Memupuk Semangat MBKM Mandiri Lewat Buku Praktik Baik  24 Juni 2024  ← Back



Padang, Kemendikbudristek – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melahirkan inovasi berupa program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk mentransformasi sistem pendidikan tinggi di Indonesia supaya lebih relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.

Saat ini, MBKM telah dijalankan melalui dua skema, yaitu flagship dan mandiri. Skema flagship merujuk pada MBKM yang dijalankan langsung oleh Kemendikbudristek untuk memberikan gambaran konkret mengenai operasionalisasi MBKM. Sementara itu, sesuai namanya, skema mandiri dijalankan oleh perguruan tinggi bersama para mitra.

Dalam pelaksanaan skema MBKM Mandiri, ada beragam tantangan yang harus dihadapi perguruan tinggi. Namun, keberlanjutan MBKM Mandiri harus tetap dipertahankan. Sebagai salah satu usaha untuk mendongkrak pelaksanaan MBKM Mandiri, maka diluncurkan buku “Merdeka untuk Mandiri, Mandiri untuk Merdeka” yang berisi kumpulan praktik baik MBKM Mandiri yang selama ini telah berhasil dilaksanakan.

Peluncuran dan diskusi Buku Praktik Baik ini digelar sebagai bagian dari rangkaian acara Kampus Merdeka Fair (KM Fair 2024) yang digelar di Universitas PGRI Sumatera Barat, Padang, Kamis (30/5).  Pada sesi tersebut, ketiga narasumber yaitu Heribertus Suharyanto selaku perwakilan Bidang KMM (Kampus Merdeka Mandiri), Tim Penyusun Buku Praktik Baik, dan Editor Buku; Heris Hendriana selaku Perwakilan Paguyuban Guru Besar LLDikti IV dari IKIP Siliwangi; dan Dewi Ajeng sebagai mahasiswa peserta MBKM Mandiri dari Universitas Pasundan hadir untuk membagikan sejumlah kisah mengenai MBKM Mandiri.

Mengapa buku ini disebut kumpulan praktik baik? Heribertus Suharyanto mengatakana bahwa Tim Penyusun tidak memakai istilah praktik terbaik karena pembaca mungkin beranggapan bahwa contoh-contoh MBKM Mandiri di dalam buku tersebut bukanlah yang terbaik. Dengan alasan lain, Heribertus mempertimbangkan konsep keterjangkauan dan semudah apa cerita itu diduplikasi oleh pelaku MBKM lainnya.

“Kondisi perguruan tinggi yang akan menjalankan MBKM itu variasinya luas sekali. Ada perguruan tinggi yang memiliki student body kuat, resource kuat. Namun, ada juga perguruan tinggi yang tidak memiliki kemewahan seperti itu. Sehingga salah satu pertimbangannya adalah memilih praktik baik yang bisa terjangkau oleh sebanyak mungkin pihak yang ingin melakukan MBKM,” ungkap Heribertus.

Materi dalam menyusun buku praktik baik ini didapat Tim Penyusun Buku dari bidang KMM melalui wawancara, dokumentasi, dan hasil riset KMM selama tahun 2023. Tim penyusun juga berusaha untuk membuat coverage nasional, namun terkendala akan daya jangkau yang terbatas. Buku “Merdeka untuk Mandiri, Mandiri untuk Merdeka” ini telah berusaha untuk mencakup cerita dari Aceh, Papua, Sulawesi, hingga Kepulauan Riau. Namun, kisah paling banyak berasal dari Jawa Barat dan Banten yang merupakan bagian dari LLDikti Wilayah IV.

Di LLDikti Wilayah IV, terdapat Paguyuban Guru Besar yang menginisiasi program Perguruan Tinggi Mandiri Membangun Desa (PTM2D). Melalui program ini, mahasiswa dapat masuk ke desa selama beberapa bulan untuk melakukan KKN Tematik. Program tersebut pertama diluncurkan tahun 2022, dengan melibatkan sebanyak 600 mahasiswa yang dikirim dan rekognisi sebanyak 6 SKS saja.

Seiring berjalannya waktu, diluncurkan PTM2D Tipe 2 yang memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan KKN Tematik dengan rentang waktu yang lebih panjang, yaitu satu semester, dan pengakuan hingga 20 SKS. Melalui kegiatan ini, mahasiswa dilatih untuk membuat proposal dan mengajukan pendanaan untuk proyek di desa. Salah satu prestasi yang patut dicatat adalah keberhasilan mahasiswa mendapat pendanaan sebesar hampir 400 juta rupiah dari Bank Tabungan Negara. Kemudian, inisiatif ini juga disambut baik Pemerintah Daerah Sumedang yang mengucurkan dana sebesar Rp30 juta per desa untuk total 25 desa, dengan catatan mahasiswa melakukan program yang sudah ditentukan dari pemerintah kabupaten.

“Idenya dari kami, lalu kami memfasilitasi mahasiswa untuk membuat proposal dan mengubungi Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI),” jelas Heris Hendriana selaku Perwakilan dari Paguyuban Guru Besar LLDikti IV.

Heris menyebut, bahwa fokus mereka di LLDikti IV adalah program magang di desa, terutama di desa-desa yang belum tersentuh pemerintah. “Buku praktik baik ini sangat perlu dibuat untuk menjadi inspirasi bagi semua orang dan bagi MBKM, khususnya yang melaksanakan program di desa dalam pemberdayaan masyarakat,” ujar Heris.

Program MBKM Mandiri juga terbukti menarik bagi mahasiswa. Dewi Ajeng, peserta MBKM Mandiri dari Universitas Pasundan, mengatakan bahwa ada 80 mahasiswa di kampusnya yang mendaftar untuk mengikuti program PTM2D, namun hanya 10 peserta yang lolos.

“Pada saat di lapangan kita terlibat penuh, mulai dari persiapan, identifikasi potensi dan masalah, kemudian tahap perencanaan formulasi aksi program, serta monitoring dan evaluasi. Pada tahap awal, kami mengunjungi ke desa untuk mengidentifikasi permasalahan dan potensi apa yang memungkinkan untuk dikembangkan dan diperbaiki. Kami juga membedah RPJM Desa,” ucap Dewi.

Dewi menambahkan, ia melakukan program PTM2D di desa Wargasaluyu, Bandung Barat. Di sana, masyarakat belum memiliki akses ke air bersih sehingga memunculkan masalah kesehatan seperti stunting. Pihak desa menjelaskan bahwa mereka tidak punya tenaga ahli untuk mengusahakan akses air bersih.

Desa Wargasaluyu juga tidak memiliki anggaran, sehingga mahasiswa harus membuat proposal dengan bantuan LLDikti IV dan mengajukannya ke BTN. Dari total Rp200 juta yang dibutuhkan, mahasiswa mendapat pendanaan sebesar Rp129 juta dari BTN Cimahi. Program ini pun sukses dilaksanakan dan Dewi akhirnya bisa merasakan mandi dengan air bersih yang layak dalam 3 bulan terakhir masa KKN.

“Permasalahan di Indonesia yang tidak bisa diatasi oleh pemerintah dapat dibantu melalui brainstorming dari mahasiswa, sehingga pembangunan di lapangan dapat selaras dan komprehensif. Program MBKM harus terus berlanjut dan terus dikembangkan,” tegas Dewi.

Buku Praktik Baik “Merdeka untuk Mandiri, Mandiri untuk Merdeka” ini merupakan kumpulan cerita perjalanan menuju kemandirian melalui MBKM. Melalui buku ini, pihak-pihak yang sudah atau ingin terlibat dalam kegiatan MBKM Mandiri dapat memperoleh pembelajaran hingga inspirasi untuk terus melanjutkan gerakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. (Tim MBKM / Editor: Destian, Denty)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1093 kali