustakaan milik Keraton Yogyakarta, diperlihatkan berbagai macam peninggalan sejarah, salah satunya berupa koleksi naskah-naskah kuno sebagai bukti praktik literasi sudah berkembang sejak dulu yang ditunjukan dalam bentuk digital.
“Di sini kita semua bisa melihat betapa budaya di Keraton Yogyakarta sangat dirawat dan dijaga. Ini bisa menginspirasi dan mengugah semangat kita untuk terus meningkatkan literasi kita, salah satunya dengan gemar membaca kapanpun dan dimanapun tempatnya,” ucap Hafidz.
Penghageng II Kawadanan Widyabudaya Keraton Yogyakarta, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Rinta Iswara, menjelaskan bahwa tugasnya saat ini adalah untuk mengelola, merawat, menjaga dan menyebarluaskan informasi literasi yang ada Keraton Yogyakarta dan sudah ditanamkan sejak usia dini. “Dokumen yang dikelola di sini berjumlah lebih dari 500 naskah, 3.000 judul yang sedang diolah, dan 2 juta arsip. Semuanya merupakan peninggalan dari zaman Sultan Hamengku Buwono I sampai X,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mendukung kegiatan literasi membaca untuk anak-anak, baik lingkungan di dalam maupun luar Keraton Yogyakarta, misalnya pengajaran tentang kebahasaan dan kebudayaan Jawa. “Hal ini dilakukan agar anak-anak agar dapat memahami dan mengerti bahasa daerah,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Carik Kawedanan Radya Kartiyasa Keraton Yogyakarta, Nyi R. Riya Noorsundaril, menjelaskan bahwa sejak dulu Keraton Yogyakarta sudah paham akan pentingnya mengembangkan literasi, dalam hal ini melalui budaya Jawa. Ia mencontohkan bahwa di dalam Keraton terdapat Abdi Dalem Kapujanggan, tugasnya adalah tulis menulis sastra ataupun non sastra dalam aksara Jawa. “Kita ada dan selalu mencari Abdi Dalem Kapujanggan yang tugasnya perihal tulis menulis. Semoga nanti akan meneruskan tradisi tulis kita dalam aksara Jawa,” ungkapnya.
Selain itu, ia menambahkan bahwa Keraton Yogyakarta juga sangat konsisten terhadap pelestarian bahasa daerah. “Semua administrasi di Keraton menggunakan bahasa Jawa. Surat menyurat dan lain sebagainya itu memakai bahasa Jawa,” imbuhnya.
Wayang Kulit Media Pelestarian Bahasa Daerah
Dalam kunjungannya, tim Badan Bahasa juga berkesempatan melihat pagelaran Wayang Kulit yang secara rutin dilaksanakan setiap hari rabu di Keraton Yogyakarta. Hafidz menyampaikan bahwa Wayang Kulit menjadi salah satu contoh aktivitas keraton dalam rangka melestarikan bahasa daerah. Hal tersebut sejalan dengan salah satu program prioritas dari Badan Bahasa yaitu Revitalisasi Bahasa Daerah.
Tahun 2024 melalui Balai Bahasa Provinsi DI Yogyakarta melakukan program reviltalisasi bahasa daerah. Berbagai aktivitas yang mendukung pelestarian bahasa daerah terus ditingkatkan dengan cara berkolaborasi bersama berbagai pihak. Salah satunya adalah memalui Keraton Yogyakarta yang memiliki komitmen tinggi terhadap pelestarian bahasa daerah melalui aktivitas pagelaran wayang.
Sementara itu, Nyi R. Riya Noorsundaril menyampaikan bahwa dalam upaya pelestarian bahasa daerah, Keraton Yogyakarta memiliki pagelaran wayang diantaranya Wayang Kulit dan Wayang Golek. Selain itu juga ada tari Wayang Wong, mocopatan, kemudian pagelaran Uyong-Uyong. Semua pagelaran tersebut memakai bahasa dan tembang jawa serta memiliki jadwal pertunjukkan rutin pada setiap minggunya. (Laily/Editor: Meryna)
Sejalan dengan program prioritas Badan Bahasa untuk meningkatkan literasi masyarakat, Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, mengungkapkan kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya gemar membaca sejak dini. “Kunjungan ke Keraton Yogyakarta ini bertujuan untuk melihat bagaimana budaya literasi yang ada di Keraton dalam rangka menumbuhkan minat baca,” tuturnya.
Hafidz menambahkan bahwa selain membaca buku, tim dari Badan Bahasa juga mengunjungi perpustakaan dan museum keraton untuk melihat bagaimana keberagaman khasanah budaya dan peninggalan sejarah yang ada di Keraton Yogyakarta serta upaya keraton dalam rangka pelestarian bahasa daerah.
Saat berkesempatan berkunjung ke perpustakaan milik Keraton Yogyakarta, diperlihatkan berbagai macam peninggalan sejarah, salah satunya berupa koleksi naskah-naskah kuno sebagai bukti praktik literasi sudah berkembang sejak dulu yang ditunjukan dalam bentuk digital.
“Di sini kita semua bisa melihat betapa budaya di Keraton Yogyakarta sangat dirawat dan dijaga. Ini bisa menginspirasi dan mengugah semangat kita untuk terus meningkatkan literasi kita, salah satunya dengan gemar membaca kapanpun dan dimanapun tempatnya,” ucap Hafidz.
Penghageng II Kawadanan Widyabudaya Keraton Yogyakarta, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Rinta Iswara, menjelaskan bahwa tugasnya saat ini adalah untuk mengelola, merawat, menjaga dan menyebarluaskan informasi literasi yang ada Keraton Yogyakarta dan sudah ditanamkan sejak usia dini. “Dokumen yang dikelola di sini berjumlah lebih dari 500 naskah, 3.000 judul yang sedang diolah, dan 2 juta arsip. Semuanya merupakan peninggalan dari zaman Sultan Hamengku Buwono I sampai X,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mendukung kegiatan literasi membaca untuk anak-anak, baik lingkungan di dalam maupun luar Keraton Yogyakarta, misalnya pengajaran tentang kebahasaan dan kebudayaan Jawa. “Hal ini dilakukan agar anak-anak agar dapat memahami dan mengerti bahasa daerah,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Carik Kawedanan Radya Kartiyasa Keraton Yogyakarta, Nyi R. Riya Noorsundaril, menjelaskan bahwa sejak dulu Keraton Yogyakarta sudah paham akan pentingnya mengembangkan literasi, dalam hal ini melalui budaya Jawa. Ia mencontohkan bahwa di dalam Keraton terdapat Abdi Dalem Kapujanggan, tugasnya adalah tulis menulis sastra ataupun non sastra dalam aksara Jawa. “Kita ada dan selalu mencari Abdi Dalem Kapujanggan yang tugasnya perihal tulis menulis. Semoga nanti akan meneruskan tradisi tulis kita dalam aksara Jawa,” ungkapnya.
Selain itu, ia menambahkan bahwa Keraton Yogyakarta juga sangat konsisten terhadap pelestarian bahasa daerah. “Semua administrasi di Keraton menggunakan bahasa Jawa. Surat menyurat dan lain sebagainya itu memakai bahasa Jawa,” imbuhnya.
Wayang Kulit Media Pelestarian Bahasa Daerah
Dalam kunjungannya, tim Badan Bahasa juga berkesempatan melihat pagelaran Wayang Kulit yang secara rutin dilaksanakan setiap hari rabu di Keraton Yogyakarta. Hafidz menyampaikan bahwa Wayang Kulit menjadi salah satu contoh aktivitas keraton dalam rangka melestarikan bahasa daerah. Hal tersebut sejalan dengan salah satu program prioritas dari Badan Bahasa yaitu Revitalisasi Bahasa Daerah.
Tahun 2024 melalui Balai Bahasa Provinsi DI Yogyakarta melakukan program reviltalisasi bahasa daerah. Berbagai aktivitas yang mendukung pelestarian bahasa daerah terus ditingkatkan dengan cara berkolaborasi bersama berbagai pihak. Salah satunya adalah memalui Keraton Yogyakarta yang memiliki komitmen tinggi terhadap pelestarian bahasa daerah melalui aktivitas pagelaran wayang.
Sementara itu, Nyi R. Riya Noorsundaril menyampaikan bahwa dalam upaya pelestarian bahasa daerah, Keraton Yogyakarta memiliki pagelaran wayang diantaranya Wayang Kulit dan Wayang Golek. Selain itu juga ada tari Wayang Wong, mocopatan, kemudian pagelaran Uyong-Uyong. Semua pagelaran tersebut memakai bahasa dan tembang jawa serta memiliki jadwal pertunjukkan rutin pada setiap minggunya. (Laily/Editor: Meryna)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1114 kali
Editor :
Dilihat 1114 kali